Chereads / The King Ghost Wife / Chapter 25 - Chapter 24 - Curiga dan Marah

Chapter 25 - Chapter 24 - Curiga dan Marah

~Happy Reading~

Gia melepaskan pelukannya dengan Kaisar dan tersenyum kecut dalam hatinya, ia tahu bahwa dia bukanlah Jialin yang asli dan dia tidak akan pernah menjadi dia. Dan walaupun Gia sudah mengetahuinya dia tetaplah memanfaatkan identitas Jialin untuk mendapatkan hal yang tidak pernah ia dapatkan dalam kehidupan masa lalunya.

Salahkah ia melakukannya?

Gia hanya ingin sepotong kecil kasih sayang dari orang-orang terdekat Jialin sebelum dia siap meninggalkan mereka, karena ia sadar cepat atau lambat orang-orang akan mengetahuinya dan dia tidak ingin menjadi sosok Jialin di masa lalu, dia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.

Biarlah Gia menikmati ini untuk sementara waktu, lagipula ini bukan yang pertama kalinya dia memanfaatkan kasih sayang orang disekitarnya walaupun pada akhirnya mereka meninggalkan sendiri. Berjuang dalam hidup yang keras hingga membuatnya terjun di dunia bawah.

Ibu panti tempat ia di besarkan dan gurunya yang tiba-tiba menghilang, Gia tidak akan pernah melupakan sosok mereka dalam hatinya, sebab orang-orang tersebut adalah orang yang telah mengajarinya dan melihatnya tumbuh walaupun pada akhirnya dia tetap sendiri.

Biarlah Gia merasakannya sedikit lagi.

"Ada apa?" Kaisar mengerutkan keningnya melihat ekspresi Jialin yang sedikit sedih.

"Tidak apa-apa." Gia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak menyangkan akan merayakan ulang tahun seperti ini, ada kamu dan Baojia." Ujarnya sambil tersenyum.

"Tahun depan kita akan merayakan ulang tahun kalian dan Fuhuang pastikan masalah seperti ini tidak akan terjadi lagi." Janji Kaisar.

(Fuhuang = Ayah Kekaisaran)

"Baiklah." Gia tersenyum hingga matanya menyipit.

Kaisar sedikit terteguh melihat senyum Jialin yang terlihat mirip dengan almarhum permaisuri Zhang Junda.

"Tahun depan kita akan merayakannya dengan meriah."

'Aku harap saat itu aku masih 'Jialin' dan bisa menikmatinya'

Baojia yang melihat interaksi saudarinya dengan ayahnya memalingkan mukanya kearah lain, sebenarnya ia ingin menyeret Jialin jauh dari 'ayah' yang tidak pernah memperdulikan mereka. Namun, ketika melihat Jialin tersenyum senang dia tidak bisa melakukannya, dia tahu bahwa Jialin sangat mengharapkan kasih sayang Kaisar, apalagi ia menunjukan senyum yang sangat jarang ia perlihatkan, walaupun dia terkadang tersenyum dia dapat melihat bahwa itu bukanlah senyum kegembiraan.

Gia yang melihat Baojia memalingkan mukanya segera menghampirinya dengan sebuah kotak hadiah.

"Ini untukmu." Gia menyerahkan kotak tersebut.

"Apa ini?" Baojia menatap penasaran pada kotak yang diberikan saudarinya.

"Buka saja!"

Baojia membuka pita yang mengikat kotak itu dan segera mengangkat tutup kotaknya dan terlihatlah sebuah gelang dengan benda berbentuk lingkaran di tengahnya namun memiliki jarum kecil didalamnya yang terus bergerak.

"Apa ini?" Baojia tidak pernah melihat gelang aneh seperti ini.

Gia tersenyum dan menjelaskan. "Ini adalah Jam Tangan, ini bisa menunjukan waktu yang tepat dengan melihat jarum jamnya, lihat jarum yang pendek menunjukkan jam, yang panjang menunjukan menit sedangkan yang terus bergerak menunjukan detik. Jam ini lebih efesien daripada jam matahari dan jam air yang hanya bisa digunakan di waktu tertentu."

"Aku memanfaatkan batu Yonsi sebagai baterainya untuk menggerakan mesin jamnya." Jelas Gia.

