Setelah berkutat dengann proyeknya yang menumpuk, Gia memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi istana bersama Junzhi untuk menghilangkan penat dan mengenal tempat ia berada, ia tidak ingin melakukan suatu hal ceroboh yang akan menyebabkannya mendapatkan masalah karena bukan dia saja yang akan mendapatkan akibatya tetapi seluruh penghuni Paviliun Teratai Hitam akan mendapatkan dampaknya juga.
Dengan penjelasan Junzhi, Gia mengetahui beberapa tempat di istana kekaisaran yang tidak berbeda jauh dari drama china yang pernah ia lihat di televisi. Terdapat sebuah taman besar yang biasanya digunakan untuk diselenggarakan sebuah acara atapun perjamuan dalam istana, beberapa hari lalu ulang tahu Kaisar diadakan di sana. Tidak terlalu jauh dari taman bunga terdapat sebuah aula besar tempat kaisar dan para penjabat mengadakan diskusi untuk membahas permasalahan negara.
Untuk tempat tinggal para pangeran berada di area timur, di sana terdapat beberapa paviliun yang digunakan untuk para pangeran tinggal dan berlatih kultivasi karena di sana di sediakan tempat berlatih dengan peralatan kualitas terbaik untuk meningkatkan kultivasi dengan bimbingan Master kultivasi yang telah di undang.
(Kultivasi = Beladiri)
Untuk para Putri berada disisi barat, dengan fasilitas tidak berbeda jauh dari para pangeran karena walaupun mereka perempuan sekalipun wajib memiliki tingkat kultivasi yang baik agar tidak memalukan wajah Kekaisaran Xue Ying, di sana terdapat sebuah danau buatan yang di penuhi bunga teratai beragam jenis yang memperindah tempat tinggal para putri. Sedangkan untuk tempat tinggal Putri Jialin berada di area paling barat yang jauh dari tempat tinggal para putri lainnya. Untuk tempat tinggal Kaisar berada tidak terlalu jauh dari aula utama dan dekat dengan tempat tinggal para wanita Kaisar.
Kaisar memiliki permaisuri dan 4 selir yang berada di heremnya, dari mereka Sang Kaisar mendapatkan 4 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Anak tertua dilahirkan oleh mendiang Permaisuri dan diberikan gelar Putra Mahkota saat kelahirannya, namanya adalah Rong Jingying. Selain Putra Mahkota, mendiang Permaisuri juga melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan yang kemudian mendapatkan gelar Pangeran Kedua dan Putri Pertama Kekaisaran Xue Ying, mereka bernama Rong Baojia dan Rong Jialin.
Setelah kelahiran si kembar permaisuri wafat, dan Kaisar mengangkat Zhang Zhenli adik dari mendiang permaisuri untuk menggantikan kedudukannya sebagai permaisuri, dari hasil pernikahan mereka Zhang Zhenli melahirkan anak perempuan yang diberi nama Rong Bailin dan mendapatkan gelar Putri Kedua.
Tak berselang lama dari pernikahannya dengan Zhang Zhenli, Kaisar mengangkat Lin Jiaomei anak perempuan dari menteri perpajakan sebagai selirnya dengan gelar selir tingkat pertama dan mereka memiliki anak yang bernama Rong Fengying, Pangeran Ketiga. Selir kedua yang di miliki Kaisar bernama Bai Hongli, berbeda dari Lin Jiaomei yang berasal dari keluarga bangsawan Bai Hongli hanyalah anak dari pedagang kekaisaran yang kemudian diangkat Kaisar menjadi selirnya, dia memiliki seorang Putri yang bernama Rong Yiran, Putri Ketiga.
Selanjutnya selir ketiga berasal dari keluarga militer, putri Jendral Wei Zhaoyang, Wei Linmei yang diberi gelar selir tingkat kedua dan memiliki anak perempuan yang bernama Rong Chungyi, Putri Keempat. Selir terakhir bernama Lian Xiahe yang berasal dari keluarga biasa tanpa memiliki kedudukan apapun dalam istana, saat itu kaisar terpukau dengan permainan musiknya dan mengangkatnya menjadi selirnya, ia memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Rong Zeming, Pangeran Keempat sekaligus anak terakhir dari Kaisar.
