~Happy Reading~
Gia merasa tangannya gemetar melihat Baojia yang keluar dari bayangan pohon. "Kenapa kamu di sini Baojia?"
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu di sini Jialin? Tidak, kau bukan Jialin." Mata Baojia menatap Gia tajam dan menggertakan giginya.
"Siapa kau? Kenapa berpura pura menjadi Jialin dan menipu orang lain, pengecut."
Gia memejamkan matanya dan mengambil nafas dalam, dia tidak menyangkal perkataan Baojia yang mengatainya pengecut, lagipula dia sangat menikmati menjadi Jialin dan hampir lupa siapa dirinya.
"Dimana Jialin? Apa yang kau lakukan padanya." Baojia berjalan pelan mendekatinya dan menyentuh pedang di sisi kirinya.
Dengan pandangan datar Gia menjawabnya. "Jialin sudah mati, aku adalah jiwa dari dunia lain yang menempati tubuhnya setelah kematiannya."
"Omong kosong! Jialin tidak mungkin mati, pasti kau yang melakukan sesuatu padanya! Kembalikan Jialin kepadaku!" Baojia sangat murka mendengar jawabannya, ia tidak bisa menerima kematian Jialin dengan mudah apalagi tubuhnya di tempati oleh jiwa lain. Walaupun ia pernah mendengar masternya berkata bahwa kultivator hebat dapat hidup kembali dengan menepati tubuh seseorang yang telah mati, tetapi ia tidak percaya perkataan orang di depannya. Jika ia hidup kembali dengan menempati tubuh Jialin bukankah dia memiliki kekuatan yang hebat? Tetapi kenapa ia malah tidak merasakan apapun padanya.
Baojia menyerang Gia dengan pedangnya dan di tahan dengan belati Gia, Gia tidak bisa dengan mudah menggunakan pistolnya kepada Baojia karena dia adalah saudara Jialin, tubuh yang ia gunakan dan memberinya kesempatan untuk merasakan apa yang tidak ia miliki.
Baojia semakin tidak percaya dengannya karena melihatnya sangat ahli bertarung bahkan ia merasa sedikit familiar dengan gerakannya. Gia terus menahan serangannya dengan belati tanpa berniat melukainya, ia mencoba menyerang titik lemahnya pada pinggang dengan menendangnya agar membuatnya mundur.
"Aku mengatakan yang sebenarnya, terserah kau percaya atau tidak." Ujar Gia dengan pandangan kosong, ia merasa hatinya sakit merasakan kebencian orang yang ia sayang. Walaupun pertemuan mereka sebentar Gia sudah menganggapnya sebagai saudaranya sendiri dan berjanji dalam hati untuk melindunginya. Namun, apapun yang ia lakukan tidak merubah fakta bahwa dia bukanlah Jialin yang asli dan ia adalah seorang pengecut.
"Sialan! Gunakan kekuatanmu yang sebenarnya jangan menahannya ketika melawanku." Baojia merasa terhina karena dia mengira Gia menyembunyikan kekuatannya.
"Sword Technique - Lightning Hurricane." Baojia mengaliri pedangnya dengan elemen petir dan menebas ke arah Gia.
Wusss~~~
Gia mengeluarkan cakar harimaunya dan mengaitkannya pada batang pohon di atasnya untuk menghindari serangan Baojia, ia merasa tidak bisa menanganinya dan lebih baik menghindar saja.
Baojia yang melihatnya menghindar semakin marah dan terhina, ia menancapkan pedangnya ke tanah dan menggunakan teknik pedang untuk menyerang pohon tempatnya berdiri.
"Sword Technique - Lightning Earthquake."
Tanah terasa tergungcang dengan aliran listrik yang berbahaya yang mengarah ke pohon tempat Gia berdiri. Gia menggertakan giginya melihat serangan mematikan dari Baojia, ia akhirnya mengeluarkan pistolnya dan mengisiya dengan peluru beracun dengan dosis yang tinggi agar melumpuhkan Baojia, ia juga mengarahkan cakar harimaunya ke arah Baojia untuk mencengkram salah satu pohon di dekatnya.
"Maaf."
Dorrrr
Brakkk
Suara kehancuran pohon dan ledakan pistol terdengar bersamaan dan membuat Baojia tidak fokus akan peluru yang mengarah kepadanya, ia tidak sempat membuat perisai dan membiarkan peluru yang mengandung racun bersarang pada lengannya.
