"Sheren... Sheren, aku membutuhkanmu Sher." ucap Hayden dengan suara sangat sedih.
"Hayden, ada apa denganmu? kenapa kamu sedih Hayden?" tanya Sheren dengan perasaan cemas saat mendengar suara parau Hayden.
"Aku akan pulang sekarang, tunggu aku Sher." Ucap Hayden dengan suara hampir tak terdengar menutup panggilannya.
Sheren menggigit bibir bawahnya, merasa sedih dengan beban yang di rasakan Hayden.
"Seandainya ada jalan yang lain, pasti aku tidak akan memintamu menikahi Viona, Hayd." ucap Sheren dengan air mata mengalir di pipinya.
Dalam kesedihan, Sheren menunggu Hayden di teras depan rumah.
Saat melihat mobil Hayden masuk ke halaman rumah segera Sheren bangun dari duduknya dan berdiri mendekati mobil Hayden.
"Hayden, kamu tidak apa-apa sayang?" tanya Sheren melihat wajah Hayden terlihat sedih dengan bau minuman.
"Aku tidak apa-apa, maafkan aku Sheren. Aku hanya minum sedikit." ucap Hayden dengan jujur sambil menenggelamkan kepalanya di bahu Sheren.
Sheren hanya diam , kemudian membawa Hayden masuk ke dalam rumah.
"Kenapa kamu pulang dalam keadaan mabuk Hayd? kamu tahu kan itu sangat membahayakan diri kamu." ucap Sheren sambil membantu Hayden berbaring di tempat tidur.
"Aku hanya minum sedikit Sheren, aku ingin melupakan semuanya. Wanita itu benar-benar iblis Sheren." ucap Hayden dengan berbaring meringkuk dan menangis.
Sheren ikut menangis lirih melihat Hayden benar-benar menangis seperti anak kecil.
"Hayden... berhentilah menangis sayang. Jangan seperti ini. Aku tahu kesedihan dan rasa putus asa kamu. Kami harus kuat Hayden. Kalau kamu seperti ini bagaimana dengan keluarga kita? apa kamu ingin melihat merasa dalam kesedihan juga?" ucap Sheren sambil mengusap punggung Hayden berulang-ulang.
Hayden terdiam, mendengar ucapan Sheren menjadi sadar akan tujuannya menikah dengan Viona.
Semua yang dia lakukan hanya untuk keluarganya.
"Kamu benar Sheren, aku harus kuat dan aku harus bisa mengendalikan keadaan. Aku harus bisa mengembalikan perusahaan secepat mungkin." ucap Hayden menegakkan punggungnya tidak ingin mengalah pada keadaan terutama membiarkan niat jahat Abram dan Viona.
"Syukurlah, akhirnya suamiku bisa menemukan jati dirinya lagi. Aku menunggu hal seperti ini darimu Hayden. Kamu harus tetap ingat akan tujuanmu." ucap Sheren seraya mengusap wajah Hayden dengan tersenyum.
"Terima kasih Sheren, kamu selalu menjaga dan mengingatkan aku untuk melakukan hal yang benar." ucap Hayden menggenggam tangan Sheren dengan erat.
"Kita saling mengingatkan sayang." ucap Sheren merasa lega suaminya sudah mendapatkan kepercayaan dirinya dan bersemangat lagi untuk melanjutkan hidup.
"Kamu benar sayang. Untuk apa meratapi apa yang terjadi. Lebih baik aku fokus mencari cara untuk mendapatkan perusahaanku lagi agar aku bisa lepas dari Tuan Abram juga dari Viona." ucap Hayden bertekad penuh untuk bangku lagi.
"Aku senang mendengarnya Hayd, semoga apa yang kamu inginkan mudah tercapai." ucap Sheren dengan sebuah senyuman.
"Sheren, aku mau ke rumah sakit. Apa kamu mau ikut?" tanya Hayden dengan sambil melepas kemejanya yang membuatnya gerah.
"Aku akan ikut denganmu. Tunggu sebentar, akan aku ambilkan pakaian bersih kamu." ucap Sheren mengambil pakaian bersih Hayden di dalam Almari dan memberikannya pada Hayden.
Hayden menerima pakaian bersih dari Sheren dan memberikan pakaiannya yang kotor.
Sambil menunggu Hayden berpakaian, Sheren mengambil tas kecilnya di atas meja.
"Sudah siap sayang? apa tidak ada yang kita bawa ke rumah sakit?" Tanya Hayden setelah selesai berpakaian.