Baojia sedikit terkejut mendengar penjelasan dari Jialin, sejak kapan Jialin bisa membuat hal baru ia tidak menyangkan dia sangat berubah sejak kepergiannya.

"Kamu membuatnya sendiri?"

"Tentu saja." Ujar Gia dengan bangga. Sebagai agen rahasia Gia sangat menyukai mekanika dan membuat alat-alat yang sendiri untuk bekerja. Dia memiliki rasa penasaran yang tinggi sejak kecil dan berkat gurunya ia akhirnya sangat suka mekanika dan hal-hal berbau mesin.

Baojia memandang ragu Gia yang tersenyum bangga di depannya, benarkah dia adalah Jialin yang ia kenal?

"Sini aku bantu mengenakannya." Gia mengambil alih jam tangannya, dan memasangnya di pergelangan tangan kirinya.

"Terlihat bagus."

"Aku juga mempunyai hadiah untukmu." Baojia menyerahkan hadiah pada Jialin.

Gia segera membuka bungkusan pada hadiahnya dan terlihatlah sebuah kalung permata berwarna merah menyapa pandangannya.

"Wow apakah ini permata Yonjili yang sangat langka, bahkan kamu mendapatkan warna merah yang paling langka" Gia mengagumi hadiah dari Baojia dan menyetuh permata itu yang terasa halus dan hangat ketika ia sentuh.

Permata Yonjili adalah sebuah permata yang terbentuk di bawah samudra dan memiliki banyak fungsi, permata itu bisa digunakan untuk kultivasi, bahan pembuat obat dan pil, memulihkan stamina tubuh yang telah habis ketika bertarung dan masih banyak lagi fungsinya. Permata ini tergolong langka karena proses pembuatannya membutuhkan ribuan tahun untuk terbentuk di perut bumi. Permata ini dibagi menjadi 5 tingkatan berdasarkan warna untuk membedakannya.

Tingkat 1 - Warna Hijau

Tingkat 2 - Warna Biru

Tingkat 3 - Warna Kuning

Tingkat 4 - Warna Jingga

Tingkat 5 - Warna Merah

Dan permata milik Gia berwarna merah dan termasuk sangat langka karena terbentuk lebih lama dibandingkan permata lain dan terpendam sangat jauh di perut bumi. Permata Yonjili merah itu memiliki fungsi yang lebih beragam ketimbang permata Yonjili warna lain.

"Benar, sini aku bantu kenakan dilehermu" Baojia mengambil alih kalung itu dan membantunya mengenakan dilehernya.

Gia dengan patuh membiarkan Baojia membantunya mengenakan kalung dilehernya, dia menyibakkan rambutnya dan mengumpulkannya ke samping agar memudahkan Baojia.

Setelah mengenakan kalung itu Gia merasakan perasaan hangat yang menjalar keseluruh tubuhnya dari kalung itu.

"Uh... ini sangat hangat dan nyaman" Gia mendesah lembut merasakan kehangatannya.

Baojia tersenyum melihatnya senang dengan hadiahnya. "Aku tahu, kamu kemarin juga menari di tengah cuaca dingin dan sekarang kamu juga melakukannya lagi, aku sangat khawatir jika kamu sakit. Jadi aku memberikan permata ini untukmu."

Gia tersenyum dan berkata. "Terima kasih"

"Sama-sama" Baojia membalasnya tersenyum

Kaisar yang merasa terabaikan hanya bisa tersenyum melihatnya, ia tidak menghentikan reuni saudara yang lama tak jumpa. Ia cukup merasa bersalah telah memisahkan mereka berdua selama ini, dia berharap bahwa mereka bisa bersatu, dan ia bisa melakukan tugas sebagai ayah yang telah ia abaikan selama ini.

oOo

Brak~~~~

Orang itu dengan marah memasuki kamarnya dengan mendobrak pintu kencang hingga berbunyi keras. Dengan marah dia membanting benda-benda disekitarnya hingga pecah dan mengagetkan semua pelayan diluar.

"Jialin sialan!!!" Dia semakin marah ketika mengingat rencananya hancur untuk mempermalukan Jialin.

"Hentikan perbuatan kekanakanmu itu!"

