Hayden berjalan pelan ke arah ruang kerjanya dengan perasaan campur aduk. Antara sedih dan kecewa dengan apa yang telah terjadi pada hidupnya.
Hari ini Tuan Abram akan datang kembali untuk mengambil alih Perusahaannya kalau dirinya tidak memenuhi keinginan Tuan Abram.
"Hayden!" panggil Dimas yang datang menghampiri Hayden.
Hayden menghentikan langkahnya menunggu Dimas yang menghampiri.
"Ada apa apa? apa ada sesuatu yang terjadi lagi?" tanya Hayden pada Dimas yang terlihat sangat tegang.
"Kamu dari mana Hayd? Tuan Abram sudah menunggumu dari satu jam yang lalu. Aku menghubungimu tapi kamu tidak menerima panggilanku. Bagaimana dengan Sheren? apa Sheren tidak menyetujui permintaan Tuan Abram?" tanya Dimas dengan tatapan penuh menunggu jawaban Hayden.
"Aku baru dari rumah sakit menemui Mama untuk meminta pendapatnya tentang masalah ini. Aku tidak tahu mungkin aku harus menerima permintaan Tuan Abram Dim, karena Sheren sendiri sudah memberikan aku izin dan memintaku untuk segera menikah dengan Viona secepatnya." ucap Hayden sambil mengusap wajahnya.
"Tentu saja kamu harus menikahi Viona secepatnya kalau ingin lepas dari semua masalah ini. Karena sekarang Tuan Abram ada di sini, untuk mengambil alih perusahaan kamu." ucap Dimas dengan wajah sangat serius.
"Aku tahu itu, Tuan Abram sudah mengirimkan pesan padaku kalau hari ini akan datang dan mengambil semua aset perusahaan yang akan menjadi miliknya." ucap Hayden dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? kamu harus cepat menemui Tuan Abram sebelum semuanya benar-benar berakhir." ucap Dimas sambil menepuk bahu Hayden ikut merasakan apa yang dirasakan Hayden.
Hayden menganggukkan kepalanya kemudian menghela nafas panjang dan berjalan masuk kedalam ruang kerjanya.
Di dalam ruang kerjanya Tuan Abram sudah duduk tenang di sebuah sofa panjang.
"Selamat datang Hayden aku sudah menunggumu dari tadi, hampir satu jam lamanya. Sepertinya aku harus menyambut kedatanganmu dengan penuh kebahagiaan bukan? karena kamu akan menjadi menantu kesayanganku. Bagaimana? apa aku sudah memutuskan keputusan apa yang aku minta?" tanya Tuan Abram dengan wajah penuh kebahagiaan.
Hayden menghela nafas panjang masih berdiri di tempatnya dengan tatapan penuh kemarahan.
"Seandainya saja aku bisa mencari jalan keluar untuk masalahku ini, aku tidak akan pernah menerima permintaanmu Tuan Abram!" ucap Hayden dengan nada dingin.
"Iya aku tahu itu Hayden, kamu sangat mencintai istri kamu. Tapi bagaimana lagi, semua masalah sudah ada di depan mata dan kamu harus memberi keputusanmu hari ini. Menjadi menantuku atau kehilangan perusahaan kamu?" ucap Tuan Abram dengan senyum penuh kemenangan.
"Baik! aku menerima permintaanmu Tuan Abram. Tetapi setelah aku memberikan persetujuanku saat ini semua keputusan ada di tanganku Tuan Abram, bukan padamu atau pada Viona Putri kamu." ucap Hayden dengan tegas.
"Terserah padamu Hayden, aku memberikan semua keputusan padamu. Semua aset perusahaan ini akan menjadi milikmu kembali dan tentu saja Viona juga akan menjadi milik kamu." ucap Tuan Abram dengan santai tanpa ada beban karena semua yang di lakukannya demi Viona Putri kesayangannya. Bahkan Abram rela bermain licik untuk mendapatkan perusahaan Hayden dengan menghancurkan semua tender perusahaan Hayden.
"Baiklah, aku akan membuat kesepakatan padamu Tuan Abram. Yang pertama aku akan menikahi Viona secara diam-diam, aku tidak mau menikah secara besar-besaran. Dan yang kedua setelah aku menikah dengan Viona aku akan tinggal di rumah baru, tidak bersama dengan Sheren. Aku akan membagi waktuku sesuai keinginanku, baik kamu atau Viona tidak boleh mengeluh. Bagaimana Tuan Abram apa anda menerima kesepakatan yang aku buat ini?" tanya Hayden dengan tatapan serius.