Gia mengangguk mengerti dengan semua penjelasan Junzhi, sudah ia duga Kaisar memiliki banyak anak dan istri walaupun beberapa dari mereka dikatakan tidak sah karena menjadi selir ataupun di lahirkan dari selir. Dunia ini memandang rendah wanita dan menganggapnya sebagai hiasan tanpa memperdulikan perasaan mereka, sangat berbeda jauh dengan dunianya yang sudah mengnggap wanita setara dengan laki-laki dan dapat melakukan apa yang mereka suka tanpa di batasi apapun, wanita bebas melakukan apapun dan bahkan bisa melampaui para laki-laki.
Tapi di dunia ini wanita harus tunduk pada laki-laki tanpa bisa melakukan apapun, hanya ada satu cara untuk mendapatkan kebebasan yang semu yaitu memiliki kekuatan yang lebih hebat dari laki-laki maka mereka tidak akan memandang rendah perempuan.
Namun, itu hanyalah semu, laki-laki tidak akan membiarkan perempuan lebih hebat dari mereka karena itu merendahkan martabat laki-laki oleh sebab itu kultivator perempuan banyak yang terbunuh dan hanya sedikit yang terkenal dan melampaui laki-laki dan itupun dibawah bayang-bayang kematian dari kultivator laki-laki yang tidak akan membiarkan perempuan unggul dari mereka.
(Kultivator = Ahli Beladiri)
Dan Gia sungguh membenci dunia ini!
Tak ada hak dan kebebasan yang didapatkan perempuan, mereka harus tunduk pada ayah mereka, mereka harus patuh pada suami mereka, mereka harus bergantung pada anak laki-laki mereka.
Dan hal yang paling dibenci Gia adalah perempuan dengan bodohnya tunduk pada laki-laki tanpa mau berjuang mendapatkan kebebasan yang sebenarnya.
"Tuan Putri anda tidak apa-apa?" Junzhi menatap wajah Sang Putri cemas melihat ekspresinya yang gelap.
Gia mengedipkan matanya. "Tidak apa-apa."
"Ayo lanjutkan perjalanan."
Ketika sedang asyik menjelajah Gia melihat beberapa penjaga istana yang berlalu-lalang seakan terkejar waktu, Gia menaikkan alisnya heran dan menghentikan salah satu penjaga yang melewatinya.
"Ada apa dengan semua penjaga istana? Kenapa kalian terburu-buru?"
Pengawal itu tersentak dan melihat siapa yang menghentikannya, dia kaget ketika mendapati Putri Jialin yang menghentikannya sontak ia segera memberi salam. "Salam Tuan Putri, maaf atas kelancangan saya karena tidak menyadari kehadiran anda."
Gia mengibaskan tangannya pelan. "Lupakan saja, sekarang jawab pertanyaanku!"
Dengan jujur dia menjawab. "Kami hanya diperintahkan untuk siaga karena mendapatkan sebuah kabar bahwa kultivator Emperor Realm berada di ibukota."
"Dan ada sebuah kemungkinan itu adalah Raja Hantu."
Gia menaikkan alisnya, dia tidak pernah mendengar nama itu. "Siapa Raja Hantu?"
Pengawal itu gugup mengingat tentang Raja Hantu. "Raja Hantu adalah seorang kultivator kuat yang tinggal di Hutan Terlarang, tidak ada yang tahu seperti apa dia sebab orang-orang yang telah melihatnya pasti akan mati dan dia pernah menghancurkan sebuah kota di Kekaisaran Zheng Yi beberapa tahun silam.
Gia dan Junzhi kaget mendengar Raja Hantu sangat kuat dan bisa menghancurkan sebuah kota dan sekarang ia berada di Kekaisaran Xue Ying.
Emperor Realm!
