~Happy Reading~
Gia membuka matanya perlahan dan melihat pemandangan lembah yang menyapa pandangannya, ia sedikit menyipitkan matanya karena sinar matahari yang bersinar terang yang membuat matanya silau.
"Selamat pagi istriku." Raja Hantu menyapa Gia yang telah terbangun dan melayang di sisinya.
Gia sedikit menguap dan merenggangkan tubuhnya yang kaku karena tertidur sambil bersandar pada dinding tebing. "Oh pagi." Sapa Gia singkat.
Raja Hantu mengabaikan sapaannya yang tak bersemangat dan dengan gembira melayang di sisinya. "Aku telah menemukan buah buahan yang bisa kamu makan di sisi barat, kamu bisa memetiknya." Sayangnya dengan bentuknya yang seperti ini Raja Hantu tidak bisa membantunya untuk mengambil sesuatu karena apapun yang ia sentuh pasti tembus, walaupun tubuh utamanya mengirimkan kekuatan, ia telah menggunakannya semalam dan harus menghematnya untuk hal penting.
Gia mengangguk mengerti dan berdiri untuk menuju ke arah yang di tunjukan Raja Hantu.
"Atau kamu bisa mandi dulu, ada sebuah sungai dengan air terjun di dekat gua di sebelah selatan."
Gia meliriknya tajam karena mengetahui letak sungai tersebut dengan pasti, ia curiga Raja Hantu pernah mengintipnya mandi saat itu. "Malam itu kamu mengintip ku mandi?"
Raja Hantu gelagapan dan menggelengkan kepalanya keras, bahkan jika dia di berikan keberanian dia tidak akan memberitahu Gia karena dia sangat paham temperamennya. "Tidak tidak aku tidak pernah mengintipmu."
Gia menyipitkan matanya tidak percaya dan mendengus kesal. "Tetap di sini dan jangan bergerak! Awas saja jika aku mengetahuimu mengintipku aku akan membencimu seumur hidup." Ancamnya.
"Ah... istri bagaimana jika ada binatang buas, aku bisa menjadi penjaga dan memperingatimu." Ia berujar panik karena tidak bisa menemaninya.
"Binatang buas? Kaulah di sini yang binatang buasnya." Cibir Gia dan mulai berjalan menuju sungai yang pernah ia gunakan untuk mandi beberapa hari yang lain.
"Ah istri jangan meninggalkanku." Raja Hantu ingin mengukutinya namun berhenti ketika melihat tatapan tajamnya.
"Berani bergerak dari sana maka aku akan membencimu seumur hidup!"
Raja Hantu berhenti bergerak dan dengan patuh diam melayang di tempatnya semula, ia tidak ingin jika istrinya membencinya seumur hidup dan lebih baik ia menahan diri.
Gia tersenyum puas melihatnya mendengarkan ancamannya, ia berjalan dengan santai menuju sungai dan sesekali melihat kebelakang untuk mengawasinya apakah masih patuh. "Balikkan tubuhmu!"
Raja Hantu tidak senang, bukankah mereka sudah menjauh kenapa harus saling membelakangi, ia masih ingin mengawasi istrinya jika ada bahaya. "Tapi-"
"Balikkan tubuhmu." Gia melototinya tajam dan mengingatkan ancamannya.
Dengan cemberut Raja Hantu membalikkan badannya dan membelakangi Gia yang tengah mandi. Gia masih mengawasinya untuk memastikan ia tidak mengintipnya, ia melepaskan pakaiannya perlahan dan berjalan menuju sungai untuk berendam. Ia mendesis sakit karena luka akibat pertarungan terasa sakit ketika terkena air, ia menggigit giginya untuk merendam kesakitannya.
Raja Hantu yang mendengar desisan kesakitannya merasa khawatir dan hendak membalikan tubuhnya untuk melihat keadaan Gia. Namun, Gia melihatnya dan segera meneriakinya.
"Jangan berbalik!"
