Pagi hari Hayden terbangun dengan badan terasa nyaman. Suasana hatinya sangat tenang setelah menghabiskan malamnya bersama Sheren.
Dengan kedua mata setengah terbuka Hayden mencari keberadaan Sheren yang sudah tidak ada di sampingnya.
"Sheren!! Sheren!!" panggil Hayden seraya turun dari tempat tidurnya untuk mencari keberadaan Sheren.
Langkah kaki Hayden terhenti saat melihat Sheren sudah di dapur dan sibuk memasak.
"Sheren?" panggil Hayden mendekati Sheren dan memeluk pinggang Sheren dengan mesra.
Sheren menoleh dan sedikit terkejut saat tahu tangan Hayden memeluk pinggangnya.
"Hayden, kamu membuatku terkejut. Kenapa kamu sudah bangun? sekarang masih pagi." ucap Sheren sambil melanjutkan pekerjaannya memasak.
"Aku tidak tahu sekarang masih pagi atau tidak, aku terbangun saat melihatmu tidak ada di sampingku." ucap Hayden semakin mempererat pelukannya.
"Hayden, lepaskan tanganmu sayang. Bagaimana aku bisa memasak kalau kamu memelukku seperti ini." ucap Sheren membalikkan badannya dan menatap wajah Hayden dengan perasaan gemas.
"Biarkan aku memelukmu Sheren, kamu bisa memasak nanti." ucap Hayden tidak ingin jauh dari Sheren selagi ada waktu bersama Sheren.
"Tapi, Hayden? apa kamu tidak merasa lapar?" tanya Sheren dengan tatapan penuh.
Hayden menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Aku tidak akan merasa lapar saat bersamamu Sheren." ucap Hayden dengan sebuah senyuman.
"Hem...pagi-pagi kamu sudah merayuku Hayd. Apa kamu tidak bosan selalu merayuku setiap hari?" ucap Sheren dengan perasaan bahagia, walau Hayden sudah menikah lagi tapi perasaan cinta dan perhatian Hayden tidak pernah berkurang padanya.
"Bagaimana aku bisa bosan padamu sayang? aku mencintaimu, aku selalu merindukanmu." ucap Hayden mengusap wajah cantik Sheren dan mengecup keningnya dengan perasaan cinta.
Sheren tersenyum kemudian menarik pelan tangan Hayden dan mengajaknya duduk di kursi.
"Duduklah di sini Hayd, aku akan membuat sarapan sebentar. Aku tahu kamu bisa bilang tidak lapar, tapi tubuh kamu tetap membutuhkan nutrisi agar tetap sehat." ucap Sheren dengan tersenyum sambil meletakkan beberapa roti tawar dan selai di atas piring dan diletakkan di hadapan Hayden.
"Aku akan menunggu masakan kamu saja Sheren." ucap Hayden selalu memilih masakan Sheren di banding masakan luar.
"Baiklah tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya." ucap Sheren dengan tersenyum kemudian meninggalkan Hayden untuk segera menyiapkan sarapan untuk Hayden.
Sambil menikmati roti tawarnya Hayden melihat Sheren yang sedang sibuk menyiapkan sarapan paginya.
Setelah cukup lama menunggu, Sheren datang dengan membawa dua mangkok besar yang berisi ikan dan sayuran.
"Sayuran apa ini sayang?" tanya Hayden sambil melihat mangkok yang ada di hadapannya.
"Itu sayuran brokoli dan udang. Apa kamu tidak suka?" tanya Sheren setelah duduk di hadapan Hayden.
"Tidak ada yang aku tidak suka dengan masakanmu sayang, aku pasti menyukainya." ucap Hayden dengan tersenyum seraya mengambil piring yang sudah di siapkan Sheren.
Sheren hanya tersenyum menatap Hayden yang terlihat antusias dan menikmati sarapan paginya.
"Sheren, rasanya makanan ini benar-benar enak. Apa aku bisa membawa makanan ini untuk makan siang di kantor?" tanya Hayden sambil menikmati makanannya.
"Tentu Hayd, atau biar aku saja yang kirim makanan ini nanti siang?" ucap Sheren dengan tatapan penuh.
Hayden mengangkut wajahnya menatap Sheren dengan tatapan tak percaya.
"Benarkah? kamu mau mengantar makan siang ke kantor?" tanya Hayden dengan hati berbunga-bunga.