Gia sudah mengetahui tingkat dan level kekuatan didunia ini, banyak kultivator mencoba menaikan kekuatan mereka tanpa kenal lelah, namun tetap saja jarang orang yang mencapai King Realm dengan usaha mereka, hanya sedikit orang yang bisa mencapainya. Apalagi untuk mencapai Emperor Realm hanya seorang jenius berbakat yang bisa mencapainya!
"Bagaimana dia ada di Kekaisaran Xue Ying?" Gia ikut khawatir dengan kehadiran orang kuat ini.
Pengawal itu dengan cemas menatap Putri Jialin. "Itu karena cermin anda Tuan Putri."
"Cerminku?"
o0o
Ketika Kasim Yun melihat kedatangan Putri Jialin bersama pelayannya, ia seolah ingin lari ketika mengingat beberapa hari memakan kue bulan yang berisi sesuatu yang sangat pedas hingga membuatnya sakit perut karena sering bolak-balik pondok jerami. Ia bersumpah tidak akan pernah memprovokasi Putri Jialin!
"Haha anda di sisni Tuan Putri." Sapanya canggung. "Kaisar berada di ruangannya, silahkan anda langsung masuk."
Gia memandang Kasim Yun dari atas ke bawah, ia menyunggingkan senyum kecil dibibirnya. "Bagaimana kue bulan buatanku Kasim Yun? Apakah kau suka? Jika kau ingin lagi aku akan meminta Junzhi mengirimnya padamu."
Kasim Yun pucat mendegar ucapannya yang megingatkannya dengan beberapa hari yang lalu, dengan mata terbuka ia menyemburkan omong kosong untuk menyenangkan Sang Putri. "Tidak buruk tidak buruk, anda tidak perlu bersusah-susah membuat kue bulan untuk seorang kasim belaka, saya tidak pantas menerima anugrah anda." Tidakkkk aku tak ingin kue iblis itu!!!! Jawab Kasim Yun dengan senyum kaku.
"Tak perlu sungkan, kamu sudah melayani Kaisar dengan baik jadi wajar saja aku memberikanmu hadiah lagipula kudengar kau sangat menyukai kue bulan."
"Anda tidak perlu repot-repot." Aku tidak akan pernah memakan kue bulan lagi!!! Kasim Yun berkeringat dingin menjawabnya.
"Aku tak kerepotan, nanti akan kusuruh salah satu pelayanku membawanya padamu." Gia menyeringai lebar dan membalikan tubuhnya.
"Habis sudah riwayatku!!!" Batin Kasim Yun nelangsa.
"Oh yang jangan lupa dihabiskan ya!" Gia menolehkan kepalanya sambil tersenyum evil.
"Tidaaaaaakkkkkk."
o0o
Gia memasuki ruangan dan membuka pintunya pelan, ia melihat Kaisar tengah duduk dengan tumpukan dokumen negara yang harus ia periksa memenuhi mejanya, keadaanya tidak bisa dibilang baik karena ia melihat Kaisar dengan pakaian sedikit berantakan dan tatanan rambut yang buruk, ia menghela nafas melihatnya dalam keadaan seperti ini ia tidak pernah melihat Kaisar yang seharusnya berwibawa dengan pakaian yang bagus dalam keadaan kacau seperti ini.
Tanpa salam Gia bertanya pada Kaisar. "Kudengar gara-gara cerminku kultivator Emperor Realmdatang ke Kaisaran Xue Ying?"
Kaisar mendongakkan kepalanya dan melihat putrinya masuk tanpa ia sadari."Sejak kapan kamu masuk?" Ia mengerutkan dahinya."Siapa yang bilang seperti itu? Bukan seperti itu kejadiannya."
"Tapi tetap saja dia tertarik dengan cerminku" Kukuh Gia.
"Kamu memang benar, mungkin dia tertarik dengan cermin menakjubkanmu." Kaisar menghela nafas tak berdaya.