Sheren menggelengkan kepalanya berjalan keluar mengikuti Hayden yang berjalan di sampingnya.
"Hayden, setelah kamu dari rumah sakit sebaiknya kamu pulang saja ke rumah Viona. Dia pasti menunggumu." ucap Sheren setelah berada di dalam mobil.
Hayden menatap Sheren kemudian menggenggam tangan Sheren dengan tenang.
"Jangan pikirkan dia lagi Sheren, aku tidak ingin kehadiran dia mengganggu hubungan kita." ucap Hayden masih belum menceritakan tentang keinginan Viona untuk tinggal bersamanya dengan Sheren.
Sheren terdiam setelah mendengar ucapan Hayden. Sheren tidak ingin membuat hati Hayden gelisah dengan masalah Viona lagi.
"Baiklah sayang, aku percaya padamu kamu bisa menyelesaikan masalah kamu dengan baik." ucap Sheren dengan tersenyum kemudian menatap ke arah jalan di depannya.
****
Di apartemen Ronald...
Viona menuangkan minuman keras ke dalam gelas yang di pegangnya. Hatinya semakin kesal setelah tahu dari pembantunya kalau Hayden keluar rumah setelah kepergiannya.
"Ada apa Viona? kenapa wajahmu terlihat kesal? kamu ke sini untuk bersenang-senang kan?" ucap Ronald kekasih Viona yang terakhir setelah puluhan pria yang sudah pernah berkencan dengannya.
"Saat ini aku sedang kesal kamu jangan menggangguku." Ucap Viona sambil meneguk minumannya.
"Aku tidak akan mengganggumu beib? apa yang kamu pikirkan hingga kamu seperti ini? katakan padaku, siapa tahu aku bisa membantuku." ucap Ronald bertahan dengan Viona karena tidak ingin kehilangan tambang emas yang selalu mengalir untuknya.
"Apa benar kamu akan membantuku?" Tanya Viona dengan wajah serius.
Ronald menganggukkan kepalanya dengan sangat pasti.
"Baiklah, aku akan meminta bantuanmu di saat waktu itu tiba. Sekarang aku masih belum memerlukan hal itu. Aku akan melakukannya sendiri dengan caraku." ucap Viona dengan tatapan penuh kebencian.
"Lalu... sekarang apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak marah lagi seperti ini! Apa aku harus menari telanjang di hadapanmu?" tanya Ronald menggoda Viona yang biasanya menari telanjang di hadapannya kalau keinginannya belum terpenuhi.
"Apa kamu menyindirku?" tanya Viona dengan tatapan dalam sangat senang kalau bisa melihat Ronald menari telanjang di hadapannya.
"Aku tidak sedang menyindirmu Viona, aku sungguh-sungguh. Kalau hal itu memang kamu inginkan aku akan melakukannya, yang terpenting kamu tidak marah lagi seperti ini." ucap Ronald meraih gelas dari tangan Viona dan meletakkannya di atas meja.
Viona tersenyum ingin membuktikan apa yang dikatakan Ronald benar-benar akan dilakukannya.
"Baiklah, kalau begitu lakukan sekarang. Aku ingin melihatnya. Apa kamu benar-benar akan melakukan hal itu untukku." ucap Viona dengan tersenyum.
Dalam hati Ronald mengumpat karena Viona benar-benar ingin dia melakukannya.
"Tentu saja aku akan melakukannya Viona? bukankah aku milikmu? kamu bisa melakukan hal apa saja padaku." ucap Ronald menyimpan rasa kesalnya dalam hati.
"Tentu saja Ronald, aku memang milikku. Lakukan saja sekarang aku menunggumu." ucap Viona sudah tidak sabar ingin melihat gaya menari telanjang Ronald.
"Baiklah sang Ratuku." ucap Ronald dengan tersenyum tanpa malu-malu melepas seluruh pakaiannya di hadapan Viona.
Dengan sebuah senyuman Viona menyalakan musik di ponselnya untuk mengiringi Ronald yang sedang menari telanjang di hadapannya.
Viona tersenyum puas saat Ronald menunjukkan otot-otot badannya yang kekar.
"Sangat seksi sekali Ronald, bercintalah denganku sekarang. Aku ingin kamu memuaskanku malam ini." ucap Viona dengan hasrat yang mulai bergelora.
Ronald tersenyum dan kali ini rencana barunya akan dia mulai. Dia akan bercinta tanpa menggunakan alat pengaman. Ronald ingin Viona hamil agar tetap menjadi tambang emasnya.