"Ahhh..." Baojia merasa sedikit sakit ketika peluru mengenai tubuhnya, ia juga merasa lengannya tak memiliki kekuatan dan terus menjalar ke seluruh tubuhnya dan menyebabkannya lumpuh ke tanah.
Gia menginjak batang pohon sebagai pijakan dan segera turun menghampiri Baojia.
"Maaf, aku tidak bermaksud berbohong, aku hanya ingin menemukan waktu yang tepat untuk mengatakannya." Gia berjongkok di depan Baojia yang tengah tengkurap karena efek racun pada pelurunya.
"Bohong! Kau pasti menikmati menjadi Jialin dan berniat menggatikan dirinya." Baojia berteriak marah untuk mengungkapkan kemarahannya karena tubuhnya lumpuh.
Mata Gia meredup mendengar perkataannya yang tidak salah. "Kau benar aku sangat menikmati menjadi Jialin hingga lupa siapa sebenarnya aku."
"Tapi kau salah, aku tidak pernah berniat menggantikan keberadaan Jialin." Ujarnya dengan tegas.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, seharusnya aku mati dalam kecelakaan tetapi aku bangun di tubuh ini, aku hanya mendengar bahwa Jialin di sergap oleh seseorang sehingga membuatnya tidak sadarkan diri selama beberapa hari." Gia mengatakannya dengan jujur dan berharap Baojia tidak salah paham kepadanya.
"Bukan aku yang seharusnya kau salahkan, tetapi dalang dari penyergapannya yang seharusnya kau selidiki, karena jika Jialin tidak menjadi korban dia tidak akan mati dan jiwaku menepati tubuhnya."
Baojia tidak bisa menjawab karena tubuhnya merasa semakin lemah dan matanya mulai mengantuk, tetapi ia mempertahankannya dan menatap Gia dengan tajam.
"Seandainya ada yang bisa aku lakukan, aku berharap dapat mengembalikan Jialin." Gia mengulurkan tangannya dan menutup mata Baojia untuk menindurkannya. Ia tidak ingin melihatnya meneteskan air mata karena sekarang ia tidak dapat merasakan kasih sayang hangat lagi dari orang orang Jialin, dan sekarang ia harus meninggalkan mereka.
Gia bangkit dari tempatnya berjongkok dan menghapus air mata di wajahnya, ia merasa sejak datang ke dunia ini dia tidak seperti biasanya dan menjadi lemah akan kasih sayang. Seharusnya ia terbiasa sejak karena dia telah di tinggalkan orang tua dan masternya, dia sebaiknya tidak berharap kasih sayang dari orang lain karena itu adalah ilusi yang akan menghilang.
oOo
Gia menyusuri hutan dengan pandangan kosong dan berjalan tak tahu kemana, ia hanya membiarkannya kakinya berjalan kemana pun dan kepalanya tengah mengingat hidupnya di masa lalu.
Gia adalah bayi yang ditinggalkan orang tuannya di depan panti asuhan, ketika usianya 5 tahun Gia hanya melihat anak anak seusianya bermain di taman kanak kanak tanpa berniat bergabung. Walaupun mereka sama sama anak yatim piatu di panti asuhan Gia selalu merasa itu bukanlah tempatnya dan seharusnya ia keluar dari sana.
Gia kecil tidak tahu mengapa perasaan itu ada, mengapa ia tidak bisa bermain dengan ceria bersama teman seusianya, kenapa ia selalu merasa berbeda. Ibu pantin bahkan mencoba membatunya berinteraksi dengan teman sebayanya namun ia tidak bisa dan hanya akan mengecewakannya. Ibu panti pun menyerah kepadanya dan memberikan sebuah mainan untuk menemaninya, Gia kecil menerimanya dan bermain dengan mainan itu sepanjang waktu.
Ibu panti sedikit bernafas lega melihatnya akhirnya melakukan sesuatu, ia sering membongkar mainan itu dan memasangnya kembali hingga berulang kali, ibu panti yang melihatnya suka bermain dengan mainan memberikan banyak mainan kepadanya sehingga membuat anak anak lain iri dan semakin membencinya. Namun, Gia kecil tidak memperdulikannya dan fokus dengan mainannya, ia semakin ahli membongkar pasang mainan bahkan sering memodifikasinya dan membuat hal baru. Ibu panti yang melihat bakatnya sangat senang dan merekomendasikannya pada kenalannya untuk belajar darinya.