Gia melihat Kaisar semakin mengerutkan dahinya , kenapa ekspresi Kaisar malah terlihat sangat khawatir. "Lalu kenapa kamu malah khawatir?"
Ketika diingatkan penyebab kekhawatirannya dia memukul meja dengan emosi. "Ini semua gara-gara Putra Mahkota,dia dan orang itu berebut mendapatkan cerminmu namun Putra Mahkota menggunakan status dan kekuatannya untuk menekan orang itu, orang itu tak tinggal diam dan mengeluarkan kekuatannya yang ternyata level Emperor Realm."
Kaisar mencengkram rambutnya frustasi. "Fuhuang khawatir jika orang itu akan membalas dendam dan melibatkan Kekaisaran Xue Ying. Orang itu benar-benar tidak bisa disinggung, kita tidak pernah tahu sebesar apa kekuatannya sebagai kultivator Emperor Realm. Dan aku berharap itu bukan Raja Hantu."
(Fuhuang = Ayah Kekaisaran)
Gia yang mendengarnya juga ikut khawatir, jika orang itu membalas dandam dan melibatkan Kekaisaran Xue Ying maka itu juga berdampak dengan Junzhi dan Baojia, ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan orang-orang yang ia sayangi karena hanya merekalah yang ia miliki didunia ini.
Gia maju dan mendekati Kaisar. "Adakah yang aku bisa bantu?"
Kaisar yang mendengarnya menolehkan pandangannya melihat keberanian Jialin menawarkan bantuan, ia sedikit tersenyum. "Tidak ada."
Gia yang mendengarnya menggepalkan tangannya menahan kesal, dia merasa sangat tidak berguna.
Kaisar yang melihat kekesalan Jialin mencoba menghiburnya. "Mungkin kamu bisa membuat benda-benda ajaib lagi, itu akan berguna untuk Kekaisaran ini."
Gia yang mendengarnya mengangkat kepalanya ia melihat Kaisar yang tersenyum menghiburnya. "Baik" Dia juga membalas senyum Kaisar.
o0o
Di istana di tengah Hutan Terlarang.
Sebuah bayangan transparan melintas dengan cepat melewati pepohonan hingga mencapai sebuah istana ditengah Hutan Terlarang. Dia terus bergerak hingga mencapai belakang istana, dan terlihatlah sosok yang mirip dengan bayangan itu. Bayangan itu dengan cepat memasuki tubuhnya, dan sosok yang tengah dalam posisi kultivasi tiba-tiba membuka matanya.
Dia mulai merenggangkan tubuhnya kaku, karena berada posisi kultivasi yang mengharuskannya diam untuk beberapa jam. ia mengangkat tangannya dan berkonsentrasi, sebuah cahaya perlahan muncul dan berkumpul ditelapak tangannya hingga terbentuklah sebuah cincin.
Sosok itu mengusap cincinnya dan muncullah sebuah cermin besar dihadapannya, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh bayangan yang terpantul dalam cermin, ia menyeringai dan menyentuh wajahnya sendiri.
"Astaga ternyata aku tampan sekali." Sosok itu memuji dirinya sendiri sambil mengelus dagunya.Ia bergaya di depan cermin dengan posisi yang menurutnya tampan karena dia adalah yang paling tampan.
Zhouming yang tidak sengaja melewati tempat latihan Masternya tidak sengaja melihat adegan itu dan membuatnya ingin menyemburkan darah melihat kelakuan Masternya yang semakin hari semakin dipertanyakan kewarasannya.
"Ada apa?" Guangli tiba-tiba berada di sampingnya dan bertanya.
Dengan menutup matanya Zhouming menunjuk area latihan Sang Master dan menunjuk dengan tangan gemetar. "Lihat sendiri kelakuan Master!"
Guangli melihat arah yang ditunjukan Zhouming dan melihat apa yang terjadi, dan ia melihat Master mereka, Raja Hantu yang terkenal tengah membuka sebagian pakaiannya sambil memuji dirinya sendiri di depan cermin.
