Viona menelan salivanya merasa takut dengan ucapan Katrin yang sepertinya sebuah ancaman.
"Masuklah, jangan berdiri di pintu!" ucap seorang wanita dari dalam rumah.
Bulu kuduk Viona berdiri sangat terkejut mendengar suara dari dalam rumah yang sudah mengetahui kedatangannya.
Viona menatap ke arah Katrin. Katrin hanya mengangkat kedua bahunya.
"Apa kamu memberitahunya kalau kita datang kemari?" tanya Viona dengan tatapan curiga.
"Untuk apa aku memberitahu Nenek Isma? tanpa aku memberitahunya dia sudah mengetahui kalau kita datang malam ini. Sudahlah, ayo kita masuk." ucap Katrin dengan wajah terlihat tenang mengajak Viona masuk ke dalam rumah Nenek Isma.
Wajah Viona terlihat tegang saat masuk ke dalam rumah yang hanya ada satu ruangan saja dengan barang-barang aneh di dalamnya.
"Nenek Isma." Panggil Katrin melihat Nenek Isma duduk bersila dengan kedua matanya terpejam.
Perlahan kedua mata Isma terbuka menatap Katrin dan Viona secara bergantian.
"Kalian berdua telah mengganggu tidurku. Apa yang kalian inginkan? apa kalian ingin mengambil hati seorang pria? Mana foto pria itu?" tanya Nenek Isma mengetahui benar tujuan Katrin dan Viona.
"Viona cepat berikan foto Hayden pada Nenek Isma." ucap Katrin menyenggol bahu Viona yang tampak tertegun di tempatnya.
Dengan wajah masih terlihat tegang dan terkejut Viona mengeluarkan foto Hayden dengan tangan gemetar dan menyerahkannya pada Nenek Isma.
Kening Nenek Isma berkerut, menatap foto Hayden yang di pegangnya.
"Saat ini pria yang ada di foto ini ada di tempat rumah yang suci. Aku tidak bisa melakukannya, biarkan pria ini pulang ke rumahmu. Saat itu juga kamu bisa memiliki dia sepenuhnya. Hatinya hanya akan tertuju padamu saja." Ucap Nenek Isma sambil mengusap-usap foto Hayden.
Viona menegakkan punggungnya merasa senang mendengar ucapan Nenek Isma. Rasa percaya diri Viona telah memasuki pikirannya. Viona yakin dengan bantuan Nenek Isma, dia bisa mendapatkan hati dan cintanya Hayden sepenuhnya.
"Dengarkan aku tabur tanah ini di sekitar halaman rumah kamu. Tanah ini akan menahan setiap langkah pria itu untuk tidak bisa keluar dari rumah kamu. Jangan biarkan pria itu keluar dalam satu Minggu ke depan, kalau bisa pria itu selamanya akan menjadi milikmu. Tapi ingat, sekali pria itu keluar apalagi ke rumah wanita itu, kamu akan kehilangan dia." ucap Nenek Isma dengan wajah serius.
Viona mengusap tengkuk lehernya, memikirkan bagaimana caranya untuk bisa menahan Hayden untuk tidak keluar rumah.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, kamu jangan cemas tanah keramat ini bisa menahan langkah pria itu." ucap Nenek Isma seraya memberikan sebungkus kain merah yang berisi tanah keramat pada Viona.
Viona menganggukkan kepalanya dengan perasaan senang dan tenang.
"Sekarang pulanglah, saat pria itu ke rumahmu kamu harus cepat-cepat mandi kembang tujuh rupa ini." ucap Nenek Isma mengambil satu tas plastik kecil yang berisi bunga tujuh rupa.
Viona kembali menganggukkan kepalanya sambil menerima tas plastik kecil yang diberi Nenek Isma.
"Terima kasih Nenek Isma." ucap Viona segera memasukkan dua pemberian Nenek Isma ke dalam tasnya.
"Apa hanya itu saja yang harus di lakukan Viona, Nek?" tanya Katrin sejak tadi hanya melihat dan diam apa yang di katakan Nenek Isma pada Viona.
Nenek Isma menganggukkan kepalanya kemudian mengambil air yang ada di dalam botol kemudian memercikkannya ke arah wajah Viona.
