Kami telah mendapatkan rumah atau aku lebih suka menyebutnya sebagai Markas.
Mengapa aku lebih suka menyebutnya sebagai Markas?
Ukuran dari rumah tempat yang diberikan oleh Lumia benar-benar luas, aku rasanya harus benar-benar menekankan bagian luasnya di sana karena kebanyakan orang mungkin masih belum bisa paham seberapa besar ukuran tempat ini.
Pada saat aku bertanya kepada Demias kalau bangunan ini dulu pernah digunakan sebagai apa maka jawaban yang kudapat sebagai berikut.
"Rumah barumu? Itu adalah bekas tempat dimana Serikat Pedagang pernah berada, sekarang mereka sudah pindah tempat, bahkan pindah distrik sehingga akhirnya ditinggalkan seperti itu saja beserta dengan berbagai perabotan beserta furnitur yang ada di dalamnya karena tidak mungkin membawa semuanya."
Seperti apa yang dikatakan oleh Demias, berbagai perabotan dan furnitur memang berada di dalamnya.
Aku pun tidak perlu mengeluarkan sepeserpun uang untuk menambahkan kedua hal tersebut agar rumah ini terasa lebih hidup dan nyaman.
Hanya saja, ada beberapa hal yang mengangguku.
Pertama adalah letak kamarku yang sudah ditentukan oleh Shigure dan Leena, sebuah kamar yang berada di bagian koridor ujung lantai dua dari empat lantai bangunan.
Berada di sebrangku adalah ruangan yang merupakan kamar milik Shigure sementara tepat di sebelahku adalah ruangan untuk Leena, tanpa melakukan diskusi atau semacamnya kepadaku mereka berdua sudah menentukannya dan mengatakan karena ini adalah demokrasi jadi aku harus menerimanya.
Aku tidak menyangka gadis-gadis seperti mereka berdua akan memakasakan hal semacam itu walau aku tidak yakin Leena sendiri paham apa yang dimaksud dengan demokrasi itu sendiri.
Aku sebenarnya ingin melancarkan protes dan memberikan pendapat kalau mereka lebih baik pindah ke kamar yang ada di lantai tiga, selain demi keamanan mereka juga demi membuat semuanya terasa benar.
Maksudku dari benar tentunya adalah membuat mereka tidak berada dalam satu lingkungan dengan seorang laki-laki, apalagi diriku yang sudah 27 tahunan ini, bisa-bisa masalah akan mendatangiku nanti.
Hal lain yang mengangguku adalah ruangan kamarku yang amat luas, bahkan bisa dibilang terlampau luas.
Menurut penjelasan dari Shigure pada saat kutanya akan ruangan ini dulu digunakan sebagai apa, dia memberikan penjelasan sebagai berikut.
"Dulunya itu adalah ruangan Ketua Serikat Pedagang, jadi ukurannya jauh lebih luas daripada kamar biasa. Sebenarnya ini adalah ruangan kerja tetapi juga menjadi kamar karena sepertinya tugas dari seorang Ketua Serikat Pedagang membuatnya harus sering berada di tempat."
Seperti itulah penjelasan yang kudapat.
Hanya saja….
"Tempat tidur ini tidak kebesaran ya?"
Gumamku sembari memandang tempat tidur yang berada di hadapanku.
Ukurannya kurang lebih bisa kukatakan king-size alias ukuran tempat tidur seorang Raja, hanya para Sultan saja seharusnya yang memiliki tempat tidur sebesar ini kalau di dunia asal!
Benar-benar tidak bisa kupahami alasan akan mengapa aku mendapatkan ruangan semacam ini oleh Shigure dan Leena, ditambah lagi aku sebenarnya adalah jenis orang yang sering kurang nyaman berada di ruangan seluas ini, ukuran ruang apartemen tempatku tinggal aku yakin bahkan tidak akan melebihi sekitar 5 meter.
Menjalani kehidupan sebagai seorang pekerja kantoran swasta serta hidup sendirian selama bertahun-tahun memang akan merubah seseorang yang pada dasarnya sudah berbeda jauh dari orang biasa kah.
Alasan kamarini dipilihkan untukku adalah karena satu alasan spesial.
"Karena Sakaki adalah pemimpin kami, ruangan bagi seorang pemimpin harus diberikan kepada pemimpinnya juga kan?"
Begitulah kata Leena sambil tersenyum simpul serta terlihat begitu manis.
Sekarang, berada di dalam kamar, lebih tepatnya berada di atas tempat tidur yang begitu besar ini, seorang pria berusia 27 tahun dengan nama Sakaki Hiyama tengah berguling-guling sambil mengeluarkan suara melengking rendah dari mulutnya.
Orang itu adalah aku ngomong-ngomong.
"Aaaaaaaaaa! Aku tidak bisa tenang berada di dalam ruangan ini! Ukurannya terlalu luas dan juga di sini sudah ada berbagai furnitur yang bahkan kurang kuketahui kegunaannya!"
Hal yang paling tidak membuatku tidak nyaman tentunya adalah ukuran kamar yang luas, tapi ada hal lain juga yang cukup mempengaruhi yaitu keberadaan dari adanya berbagai furnitur di dalam kamar ini.
Furnitur yang sudah ditinggalkan oleh orang-orang dari Serikat Dagang, aku menemukan berbagai macam benda seperti lemari yang masih memiliki pakaian serta rak dengan buku tertinggal.