"Tentu saja Hayden, kenapa kamu terkejut seperti itu? apa salah seorang istri mengantar makan siang untuk suaminya?" ucap Sheren dengan tatapan lembut.
"Sama sekali tidak salah, hanya saja apa kamu tidak takut bertemu Viona? siapa tahu Viona datang ke kantor." ucap Hayden dengan tatapan cemas tidak mungkin mengusik Viona karena Perusahaan yang dia kelola sekarang sepenuhnya sudah milik Ayahnya Viona. Jika sikapnya baik ke Viona baru kemungkinan Tuan Abram akan mengembalikan perusahaan itu padanya.
Sheren tersenyum menatap mata Hayden yang terlihat berkabut.
"Aku tahu kamu mencemaskan aku Hayd. Kamu jangan cemas, aku tidak akan terjadi sesuatu padaku. Kalau pun memang itu terjadi hal itu tidak akan masalah bagiku yang terpenting aku bisa memperhatikan kesehatan kamu dengan membawa makan siang untukmu." ucap Sheren sambil menggenggam tangan Hayden.
Hayden menahan nafas dalam merasa dadanya begitu sesak dengan kelembutan dan perhatian Sheren yang begitu besar padanya.
"Aku harus mengatakan apa Sher? aku merasa aku pria lemah. Seharusnya aku bisa memberikan kebahagiaan padamu, tapi tidak bisa aku lakukan. Aku hanya membawa penderitaan saja padamu. Tolong maafkan aku." ucap Hayden dengan tatapan sedih.
"Kamu bukan pria lemah Hayd, kamu pria yang sangat kuat yang tidak pernah aku lihat pada pria lain. Jangan berpikir aku menderita Hayd, aku malah sangat bangga padamu. Aku kasihan padamu dengan semua ujian ini." ucap Sheren mengusap wajah Hayden dengan perasaan sayang.
"Mungkin tanpa kamu aku tidak akan sekuat ini Sher. Karena kamu aku bisa bertahan dan bisa kuat melalui semua ujian ini." ucap Hayden meraih tangan Sheren yang ada di wajahnya kemudian menciumnya dengan perasaan dalam.
Sheren hanya menatap Hayden tanpa bisa berkata apa-apa selain berharap Hayden selalu kuat menghadapi ujian yang ada.
Setelah cukup lama membiarkan Hayden mencium tangannya, Sheren membalas menggenggam tangan Hayden dan mengusap pelan punggung tangan Hayden.
"Jangan bersedih Hayd, aku yakin kita bisa melalui semua ini. Kita harus kuat demi keluarga kita." ucap Sheren sudah menganggap keluarga Hayden sebagai keluarganya karena dia sudah tidak punya orang tua selain seorang Paman.
Hayden menganggukkan kepalanya sambil menghela nafas panjang.
"Aku berharap kamu akan tetap bertahan untukku Sher. Aku tahu dengan aku menikahi Viona pasti sangat berat untukmu. Aku tidak ingin suatu saat nanti kamu akan meninggalkan aku karena sikap Viona yang pasti akan menyakiti hati kamu." ucap Hayden merasa marah pada dirinya sendiri yang tidak punya kekuatan untuk melindungi Sheren sepenuhnya.
"Sudah aku katakan Hayd, kamu jangan mencemaskan aku. Aku tidak akan pernah menyerah dengan hal sekecil itu. Ada cintamu yang bisa menguatkan aku untuk bertahan. Aku berjanji padamu, tidak akan pernah meninggalkanmu. Kita akan selalu bersama sampai kita tua nanti. Kamu percaya padaku kan?" ucap Sheren dengan tersenyum berusaha menenangkan hati Hayden agar tetap kuat dan tidak putus asa menghadapi apa pun yang terjadi.
Hayden menganggukkan kepalanya sangat percaya dengan janji Sheren walau ada ketakutan yang lebih besar di dalam hatinya.
"Sekarang sudah siang, apa kamu tidak berangkat kerja Hayd?" ucap Sheren mengingatkan Hayden untuk pergi ke kantor.
"Aku berat meninggalkanmu Sher, aku takut tidak akan bisa pulang ke sini lagi. Kamu tahu, Viona wanita yang sangat licik dan menakutkan bagiku." ucap Hayden dengan tatapan memelas seolah-olah tidak ingin berpisah dari Sheren.