Mata Guangli terasa buta melihat adegan itu, ia ikut menutup matanya tak kuasa melihat kelakuan Masternya yang semakin tak waras!
"Master sejak kapan kamu menjadi merak yang bangga?!?!"
(Merak yang bangga = Orang yang narsis)
Tak adakah yang bisa membuat Raja Hantu menjadi orang normal?!?!?!
O0o
Beberapa hari telah berlalu sejak insiden munculnya Kultivator Emperor Realm, semua orang bernafas lega karena tidak ada pergerakan darinya. Mereka sedikit melepaskan kekhawatiran mereka akan keberadaan sosok yang kuat itu, namun mereka tidak bisa begitu saja tenang, mereka harus tetap waspada untuk kemungkinan yang tak diinginkan.
Semua pelayan istana mulai sibuk dengan persiapan acara ulang tahun Putri Jialin. Mereka harus mempersiapkan sebaik mungkin karena sekarang Putri Jialin sangat berbeda dengan yang dulu, dan atas perintah Kaisar semua pelayan mempersiapkan pesta dengan sebaik mungkin.
Sedangkan Gia sendiri masih berada di kediamannya tanpa memperdulikan acaraulang tahunnya, ia menyerahkan semua persiapan pesta pada pelayan. Dia tidak peduli karena menurutnya cukup merepotkan.
Dia tengah sibuk dengan semua benda-benda yang ia buat, dia mencoba membuatnya sebaik mungkin seperti di dunianya dulu walaupun dengan peralatan seadanya.
Salju telah turun beberapa hari lalu dan membuat semua orang berlindung didalam rumah dan enggan keluar karena suhu yang sangat dingin, namun itu tidak menghentikan Gia untuk membuat benda-benda walaupun sesekali ia harus menahan rasa dingin karena hawa dingin yang memasuki celah-celah dinding yang berlubang di ruangannya.
"Sial aku harus memperbaiki dinding-dinding ini jika tidak ingin membeku kedinginan." Ia merapatkan matel berbulu ditubuhnya.
"Tuan Putrimakan siang anda sudah siap"
Suara Junzhi didepan pintu ruangannyamembuat Gia menghentikan semua aktivitasnya, ia beranjak dari tempatnya duduk dan membuka pintu.
Dengan menahan rasa dingin Gia menggandeng lengan Junzhi mencoba mencari sedikit kehangatan dari tubuhnya. "Baiklah ayo kita makan"
Junzhi yang merasakan tubuh Putri Jialin yang kedinginan, menyampirkan mantel yang ia bawa. "Tuan Putriini matel tambahan untuk anda, pasti anda kedinginan."
Gia tersenyum akan keperdulian Junzhi. "Terimakasih"
"Sama-sama Tuan Putri."
Junzhi membalas senyum Putri Jialin, mereka mulai berjalan menuju tempat makan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari ruangan Gia, mereka berjalan hati-hati agar tidak tergelincir di lantai kayu yang mulai membeku. Sesampainya disana Gia segera duduk dan menarik tangan Junzhi untuk makan bersamanya.
Sebelumnya ketika diajak Gia makan bersama satu meja Junzhi sempat menolak karena merasa statusmya sebagai pelayan tidak layak, tetapi dengan acaman Gia yang tak akan menanganggapnya teman lagi akhirnya Junzhi menerimanya dan mulai saat itu mereka makan dalam satu meja bersama.
Ketika sedang menikmati makanan, salah satu pelayan memasuki ruangan dan melaporkan keadaan diluar.
"Maaf Tuan Putri telah menggangu makan siang anda, nubi disini ingin melaporkan sesuatu. Kemarin beberapa pelayan tidak sengaja menumpahkan air dihalaman belakang dan sekarang telah membeku, mohon putri untuk tidak ke halaman belakang karena disana sangat licin."
(Nubi = Cara pelayan memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)
Gia yang mendengarnya bukannya kecewa tapi malah senang dan tersenyum, dia akhirnya bisa melakukan salah satu hobinya.
"Akhirnya aku bisa menari"
-TBC-