"Aku berat meninggalkanmu Sher, aku takut tidak akan bisa pulang ke sini lagi. Kamu tahu, Viona wanita yang sangat licik dan menakutkan bagiku." ucap Hayden dengan tatapan memelas seolah-olah tidak ingin berpisah dari Sheren.
"Jangan berpikir yang negatif Hayd. Yakinlah semua akan baik-baik saja. Kamu fokus saja pada pekerjaan kamu dan keluarga kita yang sangat membutuhkan kamu." ucap Sheren memberi semangat pada Hayden.
Hayden terdiam hanya memeluk Sheren dengan sangat erat.
"Pergilah Hayd, nanti siang aku akan mengantar makan siang untukmu." ucap Sheren melepas pelukan Hayden.
"Benar ya? kamu pasti datang nanti siang? aku akan menunggumu. Aku tidak akan makan sebelum kamu datang." ucap Hayden dengan serius.
"Aku pasti datang Hayd." Ucap Sheren seraya mengecup punggung tangan Hayden.
Hayden membalas dengan mengecup kening Sheren kemudian masuk ke dalam mobil.
Sheren melambaikan tangannya melepas kepergian Hayden. Mobil Hayden bergerak pelan meninggalkan Sheren yang masih berdiri di tempatnya.
Sheren mengambil nafas dalam merasa sedih memikirkan tentang Hayden dan keluarganya yang tidak bisa lagi hidup bahagia sejak Hayden di bawah kekuasaan Viona dan Ayahnya.
Dengan perasaan sedih Sheren menutup pintu pagar kemudian beranjak dari tempatnya berniat masuk ke dalam rumah.
"Sheren?!!"
Sheren menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya saat mendengar suara seseorang memanggil namanya.
"Shefa??! apa kamu Shefa?!" ucap Sheren saat melihat dan mengingat wajah wanita yang berdiri di luar pagar.
Wanita itu menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Ya Tuhan!! Shefa!!" ucap Sheren bergegas membuka pintu pagar dan memeluk Shefa dengan erat.
"Sheren!! kamu jahat sekali!! kamu tidak ingat aku sama sekali ya?!! sampai kamu menikah tidak ingat aku sama sekali." ucap Shefa sahabat Sheren saat SMA dan berpisah lama sejak Shefa keluar negeri ikut orang tua angkatnya. Shefa adalah anak yatim piatu yang tinggal di Yayasan dan berteman baik dengan Sheren.
"Bagaimana aku bisa menghubungi kamu lagi Shefa? nomor kamu sudah tidak aktif. Terpaksa aku memberitahu Ibu Yayasan tentang pernikahanku padanya, siapa tahu suatu saat kamu kembali." ucap Sheren dengan perasaan bahagia masih bisa bertemu Shefa sahabat sejatinya.
"Kamu benar Sheren, aku juga minta maaf padamu. Aku tidak tahu bagaimana aku harus memberi kabar padamu. Ponselku tiba-tiba hilang dalam perjalanan keluar negeri. Aku sudah berusaha menghubungi kantor Yayasan tapi tidak bisa aku hubungi, aku baru tahu tadi kalau ada pembaruan nomor telepon." ucap Shefa menjelaskan semuanya agar Sheren tidak salah paham.
"Sudahlah tidak apa-apa yang penting kita sudah bertemu sekarang." ucap Sheren sambil menggandeng tangan Shefa dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Kita ke ruang tengah saja ya, biar santai." ucap Sheren berjalan ke ruang tengah.
"Rumah kamu sangat nyaman sekali Ren, di mana suami kamu Ren?" tanya Shefa seraya duduk di sofa dan menyandarkan punggungku.
"Hayden sedang kerja, sayang sekali kamu tidak bertemu dengannya. Lain kali aku akan mengenalkan Hayden padamu." ucap Sheren duduk di samping Shefa.
"Itu harus Ren, bagaimana malunya aku sebagai sahabat dekat kamu tapi tidak kenal dengan suami kamu." ucap Shefa dengan penuh semangat.
Sheren hanya tersenyum menatap wajah manis Shefa.
"Apa kamu sudah menikah Fa?" tanya Sheren merasa tidak sendirian lagi setelah Shefa kembali dalam hidupnya.