Raja Hantu dengan khawatir mencoba membujuknya. "Biarkan aku melihat lukamu untuk mencari tanaman yang bisa mengobati lukamu."
Gia memicingkan matanya tidak percaya karena mengiranya mengambil kesempatan.
"Percayalah padaku , jika kau tidak segera mengobati lukamu maka akan terinfeksi dan bernanah." Ia mencoba membujuknya sekali lagi.
Gia menghela nafas mendengar ucapannya yang benar, kali ini ia ingin percaya padanya. "Ok, tunggu sebentar." Gia mengambil pakaiannya untuk menutupi tubuh bagian depannya dan menunjukan punggungnya.
"Kau bisa berbalik."
Raja Hantu membalikan tubuhnya dan melihat punggung putih mulusnya penuh dengan luka memar dan tebasan akibat pedang. Matanya menggelap ketika melihat semua lukannya, ia menggepalkan tangannya marah karena orang orang tersebut melukai istrinya seperti ini. Jika ia tidak ada dan membantunya bukankah yang terjadi malah ia melihat mayat Gia yang terbujur di depannya.
"Tunggu disini!" Raja Hantu melanyang dengan cepat untuk menemukan tanaman herbal yang bisa menyembuhkan lukanya, ia tidak ingin membiarkannya terlalu lama yang malah akan memparah luka Gia.
Gia melihat Raja Hantu yang menghilang dengan cepat untuk menemukan tanaman, ia menghela nafas melihat sosoknya yang peduli kepadanya dengan tulus. Sebenarnya ia sudah tidak mengharapkan apapun lagi pada sesorang dan hanya ingin bertahan hidup di dunia ini. Namun, rencananya semua berantakan karena kehadirannya yang sangat menjengkelkan dan menyebalkan.
Bukankah ia bisa mencari wanita lain yang lebih baik darinya daripada mengganggunya yang telah mati rasa. Gia tahu dia adalah orang yang kuat karena dapat memisahkan sebagian rohnya dan mempertahankannya dalam waktu yang lama, keadaan seperti ini pasti memperlukan energi yang besar bahkan akan mempengaruhi kultivasi. Namun, Gia tidak menyangka ia melakukannya untuknya, bukankah dia gadis pengecut yang bermimpi memiliki sesuatu yang tidak bisa ia miliki, kenapa ia harus membuang usaha dan kekuatan untuk menemaninya.
Gia menyelesaikan mandinya dan berganti dengan pakaian baru, ia mengikat rambutnya tinggi dengan pita dan merapikan barang bawaannya. Ia melirik Raja Hantu yang telah kembali untuk menemukan tanaman dan memberikan tanaman tersebut kepadanya.
"Bukankah kau harus menghemat kekuatan untuk hal penting." Gia menaikan salah satu alisnya melihat beberapa tanaman herbal di tangannya.
"Mencari tanaman untuk mengobatimu adalah hal penting." Kata Raja Hantu tegas.
Gia mengabaikannya dan meletakan tanaman tersebut di batu dan akan menumbuknya dengan batu kecil agar tanaman tersebut lebih efektif ketika menyembuhkan lukanya. Ia mengumpulkan semuanya pada tangannya dan bersiap mengoleskannya pada lukanya namun ia melirik Raja Hantu.
"Aku akan berbalik." Atas inisiatifnya sendiri Raja Hantu membalikan tubuhnya agar Gia nyaman mengobati lukanya.
Gia tersenyum puas dan melepaskan pakaian atasnya dan menerapkan obat pada lukanya. Ia menggigit bibirnya keras menahan rasa sakit ketika menyentuh lukanya, ia menarik nafas dengan keras dan memejamkan matanya ketika menahan rasa sakit pada lukanya yang lumayan besar. Raja Hantu yang merasakan kesakitannya , hanya bisa menggepalkan tangannya dan menahan diri untuk menarik Gia ke pelukannya.
