Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 38 - Chapter 37 - Baojia dan Junzhi

Chapter 38 - Chapter 37 - Baojia dan Junzhi

Brakkk

Kaisar menggebrak mejanya dengan keras hingga mengejutkan semua orang di luar, ia berjalan mendekati penjaga itu dan dengan kasar mencengkram kerah lehernya.

"Bagaimana bisa Jialin menghilang?" Kaisar menatapnya tajam seakan ingin membunuhnya jika ia memberikan alasan yang buruk.

Penjaga itu gemetar ketakutan melihat amarah Kaisar dan dengan jujur mengatakan segalanya. "Pa... pagi... ini pelayan Tuan Putri memanggil saya untuk membantunya mendobrak pintu beliau, namun ketika terbuka kamar tersebut kosong tanpa kehadiran Putri Jialin."

"Tak berguna!" Kaisar melemparkannya hingga membuatnya menabrak lemari hingga membuat barang barang di lemari berhamburan.

"Pergi kediaman Jialin!" Kaisar memerintahkan pelayan dan penjaga di luar untuk bersiap menuju Paviliun Teratai Hitam tempat Jialin tinggal. Tanpa mengganti bajunya Kaisar bergegas ke tempat putrinya agar ia dapat menemukan jejak yang dapat membantu menemukannya.

oOo

Junzhi yang tengah menangis di kamar Putri Jialin seketika bangkit ketika mendengar kedatangan Kaisar, ia melihat ke arah pintu dan melihat rombongan Kaisar yang akan segera tiba. Ia segera menuju pintu dan bersujud kepada Kaisar karena ia merasa lalai menjaga Putri Jialin.

"Salam Yang Mulia Kaisar, semoga anda dapat hidup ribuan tahun." Junzhi mengucapkan salam dengan di selingi tangisannya. "Nubi telah lalai menjaga Tuan Putri, nubi pantas menerima hukuman hiks... hiks..." Ia mengatakannya dengan tersengal senggal dan siap menerima hukuman apapun yang di berikan oleh Kaisar, karena ia sangat lalai menjaga Putri Jialin.

(Nubi = Cara pelayan wanita penyebut dirinya a.k.a aku)

Kaisar menatap pelayan utama putrinya yang tengah sujud mengakui kesalahannya, ia dengan dingin bertanya kepadanya bagaimana putrinya menghilang. "Bagaimana putriku menghilang?"

Dengan jujur Junzhi mengatakannya. "Ketika saya hendak membangunkan putri tidak ada jawaban dari dalam sehingga saya meminta bantuan dari penjaga untuk membuka pintu, namun Tuan Putri tidak ada di dalam."Junzhi semakin menundukan kepalanya dan dan menangis memikirkan nasib Putri Jialin.

Kaisar menggeram marah mendengar jawaban yang hampir sama dari penjaga yang melapor. Ia mendorong Junzhi ke samping dan memasuki kamar putrinya, matanya dengan teliti memindai untuk menemukan hal yang mencurigakan namun nihil ia tidak menemukan apapun, bahkan ia menggunakan kekuatannya untuk mendeteksi energi kekuatan yang berada didalam kamar ini tetapi tidak ada jejak energi apapun.

"Yang Mulia, saya menemukan penjaga gerbang barat tengah pingsan karena sebuah racun." Kawan dari penjaga yang melapor segera menghadap Kaisar dan mengatakan hal yang di temukannya. "Saya juga menemukan dua jejak menuju kota, yang salah satunya adalah jejak Tuan Putri."

Kaisar menolehkan kepalanya dan melihat penjaga itu, ia berjalan mendekatinya untuk mendengarnya lebih jelas. "Laporkan secara rinci."

Dia menarik nafasnya dan memberanikan dirinya untuk melaporkan kepada Kaisar. "Pagi ini setelah pelayan Tuan Putri meminta bantuan dari teman saya, saya segera memindai lingkungan sekitar sini untuk menemukan hal yang mencurigakan. Saya menemukan penjaga gerbang barat yang tengah pingsan karena sebuah racun sebab terdapat sebuah bubuk putih di sekitar mereka. Juga menemukan jejak samar di tanah yang mengarah ke kota dengan satu jejak kecil yang ramping dan itu adalah Tuan Putri, serta satunya kemungkinan besar jejak seorang pria."

Kaisar melebarkan matanya mendengar laporan dari penjaga tersebut, ia semakin khawatir ketika mendengar Jialin terpaksa melarikan diri karena di kejar oleh pria. Ia membuat dugaan apakah orang yang melakukan kejadiaan saat itu adalah orang yang sama, jika dugaannya benar maka nyawa Jialin sangat terancam dan ia harus segera menemukannya, sebab dalang dari kejadiaan saat itu belum ia temukan.