"Seperti apa yang aku katakan Hayden, semua keputusan aku serahkan padamu. Yang terpenting kamu sudah menikahi Viona dan memberikankan aku cucu sebagai penerus keturunanku." ucap Tuan Abram dengan tersenyum.
Hayden memicingkan matanya, menatap penuh wajah Tuan Abram dengan tatapan penuh kebencian.
"Bagaimana kamu bisa meminta cucu dariku Tuan Abram? untuk menyentuh Viona saja aku tidak akan pernah melakukannya. Hanya satu istriku yang akan aku sentuh yaitu Sheren bukan Viona atau yang lainnya." ucap Hayden dalam hati tanpa menjawab ucapan Tuan Abram.
"Sekarang katakan padaku Tuan Abram! kapan aku harus menikahi Viona? hari ini atau besok?" tanya Hayden dengan perasaan sangat sakit.
"Viona sudah tidak sabar ingin menikah denganmu Hayden. Besok pagi kalian harus menikah dan tentukan saja di mana kamu harus menikah? aku akan mengurusnya." ucap Tuan Abram dengan perasaan lega karena sudah bisa memenuhi keinginan Putri kesayangannya.
"Baiklah aku akan menikahi Viona besok pagi di rumahmu. Kamu bisa mendatangkan penghulu di sana. Aku akan datang ke sana bersama Dimas orang kepercayaanku." ucap Hayden berusaha menenangkan emosinya.
"kamu hanya datang bersama Dimas bukankah kamu punya orang tua kenapa kamu tidak membawa orang tua kamu tanya Tuan Abram dengan kedua alisnya terangkat.
"Tuan Abram bisa melihat sendiri keadaan papaku masih ada di rumah sakit. Dan tentu saja mamaku akan menjaganya tanpa bisa meninggalkannya. Jadi tidak ada alasan aku datang bersama mereka, dan lagi pula aku adalah pihak laki-laki tidak perlu datang dengan orang tuaku bukan?" jawab Hayden dengan wajah mengeras tidak mau menuruti apa kata Tuan Abram.
Tuan Abram menghela nafas panjang tidak bisa memaksakan keinginannya kali ini. Karena semua keputusan sudah kesepakatan ada di tangan Hayden.
"Baiklah Hayden, semua terserah padamu saja. Besok pagi jam sepuluhan, aku dan Viona menunggumu dan jangan terlambat. Karena aku tidak suka dengan orang yang datang terlambat." ucap Tuan Abram dengan serius seraya bangun dari duduknya.
"Tuan Abram, tolong semua apa yang aku katakan hari ini sesuai dengan kesepakatan kita. Aku minta Tuan Abram menjelaskan semuanya pada Viona, aku tidak mau setelah aku menikah Viona akan menuntut hal-hal yang tidak bisa aku lakukan." ucap Hayden sebelum Tuan Abram beranjak pergi.
"Aku akan mengatakan pada Viona saat ini juga. Kamu tenang saja semua akan berjalan sesuai keinginanmu." ucap Tuan Abram dengan tersenyum penuh kelicikan, kemudian pergi meninggalkan Hayden dengan sejuta rasa kesedihannya.
***
Di sebuah Apartemen...
"Viona, kamu wanita kesayanganku. Bagaimana kamu akan menikah dengan Hayden? kalau kamu hanya mencintaiku?" tanya Ronald sambil mengusap lembut paha mulus Viona.
"Aku hanya ingin Hayden bertekuk lutut padaku Ronald. Kamu tidak tahu bagaimana sakit hatiku saat Hayden menolakku dengan sikap sombongnya seolah-olah dia laki-laki yang paling tampan di dunia ini." ucap Viona sambil menghisap rokok yang ada di tangannya.
"Jadi apa rencanamu untuk menghilangkan rasa sakit di hati kamu sayang?" tanya Ronald dengan tatapan penuh gairah.
"Kamu lihat saja, apa yang bisa aku lakukan untuk menghilangkan rasa sakitku ini." ucap Viona dengan tatapan penuh kebencian.