Karena tidak enak mengenakan jubah hitam yang membuatku mencolok secara terus menerus, apalagi karena barang semacam jubah umumnya dipakai oleh mereka yang memiliki suatu kedudukan tinggi atau khusus kalau kualitasnya tinggi, kuputuskan untuk mengganti pakaianku setelah mandi menggunakan kamar mnadi yang berada di dalam ruangan kamar.
Tentu saja kamar mandi yang berada di dalam dunia ini berbeda jauh dengan yang ada di Jepang, mereka tidak memiliki Shower tetapi masih memiliki Bak Mandi, benda semacam keran dan semacamnya seagai pengganti sumber air yang digunakan untuk mandi yaitu Shower digunakan.
Dengan menggunakan air keran yang telah ditampung di dalam ember kayu, aku pun memulai ritual mandian pagi.
Namun baru saja aku membasuh tubuhku dengan menggunakan air, mulutku langsung menjerit.
"Dingin!"
Mengingat tempat ini memiliki iklim serta budaya yang sama dengan benua Eropa di dunia asal maka hal semacam mandi pagi itu sendiri sudah menjadi hal yang jarang untuk dilakukan, hanya mereka; orang-orang terpilih saja melakukannya, contohnya adalah para pekerja kasar dan prajurit.
Sementara aku?
Aku mandi hanya karena badanku begitu bau karena sedari kemarin aku tertidur.
Namun aku tidak akan pernah menyangka kalau hawa dingin yang akan diberikannya mencapai sejauh ini….
Aku terlalu meremehkanmu, air dingin.
Namun, aku sama sekali tidak memiliki niatan untuk dikalahkan oleh hal semacam ini saja, alasan akan mengapa salah satu skill milikku yaitu [Cold Resistance] tidak bekerja adalah karena hal ini diakibatkan oleh tindakan yang memang secara murni dilakukan oleh keinginan diriku sendiri, tapi meski harus menerima dinginnya air di atas kepala aku masih akan terus melawannya!
Dengan keteguhan semacam itu.
Aku berhasil mandi dan membersihkan badanku.
Hanya saja begitu aku keluar dari kamar mandi, tubuhku gemetaran dan mulutku juga mengigil.
Ingin rasanya aku menertawakan diriku yang berada dalam keadaan seperti ini, seperti biasa demi memuaskan perasaan kebencian terhadap diriku sendiri yang sering kali muncul pada saat diriku menderita tapi itu rasanya akan benar-benar menyedihkan kalau kulakukan sekarang juga.
Begitu aku keluar dari kamar mandi dan mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhku yang paling penting, aku segera mengeluarkan pakaian yang berada di dalam lemari pakaian.
Apa yang menyambut pandanganku adalah pakaian dari kulit, bukan jubah, melainkan suatu semacam pakaian dari kulit yang biasa dikenakan oleh mereka orang-orang yang sering pergi ke luar kota dan terlihat memiliki status sosial yang tinggi karena betapa mewahnya desain dari pakaian tersebut, terdapat hiasan berbentuk bulu yang menempel di sekitar daerah kerah dan leher pakaian… ditambah lagi warna pakaian ini putih, dan ini jubah juga ngomong-ngomong.
Kalau aku mengenakan pakaian semacam ini dan menghitamkan rambutku serta membawa smartphone maka tinggal menunggu waktu saja sampai ceritaku ini berhenti berjalan karena dianggap menyalahi hak cipta.
Sehingga kuputuskan untuk memilih pakaian yang lainnya saja.
Pakaian yang kupilih pada akhirnya adalah satu set pakaian orang biasa, benar.
Pakaian orang biasa dengan kata lain adalah pakaian dari seorang penduduk biasa.
Sama sekali tidak ada hiasan yang terkesan berlebihan maupun sesuatu yang terkesan amat kurang dari pakaian ini.
Jenis pakaian biasa yang dipakai oleh orang-orang di sekitar daerah sini, sejauh ini sama sekali tidak ada yang salah.
Ah ngomong-ngomong warna pakaian ini putih juga sehingga terkesan menyatu dengan warna rambut milikku untuk saat ini.
Selain itu aku sama sekali tidak menemukan masalah dengan pakaian ini, baik sebelum maupun setelah berkaca.
Aku benar-benar terlihat seperti orang biasa yang berasal dari dunia ini, hanya saja agak berbeda dengan rambut putih bagai uban di atas wajah yang masih muda serta tampan ini.
Ketika aku keluar dari kamar aku menemukan kalau Shigure dan Leena tengah berada di dalam kamar milik Shigure, sepertinya mereka tengah membicarakan sesuatu yang tidak bisa kuganggu.
Kuputuskan untuk mengetuk pintu beberapa kali dan mengatakan kalau aku ingin pergi ke luar.
Mereka segera memberikan jawaban yang menandakan persetujuan dan ketika aku bertanya apakah mereka mau ikut atau tidak, mereka menjawab tidak juga.
Sepertinya hari dimana aku pertama kali menjelahi ibukota setelah sekian lama, yakni setelah sekitar 7 tahun berlalu, akan berjalan dengan diriku seorang diri.
Selain itu memang pada dasarnya aku memiliki berbagai urusan dengan berbagai tempat di kota dengan berbagai orang.
Dengan begini dimulailah perjalanan dari Sakaki Hiyama untuk menjelajahi beberapa sisi kota Steelfit yang sebelumnya tidak sempat untuk dia terlalu nikmati.