Gia akhirnya selesai menerapkan obat pada tubuh bagian depannya, sekarang dia hanya perlu menerapkan obat pada punggungnya namun ia kesulitan meraih lukanya dan malah menyebabkan luka di depannya terbuka.
"Aku bisa membantumu menerapkan obat, dan berjanji tak akan melihat apapun." Raja Hantu tidak tahan mendengar kesakitannya dan berharap ia bisa membantunya menerapkan obat.
Gia menyerah karena luka di tubuhnya akan terbuka jika ia memaksakan diri mengobati punggungnya, ia hanya bisa menyerahkan luka pada bagian itu pada Raja Hantu, dan segera membalikan tubuhnya dan menutupi tubuh bagian depan dengan pakaiannnya.
"Kau bisa berbalik."
Raja Hantu membalikan tubuhnya dan melihat punggunya yang penuh luka, hatinya semakin sakit karena melihat lukanya secara jelas. Ia bersumpah dalam hati agar membuat orang yang melakukan ini mendapatkan hal mengerikan dan ia sendiri yang akan menyiksa mereka. Raja Hantu mengambil tanaman yang telah di tumbuk Gia dan dengan hati hati mengoleskannya pada lukanya.
"Shhhhh....." Gia mendesis ketika merasakan tangan dinginya mengoleskan obat pada lukanya.
"Apa aku melukaimu? Maafkan aku, aku akan melakukannya perlahan."Raja Hantu sebisa mungkin berhati hati dan perlahan untuk mengoleskan obatnya, ia tidak ingin menyebabkan rasa sakit pada Gia.
"Aku tidak apa apa." Gia mencoba menenangkannya karena ia merasa Raja Hantu merasa bersalah karena membuatnya mendesis kesakitan.
"Jika menyakitkan kamu bisa mengatakannya, jangan menahannya sendiri." Pandangan Raja Hantu melembut dan berkonsentrasi mengobati luka Gia.
Jangan menahan sendiri?
Bisakah Gia mengatakannya jika dia lelah menjalani hidup seperti ini, bertarung dan bersembunyi, mencari dan kehilangan, berharap dan kecewa. Gia sangat lelah menjalani hidup seperti itu, ia ingin ada seseorang yang dapat memahaminya, ia ingin ada sesorang yang bisa membuatnya bersandar. Tetapi mengapa orang tuanya membuangnya? Kenapa masternya meninggalkannya? Dan kenapa Baojia tidak bisa menerimanya?
Ia hanya ingin seseorang menerima keberadaannya, apakah harap kecil itu tidak bisa terwujud baik di dunianya dulu dan dunia ini. Gia tidak berharap terlalu besar ia hanya ingin ada seseorang yang memahaminya dan menerimanya apakah itu sulit?
Gia menutup mulutnya dan merendam kesedihannya agar Raja Hantu tidak melihat kelemahannya, ia benci seseorang yang memberikan pandangan kasihan kepadanya, ia tidak ingin seseorang seperti itu ia hanya ingin ada yang bisa memahaminya.
Raja Hantu telah mengoleskan obat pada luka di punggungnya, ia melihat Gia tengah menutup mulutnya dan mengira ia tengah merasa kesakitan. Raja Hantu meraih pinggang Gia pelan mencoba untuk tidak menyentuh lukanya dan memeluknya pelan serta menyenderkan kepalanya di dekat telinganya.
"Kamu bisa bersandar padaku." Bisiknya pelan.
Gia yang mendengar ucapannya merasa air matanya mengalir dan tubuhnya sedikit bergetar, ia mencoba bersandar pada tubuhnya dan berbagi sedikit beban padanya karena dia sudah tidak kuat membendungnya karena terlalu lama menahannya sendiri. Raja Hantu mempererat pelukannya namun sebisa mungkin tidak melukainya dan membawa tubuhnya sepenuhnya bersandar padanya, ia ingin Gia untuk mengandalkan dirinya dan membuat dirinya santai.
"Aku tidak akan meninggalkanmu."
-TBC-