Gia kecil akhirnya keluar dari panti asuhan pada usia 12 tahun dan pergi bersama kenalan ibu panti untuk mengikutinya. Ketika berpisah dengan ibu panti, beliau memberikan sejumlah uang untuk bertahan hidup dan sebagai ucapan maaf karena tidak bisa merawatnya dengan baik. Gia kecil tidak menolaknya dan memaafkannya lagi pula panti asuhan memiliki banyak anak anak dan beliau tidak bisa hanya fokus kepadanya, jadi Gia tidak menyalahkannya.
Gia kecil mengikuti kenalan ibu panti selama beberapa hari sebelum akhirnya ia kabur darinya karena mencoba memperkosanya, Gia kecil dengan berani melawannya dengan alat yang ia ciptakan hingga membuatnya pingsan dan segera lari ke kantor polisi untuk melaporkannya. Polisi pun dengan cepat menangkapnya dan melakukan penyelidikan terhadapnya, ternyata ia telah melakukan banyak pelecehan terhadap anak kecil selama beberapa tahun dengan modus penipuan untuk membantu anak anak memberikan pendidikan dan kemudian menjualnya kepada pedagang manusia.
Setelah kejadian itu Gia hidup luntang lantung di jalanan dan tidak berani kembali ke panti asuhan, ia tidak tega melihat wajah sedih ibu panti karena mendorongnya kepada pedofil. Gia berusaha hidup dengan uang yang di berikan ibu panti dan mencari pekerjaan untuk menghidupinya, tetapi banyak yang menolaknya karena usianya yang masih kecil. Gia tidak menyerah dan terus berusaha mencari pekerjaan hingga akhirnya ia di terima di sebuah toko untuk menjadi penjaga toko.
Namun, setelah beberapa bulan bekerja pemilik toko tempatnya bekerja di laporkan pada dinas perlindungan anak karena memperkerjakan dirinya. Mereka berniat membawanya ke panti asuhan agar ada yang mengadopsinya atau menunggu usianya sudah dewasa agar ia bisa bekerja. Akan tetapi Gia tidak ingin kembali ke panti asuhan dan melarikan diri dari mereka hingga akhirnya masternya menemukannya dan membawanya sebagai murid.
Dan sejak itu hidup Gia mulai berubah mejadi lebih baik, walaupun akhirnya ia ditinggalkan oleh masternya tanpa kabar.
"Awas!!!" Raja Hantu berteriak keras mencoba menyadarkan Gia dari masa lalu.
Gia bertindak cepat dan menghindar dari anak panah yang menuju padanya. Ia bernafas dengan cepat karena dapat menghindari anak panah dengan tepat sebelum menembak kepalanya. Ia memegang pistolnya dan mengisinya dengan peluru timah bersiap untuk melawan.
Sreekk sreekkk srekkk
Keluarlah beberapa orang dari semak semak dengan salah satu orang memegang panah yang menembaknya. Mereka berjumlah empat orang dengan dua orang menggunakan pedang, satu orang menggunakan tombak, dan satu orang menggunakan panah. Gia menatap waspada mereka karena ia merasa mereka memiliki niat buruk kepadanya.
"Bukankah hari ini hari keberuntungan kita karena kita kita perlu bersusah payah mencari buruan." Salah satu orang yang memegang pedang berkata dan menatap Gia senang.
"Boss kau benar, ini adalah keberuntungan kita." Jawab si pengguna tombak.
"Lebih baik kalian pergi sebelum aku membunuh kalian." Ancam Gia dan menodongkan pistolnya.
"Hahahahaha sejata apa itu, bukankah itu terlalu kecil untuk di sebut senjata." Si pengguna panah tertawa meremehkan melihat pistol kecil Gia.
"Bos cepat kita serang dia dan mendapatkan hadiah kita." Sela salah satu Si pengguna pedang.
"Hooo... ingin menyerangku kita lihat dulu siapa yang lebih dulu kehilangan kepala." Ujar Gia dingin dan berlari ke arah mereka.
"Wanita sialan berani sekali meremehkanku, cepat serang dia!" Si Bos memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Gia.
Gia memukul si pengguna tombak dengan tinjunya yang kemudian ditahan dan menggantinya dengan tendangan menuju perutnya, ia meraspas tombaknya dan menyerang si pengguna pedang yang mencoba menyerangnya dari belakang. Si bos yang melihat anak buahnya terpukul menggeram marah dan mengarahkan pedangnya ke kepala Gia, Gia dengan cepat menghindar dengan membungkukan tubuhnya kebelakang dan menendang dagu si bos dengan keras.