"Kamu bisa pulang, dan bisa datang kemari lagi kalau ada masalah." ucap Nenek Isma sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Viona menganggukkan kepalanya kemudian bangun dari duduknya.
"Viona keluarlah dan tunggu di mobil, aku mau bicara dengan Nenek Isma sebentar." ucap Katrin dengan wajah serius.
Viona menganggukkan kepalanya mengerti kemudian keluar rumah.
Katrin menghela nafas lega, Viona mau keluar dan menuruti apa yang di katakannya.
"Nenek Isma, ini ada uang dari Viona dua juta. Aku akan membawa dia ke sini lagi sebagai pelanggan setia Nenek." ucap Katrin dengan tersenyum memberikan uang dua juta pada Nenek Isma.
"Aku tahu kamu menerima uang lebih banyak dari wanita ini. Tapi tidak apa-apa, kamu sudah banyak mencari pelanggan untukku." ucap Nenek Isma sangat mengerti dengan apa yang di lakukan Katrin yang telah memeras Viona sahabatnya sendiri.
Katrin menganggukkan kepalanya dengan tersenyum kemudian pergi meninggalkan Nenek Isma dan segera keluar menyusul Viona.
"Bagaimana Viona? apa sekarang kamu bisa tenang? sebentar lagi kamu akan menjadi seorang Nyonya Hayden sepenuhnya. Kamu bisa memiliki cinta dan tubuh Hayden tanpa harus takut kehilangan lagi." ucap Katrin dengan tersenyum.
"Aku masih belum bisa merasa tenang sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku ingin mendapatkan malam pertamaku bersama Hayden. Aku ingin tinggal bersama Hayden di rumah Sheren. Aku ingin menghancurkan Sheren dengan memisahkannya dari Hayden." ucap Viona dengan tatapan penuh kebencian.
Katrin hanya tersenyum mendengar ucapan Viona yang penuh kebencian pada Sheren.
"Semoga keinginan kami tercapai." ucap Katrin kemudian menjalankan mobilnya kembali pulang ke rumah.
****
Di rumah Sheren....
Sheren sangat terkejut saat membuka pintu, di lihatnya Hayden berdiri di depan pintu dengan wajah terlihat suram.
"Hayden? kenapa kamu ke sini? bukankah sudah aku katakan kamu harus berbuat adil pada Viona?" ucap Sheren dengan tatapan tak percaya kalau Hayden datang lagi ke rumah.
"Apa kamu tidak menginginkan aku pulang ke sini Sheren?" tanya Hayden dengan tatapan sedih.
"Hayden? kenapa kamu bicara seperti itu? ayo, masuklah di luar sangat dingin." ucap Sheren menarik pelan tangan Hayden dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Hayden duduk diam di pinggir ranjang berusaha menenangkan kemarahan dalam hatinya.
Sheren masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air hangat untuk Hayden dan mengambil handuk bersih dan diberikan pada Hayden.
"Hayd, mandilah dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." ucap Sheren dengan penuh perhatian.
Tanpa membantah ucapan Sheren, Hayden masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan badannya.
Sambil menunggu Hayden selesai mandi, Sheren pergi ke dapur membuat mie kuah dan segelas jeruk hangat untuk Hayden.
Setelah selesai mandi Hayden mencari keberadaan Sheren di dapur.
"Sheren kamu sedang membuat apa?" tanya Hayden seraya memeluk pinggang Sheren dari belakang.
"Membuat mie kuah dan jeruk hangat untukmu. Kamu pasti lapar kan?" ucap Sheren sambil meletakkan makanan dan minuman di atas meja tanpa bermaksud melepas pelukan Hayden.
"Aku ingin di suapi olehmu Sheren, apa kamu mau menyuapiku?" tanya Hayden membalikkan badan Sheren agar menatapnya.
"Apapun yang kamu inginkan aku tidak akan pernah menolaknya Hayd." ucap Sheren dengan tersenyum.
"Terima kasih Sheren, kamu tidak pernah berubah selalu mencintai aku dengan sepenuh hati. Aku semakin mencintaimu." ucap Hayden dengan tatapan penuh cinta dan kesedihan.