"Segera temukan Jialin hingga harus membalikan seluruh negeri!"

"Dan untuk pelayan ini, segera bawa ke penjara dan hukum mati dia!" Kaisar melirik Junzhi yang terus bersujud dan dengan tegas memberikan hukuman mati karena tidak bisa menjaga putrinya.

"Baik, Yang Mulia." Penjaga bergerak cepat dan membawa Junzhi menuju penjara.

Junzhi dengan pasrah menerimanya karena ia layak menerimanya, lagipula ia adalah seorang pelayan yang telah kehilangan tuannya, bukankah ia harus menemaninya dalam kematian.

"Lepaskan dia!"

Suara Baojia menghentikan penjaga yang hendak membawa Junzhi.

Kaisar mengerutkan dahinya tidak senang dan menatap putra keduanya. "Dia layak mendapatkan hukuman mati karena tidak bisa menjaga Jialin dan menyebabkannya hilang."

Baojia menggeram marah dan merebut Junzhi dari penjaga, dia menatap sengit ke arah Kaisar dan mencelanya. "Junzhi yang menyebabkan Jialin menghilang? Bukankah itu kau yang menyebabkan Jialin menghilang, jika kau memindahkan tempat tinggal Jialin di istana pusat dan memberikan penjaga yang layak bukankah dia tidak akan hilang. Ini semua adalah salahmu." Dengan tidak sopan Baojia menuduh Kaisar dan mengingatkannya karena tidak memperdulikan Jialin sejak dulu.

Kaisar tersentak kaget dan merenungkan dalam hatinya, Baojia benar dialah yang salah jika saja ia memberikan fasilitas yang benar, bukankah Jialin tidak akan menghilang dan kejadian saat itu yang menyebabkannya hilang ingatan tidak akan terjadi. Kenapa ia selalu menguatkan dalam hati bahwa semua perbuatannya demi Jialin agar menjaga keselamatannya namun apa yang terjadi malah sebaliknya, ia malah mendorongnya dalam kecelakan terus menerus dan menutup mata atas penghinaannya, ia memang tak layak sebagai ayah.

"Kau tidak bisa seenaknya menepatkan keselamatan Jialin pada pelayan, mereka hanya bertugas melayaninya bukan menjaganya. Bukankah yang harus di salahkan adalah penjaga keamanan yang tidak bisa menjaga istana dengan dan menyebabkan seseorang menyusup."

"Sekarang bukan saatnya menyalahkan tetapi menemukan petunjuk untuk menemukan Jialin." Baojia menyadarkan hal penting yang harus mereka lakukan terlebih dahulu.

Kaisar mengalihkan matanya dari putranya karena merasa bersalah dan ia memerintahkan para penjaga untuk segera menemukan Jialin. "Segera temukan petunjuk untuk menemukan Jialin, bahkan pasang juga gambarnya di seluruh negeri, untuk siapaun yang berhasil menemukannya akan di berikan hadiah besar.

"Baik, Yang Mulia."

oOo

Baojia membawa Junzhi kediamannya karena tempat tinggal Jialin akan dilakukan penyelidikan menyeluruh untuk menemukan petunjuk agar bisa menemukan Jialin. Baojia menepatkannya di sebuah kamar yang tidak terlalu jauh dari kamarnya agar dapat segera menemukannya jika terjadi sesuatu.

"Maaf, saya mengecewakan anda karena tidak bisa menjaga Putri Jialin." Junzhi terus menyalahkan dirinya karena mengecewakan kepercayaan pangeran kedua untuk menjaga adiknya.

"Kamu tidak bersalah, tugasmu hanyalah menemaninya dan kamu tidak berkewajiban bertanggung jawab menjaganya." Baojia mencoba menghibur Junzhi dan memeluk bahunya.

Junzhi menundukan kepalanya dan terus terisak karena merasa tidak berguna. "Anda telah mempercayakan putri kepada saya sebelum kepergian anda, namun saya tidak bisa mencegah kejadian itu yang menyebabkan putri hilang ingatan. Bahkan saya tidak tahu siapa yang menyebabkannya, saya adalah pelayan tidak berguna."

Baojia melepaskan pelukannya dan menatap Junzhi tajam, ia mencengkram bahunya agar menghadapnya. "Aku dan Jialin tidak pernah menganggapmu sebagai pelayan, aku memberikanmu kepada Jialin agar kamu bisa menemaninya sebagai teman ketika aku pergi berlatih." Tegasnya.