"Awas sebelah kananmu." Raja Hantu memperingati Gia akan anak panah yang menyerangnya.
Gia dengan cepat menghindar dan mengarahkan tombak di tangannya ke arah si pengguna panah hingga membuatnya jatuh dari pohon karena Gia melukai kakinya. Sekarang Gia bertangan kosong dan menyerang si pengguna tombak yang telah kehilangan tombaknya dengan kuat dan memukulnya di dadanya.
"Belakangmu!"
Gia menghindar ke samping dan meraih pedang si pengguna pedang dan menggunakannya untuk melawannya, ia juga tidak melupakan si bos yang terus menyerangnya dengan sengit.
"Sebelah kiri."
"Cepat menghindar."
"Serang bagian lututnya."
"Awas di sampingmu."
"Pukul di belakangmu dengan keras."
"Gunakan belatimu untuk menyerang sisi kanannya."
Raja Hantu terus membantu Gia menghadapi mereka dengan menganalisa pertarungan dan memberikan strategi kepada Gia, sekarang mereka berempat dalam posisi yang kurang menguntungkan karena terus menerus di serang Gia.
"Sialan bukankah wanita ini orang tidak berguna? Bagaiman dia bisa terus bertahan dan menyerang kita." Si bos menggertakan giginya karena ia tidak menyangka Putri Jialin yang terkenal sebagai sampah ternyata sangat pandai bertarung.
"Lakukan formasi sekarang!" Si bos menyuruh anak buahnya untuk menggunakan formasi agar bisa mengalahkan Putri Jialin, mereka harus menggunakan kekuatan yang sebenarnya dan tidak meremehkannya lagi.
Raja Hantu yang melihat formasi tersebut segera memerintahkan Gia lari karena ia tidak bisa menghadapinya. "Cepat lari ke arah tebing!"
Gia mengangguk dan mengikuti intruksinya segera.
"Kau pikir kau bisa melarikan diri? Jangan harap kau bisa melarikan diri dari serikat blood tiger, Xiao Mi cepat hentikan dia." Si bos memerintahkan si pengguna panah untuk mencegahnya melarikan diri dengan cepat sebelum formasi mereka selesai.
Xiao Mi melaksanakan perintah bos dan menebak Gia dengan anak panah terus menerus. Gia tidak tinggal diam dan menembaknya dengan pistol berharap dapat mengganggu formasi mereka.
"Sialan." Xiao Mi menggeram kesal karena anak panahnya dihancurkan oleh pelurunya, dia tidak menyangka senjata kecil yang ia remehkan ternyata lebih baik dari anak panahnya dan dapat melaju dengan cepat.
Gia yang melihat tebing tempatnya pergi beberapa hari yang lalu merasa senang dan menatap Raja Hantu yang melayang di sampingnya. "Sekarang apa?"
Raja Hantu menoleh ke belakang dan melihat formasi mereka hampir selesai dan siap di lemparkan ke arah Gia. "Cepat berlari ke sana dan melompat!"
"Apa?!?!" Gia berteriak mendengar perkataannya.
"Percayalah padaku." Raja Hantu menatap Gia dengan tegas dan penuh percaya diri seolah tidak akan membiarkannya terluka.
Gia menatap mata Raja Hantu yang berwarna merah seolah menyiratkan ia akan selalu melindunginya, ia merasa sedikit linglung hingga menyebabkan memperlambat larinya.
"Jangan melambat, cepat berlari ke tebing dan melompatlah, aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu." Tegasnya sekali lagi.
Gia menarik nafasnya dan mempercepat larinya, kali ini ia memilih untuk percaya pada sosok asing yang seenaknya menciumnya dan memanggilnya istri. Lagipula dia pernah mati, jadi dia tidak takut mati lagi.
Formasi telah selesai, mereka melemparkan kekuatan dalam formasi ke arah Gia, berharap agar cepat membunuhnya. Lagipula misi mereka adalah untuk melenyapkan Putri Jialin.
Gia yang merasakan kekuatan besar menuju ke arahnya tidak meolehkan kepalanya dan mempercepat larinya hingga ia sampai di ujung tebing kemudian segera melompat kebawah.
-TBC-