Orang itu menghentikan perbuatannya dan menoleh ke asal suara yang mencoba menghentikannya.

"Bukankah kamu juga benci melihatnya huh?" Orang itu hanya mendengus kesal.

"Kamu benar aku juga benci melihatnya, namun ini bukan saat yang tepat untuk membalas dendam. Kita harus menunggu."

"SAMPAI KAPAN??? Aku sudah muak melihat mukanya." Orang itu meraih vas bunga didekatnya dan membantingnya kelantai.

"DIAM!!! Kamu ingin semua orang mendengarnya" Dengan marah dia menatap tajam orang itu yang telah lepas kendali.

Orang itu tidak menjawab dan hanya bernafas kasar.

Dengan menyipitkan matanya memikirkan sesuatu, dia berkata. "Kita tunggu sebentar lagi."

oOo

"Masterrrrr jangan kesanaaa!!!" Banzhou dengan cepat menghentikan Masternya yang telah kehilangan kesabaran melihat Putri Jialin berpelukan dengan saudaranya bahkan mereka saling bertukar hadiah.

"Berani beraninya dia berpelukan dengan pria lain bahkan saling bertukar hadiah. Raja ini masih di sini dan ia berani bermesraan dengan orang lain, lihat saja Raja ini akan menghukumnya." Raja Hantu ingin sekali bergegas kesana untuk mencincang pria yang berani menyentuh wanitanya bahkan sampai berpelukan, dia sendiri saja tidak pernah memeluknya!!!

'Master sadarlah kamu bukan siapa-siapa Putri Jialin, kalian bahkan tidak pernah bertemu secara resmi, apa hak mu untuk marah' Ingin sekali Banzhou meneriakan kalimat itu pada Masternya , namun bahkan jika dia memiliki 1000 nyawa pun dia tidak akan pernah mengatakannya! Masternya adalah orang yang tingkat kewarasannya dipertanyakan! Lebih baik menghadapi musuh yang sengit daripada orang tak waras seperti Masternya.

Jika Raja Hantu mengetahui pikiran bawahannya ia pasti mengirinya dengan kejam, dia sangat kuat ok bahkan dia memiliki kekuatan paling kuat di seluruh daratan!

Namun, sayangnya tidak di imbangi dengan kepitaran, mungkin dunia ini adil. :v

Untungnya perkelahinya mereka tidak diketahui oleh orang lain, Raja Hantu memiliki kekuatan khusus yang dapat membuat ruang seakan terpisah dan menciptakan kamuflase tak kasat mata, bahkan orang-orang dengan kultivasi Emperor Realm akan kesulitan mendeteksinya kecuali mereka menggunakan kekuatan penuh.

Banzhou yang tidak kuat lagi menahan Masternya, secara diam-diam mengeluarkan botol penangkap roh untuk mengirim roh masternya ke kastil di tengah hutan terlarang.

Raja Hantu yang menyadari gelagat bawahannya hanya mendengus meremehkan, dia tidak akan jatuh pada perangkap yang sama!

Raja Hantu mengeluarkan kertas jimat yang telah ia siapkan dan dengan cepat membakarnya dan mengarahkan abu kertas ke wajah Banzhou, Banzhou yang tidak siap tidak bisa menghindar ketika wajahnya dengan cepat tercoreng hitam karena abu kertas.

Raja Hantu hanya tertawa melihatnya dan ia berharap kertas jimat akan sangat efektif memberikannya kesialan! Ia pun dengan cepat meninggalkan tempat persembunyiannya itu.

'Oh tidak Raja Hantu melarikan diri' Banzhou mengabaikan abu kertas pada wajahnya dan panik melihat tempat Masternya menghilang, dia sangat panik jika ia melakukan hal-hal aneh yang tak bermoral setelah melihat adegan Putri Jialin dan saudaranya!

Banzhou dengan cepat bergerak namun dia tidak sadar salah satu kakinya terlilit oleh batang yang menyebabkannya jatuh dari pohon!

Untungnya ia menggunakan kamuflase dari Masternya sehingga tidak ada yang tahu.

oOo

Gia tiba-tiba menoleh kesalah satu pohon namun tidak ada hal yang aneh 'apa hanya perasaanku saja? Aku merasakan ada orang yang melihatku.'

-TBC-