Chereads / BISAKAH KAU MENCINTAIKU LAGI / Chapter 18 - HADAPI DENGAN SENYUMAN

Chapter 18 - HADAPI DENGAN SENYUMAN

"Tidak Sheren! aku dan Hayden ada undangan makan siang di kantor Ayah. Dan Hayden tidak bisa menolaknya! ini perintah Ayah!" ucap Viona mengatasnamakan Ayahnya agar Hayden bisa keluar dengannya dan meninggalkan Sheren.

Sheren mengambil nafas dalam mendengar ucapan Viona yang arogan.

"Hayden sebaiknya kita makan siang lain kali saja. Kamu bisa makan siang dengan Viona, aku akan pulang." ucap Sheren mengambil keputusan mengalah daripada ribut dengan Viona.

"Tidak Sheren, kamu tetap di sini. Seperti rencana kita di awal, kita akan makan siang di sini." ucap Hayden berusaha untuk tetap tenang menghadapi situasi yang membuatnya emosi tingkat tinggi.

"Hayden, apa kamu tidak takut dengan apa yang akan di lakukan Ayah kalau kamu menolak keinginan Ayah?!!" ucap Viona dengan nada tinggi melihat Hayden masih keras kepala memilih Sheren.

"Terserah, kamu bisa mengatakan apa pun pada Ayah kamu. Aku tidak peduli dengan kemarahan Ayah kamu. Atau kamu akan bilang pada Ayah kamu untuk mengusirku dari perusahaan ini?!! lakukan saja!!" Ucap Hayden sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.

Viona mengepalkan kedua tangannya dengan kuat mendengar semua ucapan Hayden yang benar-benar sudah menantangnya.

"Bagaimana kalau Ayahku menghentikan biaya pengobatan Ayah kamu dan semua biaya sekolah dua adik kamu bagaimana? apa kamu masih bersikap sombong padaku?" tanya Viona sambil mengangkat wajahnya dengan tatapan mata yang meremehkan dan angkuh.

"Lakukan saja!! lakukan sekarang juga!! aku tidak peduli. Aku tidak takut dengan ancamanmu yang hanya itu-itu saja! lakukan sekarang!! tunggu apalagi!! kamu lakukan sekarang dan aku akan menceraikanmu sekarang juga!!" ucap Hayden benar-benar sudah pada puncak kemarahannya.

"Kamu!! kamu jahat sekali Hayden!! kamu benar-benar tidak punya hati!!" teriak Viona dengan marah meraih gelas yang ada di atas meja dan melemparkannya ke arah wajah Hayden.

"PYARRRR"

Gelas itu terlempar dan pecah berserakan di lantai setelah melukai kening Hayden hingga berdarah.

"Hayden!!!" teriak Sheren dengan cepat menghampiri Hayden dan memegang di lengan Hayden yang menatap Viona dengan tatapan penuh kemarahan.

"Lepaskan tanganmu Sheren, biar aku memberi pelajaran wanita ini." ucap Hayden seraya mendekati Viona.

"Tunggu Hayden!! Jangan mendekat!! aku minta maaf padamu! sungguh aku tidak bermaksud melukaimu." ucap Viona dengan wajah pucat pasi ketakutan saat Hayden mendekatinya dengan penuh kemarahan.

"Cepat pergi sebelum aku membunuhmu!" ucap Hayden dengan suara keras hingga Viona terlonjak kaget. Dengan ketakutan Viona pergi meninggalkan Hayden yang berdiri dengan nafas naik turun menahan emosi.

"Hayden, apa yang sudah kamu lakukan?" ucap Sheren mendekati Hayden dan mengajaknya duduk di kursi.

Dengan pandangan yang tak lepas dari wajah Hayden, Sheren memberikan segelas air putih pada Hayden.

"Minumlah dulu Hayd, agar kamu tenang." ucap Sheren seraya mengambil saputangannya untuk membersihkan kening Hayden yang berdarah akibat terkena lemparan gelas Viona.

"Untung gelas itu tidak mengenai mata kamu Hayd." ucap Sheren dengan wajah sedih membersihkan darah yang mengalir dari kening Hayden.

"Karena Tuhan dan doa kamu yang masih melindungi aku." ucap Hayden sambil menatap kedua mata Sheren yang berkaca-kaca.

"Sheren, jangan menangis. Aku tidak apa-apa, ini hanya luka ringan. Sebentar lagi juga sembuh. Sekarang aku lapar, kamu mau kan menyuapi aku?" ucap Hayden dengan tatapan manja.