"Aku belum menikah, tapi aku sudah ada calon. Dia bukan orang Indonesia, tapi dia sangat menyukai orang Indonesia termasuk aku." ucap Shefa dengan tersenyum bahagia.
"Siapa namanya Fa? kamu terlihat bahagia sekali saat aku membahas tentang dia. Apa dia begitu istimewa?" tanya Sheren dengan tatapan menggoda.
Wajah Shefa memerah dengan pertanyaan Sheren.
"Dia sangat istimewa, namanya Frans. Dia seorang Dokter tepatnya Dokter kandungan." ucap Shefa dengan tersenyum dan tatapan penuh kekaguman.
"Hem... ternyata Frans benar-benar istimewa sampai aku saja terlupakan." ucap Sheren masih dengan candaannya.
"Tidak Sheren, kamu jangan bicara seperti itu. Kalau aku melupakan kamu aku tidak ada di sini sekarang." ucap Shefa dengan tatapan sedih.
Sheren tertawa lepas kemudian menggenggam tangan Shefa.
"Kamu jangan bersedih seperti itu. Aku hanya sedang bercanda saja." ucap Sheren masih dengan tersenyum.
"Jangan lagi bercanda seperti itu, kamu tahu aku sangat menyayangi kamu. Hanya kamu yang dulu begitu sayang dan perhatian padaku." ucap Shefa dengan tatapan berkaca-kaca.
"Aku tidak akan bercanda hal itu lagi. Kamu jangan bersedih lagi." ucap Sheren seraya mengusap air mata Shefa.
"Kabar kamu sendiri bagaimana Ren? kamu pasti bahagia dengan Hayden." tanya Shefa dengan tatapan penuh.
"Kabarku sangat baik, sejak menikah dengan Hayden kehidupanku berubah menjadi lebih bahagia. Tapi untuk saat ini aku dan Hayden tidak bisa tinggal serumah setiap hari." ucap Sheren tanpa Shefa bertanya, Sheren menceritakan semua yang terjadi pada Shefa yang selalu bisa menenangkan hatinya.
"Ya Tuhan Sheren!! apa ini benar-benar terjadi padamu?! sungguh aku tidak percaya." ucap Shefa dengan berlinang air mata memeluk Sheren yang menangis terisak-isak.
Baru kali ini Sheren menangis dan itu terjadi hanya di hadapan Shefa sahabatnya.
"Aku sangat sedih sekali Fa, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima semua ini dengan ikhlas. Aku harus lebih kuat di banding Hayden. Aku tidak ingin Hayden rapuh dengan ujian semua ini." ucap Sheren seraya mengusap air matanya.
"Aku tidak bisa berkata apa-apa Ren. Dari dulu kamu selalu berbuat yang terbaik untuk semua orang. Dengan ujian seperti ini mungkin aku tidak akan kuat seperti kamu." ucap Shefa menatap wajah Sheren dengan tatapan penuh kekaguman.
"Kamu pasti juga akan kuat Fa, kalau kita mencintai pasangan kita dengan tulus. Kita pasti rela menderita bersama dengan suami kita. Benarkan?" ucap Sheren dengan tatapan penuh.
Shefa menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku tidak akan sepertimu Ren, aku tidak akan sekuat itu. Walaupun aku mencintai Frans tapi bagaimana aku bisa menerima Frans menikah dengan wanita lain." ucap Shefa tidak bisa berbagi dengan wanita lain seandainya itu terjadi pada dirinya.
"Aku bisa saja Ren melakukan apapun dan rela menderita bersama Frans jika itu terjadi. Tapi tidak dengan Frans menikahi wanita lain aku tidak akan bisa, kemungkinan aku lebih baik berpisah dari Frans kalau hal itu terjadi padaku." ucap Shefa tidak bisa membayangkan hari-hari Sheren yang kesepian dan pasti hatinya sangat terluka.
"Seandainya keluarga Hayden tidak ada masalah keuangan dan Papa masih sehat mungkin aku dan Hayden akan memilih hidup miskin Fa. Tapi di sini kita berdua melakukan untuk keluarga. Untuk kesehatan papa dan adik-adik Hayden yang masih membutuhkan biaya untuk kuliah." ucap Sheren memberitahu alasannya membiarkan Hayden menikah lagi. Apalagi perusahaan yang di miliki Hayden harus Hayden dapatkan lagi.