Junzhi adalah anak yatim piatu korban kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu, rumahnya berada di dekat hutan dan ayahnya bekerja sebagai pemburu yang selalu menjual hasil buruannya pada keesokan harinya, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa dan sesekali menanam sayuran di rumah sebagai bahan pangan dan terkadang menjualnya di pasar. Hidup Junzhi cukup sederhana dengan kedua orang tuanya menyayanginya dan hidup bahagia walaupun ekonomi keluarga yan sulit. Junzhi adalah anak yang patuh dan selalu membantu ibunya melakukan pekerjan rumah walupun usianya masih muda.

Hari itu ayahnya pergi ke hutan seperti biasa dan ibunya tengah merawat sayur dibelakang rumah, sedangkan dia diminta ibunya untuk mengantarkan sayuran kepada bibi Yun di desa seberang sebagai tanda terima kasih karena telah membantu mereka. Namun, Junzhi tidak menyangka hari itu adalah hari terakhirnya bertemu mereka ketika api besar dengan membakar hutan bagian barat dan sangat dekat dengan rumahnya sehingga menyebabkan rumahnya terbakar dan ibunya meninggal karena tidak sempat menyelamatkan diri, sedangkan ayahnya juga ikut meninggal karena tempat ia berburu berada di pusat kebakaran.

Setelah itu Junzhi mejadi yatim piatu dan tidak tahu harus kemana, ayahnya adalah anak tunggal dan tidak memiliki sanak saudara sedangkan ibunya berasal dari provinsi yang jauh dan tidak mungkin Junzhi pergi kesana. Tetapi beruntungnya ia bertemu dengan pangeran kedua yang dengaan baik hati membantunya dan membawanya ke istana untuk menemani adiknya ketika ia harus pergi untuk berlatih bersama tuannya.

"Tetapi bagaimanapun juga saya adalah orang rendahan yang tidak layak, pangeran."

"Kamu bukan orang rendahan! Kamu sangat berharga bagiku." Baojia menggeram marah karena Junzhi tidak pernah melihat perasaannya.

"Sayang hanya seorang pelayan." Ujarnya lirih dan menundukan kepalanya.

Baojia mengakat dagu Junzhi dan berkata dengan tegas mengenai perasaannya, kali ini ia tidak akan membiarkannya dalam gelap. "Aku tidak peduli siapa kamu, aku selalu mencintaimu apa adanya sejak dulu." Kemudian Baojia menciumnya.

Junzhi membelalakan matanya ketika melihat wajah pangeran kedua yang sangat dekat dengannya dan bibirnya menciumnya, pikirannya terasa kosong dan tidak tahu harus berbuat apa ketika mendapatkan tindakan intim dari orang yang ia hormati.

Baojia yang tidak merasakan tanggapan dari Junzhi hanya bisa tersenyum kecut, ia tahu bahwa Junzhi selalu merasa tidak layak karena statusnya sebagai pelayan. Ia hanya bisa menguatkan hatinya dan berusaha keras untuk mengubah pandangan Junzhi terhadapnya, ia tidak bisa membiarkannya terus merendah diri.

Baojia mengerakkan bibirnya dan mencoba membuat Junzhi merasakan hatinya. Junzhi yang merasakan pergerakan di bibirnya segera mendorong Baojia menjauh dan meringkukan tubuhnya melindungi diri.

Baojia yang terdorong hanya bisa tersenyum kecut dan mulai mengajak ia berbicara. "Kamu tahu aku selalu memiliki perasaan terhadapmu, bisakah kamu melupakan status di antara kita dan mencoba memulai hubungan."

Junzhi menggelengkan kepalanya menanggapi peryataannya. "Saya tidak bisa, saya tidak bisa memikirkan hal lain ketika Putri Jialin masih hilang." Ia menundukan kepalanya dan menghindari tatapan Baojia.

Baojia menggepalkan tangannya dan pandangannya menjadi dingin ketika mendengar nama Jialin disebut, ia masih rasakan racun yang telah melumpuhkannya semalam hingga membuatnya pingsan di hutan dan baru bisa bangun esoknya. Untung saja dia cepat bangun dan bergegas kembali, jika saja ia tidak bisa kembali dengan cepat maka yang ia lihat adalah tubuh Junzhi yang terbujur kaku di penjara.

"Sebaiknya aku tidak menemukanmu jika tidak aku tidak bisa menahan tanganku untuk membunuhmu."

-TBC-