"Tentu aku akan menyuapi kamu Hayden. Tapi darah di keningmu masih keluar terus. Apa di sini ada kotak obat?" tanya Sheren sambil mengedarkan pandangannya mencari tempat kotak obat.

"Ada di samping almari besar itu." ucap Hayden seraya menyandarkan punggungnya untuk menenangkan pikirannya agar bisa berpikir dengan jernih.

Segera Sheren bangun dari tempatnya untuk mengambil hansaplast dan obat merah.

Setelah mengambil hansaplast dan obat merah dari kotak obat, Sheren kembali duduk di samping Hayden untuk mengobati luka Hayden agar tidak infeksi.

Hayden memejamkan matanya saat tangan halus Sheren mengobati lukanya. Dengan penuh perhatian Sheren membersihkan darah yang sedikit mengering kemudian memberi obat merah dan menutupnya dengan hansaplast.

Perlahan Hayden membuka matanya saat merasakan tangan halus Sheren mengusap lembut pipinya.

Hayden melihat Sheren menangis tanpa suara dengan tatapan yang penuh kesedihan.

"Ada apa Sheren? kenapa kamu menangis lagi?" tanya Hayden dengan suara hampir tercekat di tenggorokannya tidak tahan melihat air mata Sheren yang mengalir di pipinya.

"Aku kasihan padamu Hayd. Aku harap kamu selalu kuat dan tidak pernah putus asa menghadapi semua ujian ini. Aku tahu kamu saat ini rapuh dan putus asa, tapi kamu tetap berusaha untuk bertahan demi orang-orang yang kamu cintai. Semoga Tuhan selalu menguatkan hati kamu." ucap Sheren dengan air mata berlinang menangkup wajah Hayden kemudian mencium kening Hayden dengan segenap perasaan.

"Aku bisa sekuat ini karena ada kamu Sheren. Kasih sayang dan cinta kamu padaku yang selalu memberi kekuatan dan menenangkan hatiku. Mungkin aku tidak akan ada di dunia ini kalau kamu pergi meninggalkan aku." ucap Hayden dengan sungguh-sungguh.

"Jangan bicara seperti itu Hayd, aku sudah berjanji padamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu apa pun yang terjadi. Aku hanya milikmu Hayd." ucap Sheren memeluk Hayden dengan penuh rasa cinta yang sangat dalam.

"Kamu juga milikku Sheren, selamanya kamu hanya milikku." ucap Hayden membalas pelukan Sheren lebih erat lagi.

Setelah cukup lama berpelukan melepas semua kesedihan, Sheren tersenyum sambil mengusap wajah Hayden.

"Mulai sekarang kita hadapi semuanya dengan senyuman. Setidaknya kita yakin, kita saling mencintai dan tidak akan terpisahkan walau apa pun yang terjadi. Tersenyumlah Hayd, sudah lama aku tidak melihatmu tersenyum manja padaku." ucap Sheren dengan tatapan penuh cinta.

Hayden tersenyum seperti yang di inginkan Sheren.

"Aku sangat mencintaimu Sheren, selamanya." ucap Hayden dengan tersenyum kemudian mencium lembut bibir Sheren.

Sheren memejamkan matanya merasakan kelembutan ciuman bibir Hayden yang sudah tenang kembali.

"Krukkk... krukkk...krukkk"

Seketika itu juga Sheren melepas ciuman Hayden saat mendengar suara lapar dari perut Hayden.

"Hayden bisa-bisanya kamu menciumku di saat perutmu sudah lapar sekali sampai mengeluarkan suara seperti itu?" ucap Sheren dengan tatapan gemas.

"Aku tidak mau melepas moment indah saat bersamamu Sher. Urusan makan aku bisa makan nanti. Tapi urusan hati harus aku utamakan. Di saat aku lapar dan di hadapkan pada dua pilihan antara makan dan menciummu. Aku lebih memilih menciummu. Dengan menciummu rasa laparku tiba-tiba hilang." ucap Hayden dengan tatapan manja.

"Kamu bisa bicara seperti itu Hayd, tapi tidak dengan perut kamu. Buktinya perut kamu sudah berteriak lapar." ucap Sheren dengan tatapan gemas mengambil kotak makanannya untuk segera menyuapi Hayden.

"Kamu benar, perutku ternyata tidak bisa di ajak kerja sama." ucap Hayden dengan tersenyum membuka mulutnya saat Sheren menyuapinya.