Hayden memasuki rumahnya dengan hati dan pikiran yang lelah. Ingin sekali Hayden cepat-cepat berada dalam pelukan Sheren agar rasa lelahnya hilang.
Tanpa menimbulkan suara Hayden masuk kedalam kamarnya dan melihat Sheren sedang tidur dengan tenangnya.
Dengan pelan Hayden duduk di samping Sheren dan mengamati wajah istrinya.
"Kamu sangat cantik Sheren seperti hatimu yang begitu sangat cantik. Aku sangat beruntung mendapatkan istri seperti kamu." ucap Hayden dalam hati sambil menyelimuti tubuh Sheren dengan selimut.
Hayden mengambil nafas panjang, masih jelas dalam ingatannya. Bagaimana dirinya bersusah payah bersaing dengan Daniel untuk mendapatkan hati Sheren.
Dengan kesungguhan dan ketulusan hatinya dirinya berhasil mendapatkan cinta Sheren kemudian langsung melamarnya untuk bertunangan.
Sekarang, Sheren sudah menikah dengannya. Baru dua hari menikah, sekarang dia akan menikah lagi dengan wanita yang sangat di bencinya. Entah kenapa, sejak mengetahui Viona membenci Sheren hatinya begitu terluka dan tidak rela kalau ada orang yang melukai hati Sheren.
Dan sekarang, dirinya sendiri telah melukai hati Sheren dengan menikahi wanita yang sangat membenci Sheren.
"Ya Tuhan, apa yang akan lakukan ini pasti akan melukai hati Sheren. Tapi kenapa Sheren malah memintaku untuk melakukan hal ini. Padahal Sheren sudah tahu pasti dengan aku menikahi Viona, pasti Viona akan membuat masalah dalam hubunganku dengan Sheren." ucap Hayden menangis dalam diam sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Hati Hayden benar-benar merasa bersalah karena apa yang di lakukan Sheren hanya demi keluarganya. Sheren mengorbankan kebahagiaannya demi orang tua dan adik-adiknya.
"Hayden...kamu sudah datang sayang?" tanya Sheren tiba-tiba terbangun dari tidurnya saat mendengar suara isak tangis suaminya dalam diam. Sheren bangun dan duduk di samping Hayden.
Seketika Hayden mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, dan menatap wajah istrinya.
"Kamu sudah bangun sayang? apa aku mengganggu tidurmu hingga kamu terbangun?" tanya Hayden sambil mengusap lembut wajah cantik istrinya.
"Kamu tidak mengganggu tidurku sayang. Aku sudah tidur terlalu lama. Hayden, ada apa denganmu? kenapa kamu masih terlihat sangat sedih? kamu sudah menyelesaikan masalah kamu di kantor kan? ceritakan padaku tentang pertemuanmu dengan Tuan Abram?" tanya Sheren tatapan penuh.
"Aku sudah bertemu dengan Tuan Abram dan menerima bantuannya juga sudah memenuhi permintaannya." jawab Hayden dengan suara pelan.
"Lalu apa kata Tuan Abram? dan kapan kamu akan menikahi Viona?" tanya Sheren berusaha tenang agar tidak membuat Hayden merasa bersalah.
"Tuan Abrami menerima kesepakatan yang telah aku buat. Aku akan menikah dengan Viona besok pagi di rumah tuan Abram. Setelah aku menikah dengan Viona, aku meminta Viona untuk tinggal di tempat lain." ucap Hayden dengan perasaan bersalah.
"Kenapa Viona tidak tinggal bersama kita disini? kita bisa tinggal bersama di sini Hayd." ucap Sheren dengan tatapan tak mengerti.
"Tidak Sheren, aku tidak akan rela kalau Viona tinggal di sini bersama kita. Rumah ini adalah rumah kita, hanya kita berdua yang akan tinggal di sini. Aku tidak akan menyakiti hati kamu dengan adanya Viona tinggal di sini." ucap Hayden dengan tatapan sedih.
Sheren menghela nafas panjang, kemudian tersenyum penuh kelembutan.
"Aku senang kamu menjaga perasaanku Hayden. Tapi sungguh aku tidak akan apa-apa selama kamu dan keluarga kamu bahagia. Aku akan selalu mendukungmu." ucap Sheren dengan perasaan tulus.
"Aku percaya kamu bisa melakukan hal itu Sheren. Kamu begitu baik kepada semua orang, tidak pernah merasa marah atau dendam pada orang yang telah menyakiti hati kamu termasuk pada Viona." ucap Hayden menatap Sheren dengan tatapan penuh kekaguman.
"Tidak juga Hayden, aku tidak sebaik apa yang kamu katakan. Terkadang aku juga punya rasa marah. Tapi aku selalu meredam hatiku, agar tidak membuat hatiku semakin terluka dalam oleh rasa marah atau kebencian." ucap Sheren seraya beranjak dari tempatnya untuk menyiapkan air hangat untuk suaminya.
"Sheren, kamu mau kemana?" tanya Hayden menahan tangan Sheren yang hendak pergi.
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Kamu harus mandi, agar wajah kamu terlihat segar." ucap Sheren tersenyum sambil mengusap wajah Hayden.
"Apa kamu mau menemaniku mandi Sheren?" tanya Hayden dengan tatapan penuh harap.
"Kalau suamiku yang menginginkannya, bagaimana aku bisa menolak? aku akan menemanimu sayang." ucap Sheren dengan sebuah senyuman indahnya.
"Terima kasih Sher, saat ini aku sangat membutuhkanmu." ucap Hayden tersenyum di balik kesedihan hatinya. Karena mulai besok hidupnya akan hancur bersama dengan Viona.
"Aku akan menyiapkannya sekarang." ucap Sheren beranjak dari tempatnya di ikuti Hayden yang tak sedikitpun melepas genggaman tangannya.
Dengan menggenggam tangan Sheren, dan Sheren yang memeluk pinggangnya, Hayden berjalan ke kamar mandi.
"Sebentar Hayd, biar bathtubnya aku isi dengan air hangat dulu." ucap Sheren melepas pelukannya kemudian menyalakan shower bathtub terisi air hangat.
Sambil menunggu bathtub penuh, Hayden mendekati Sheren dan memeluknya dengan penuh perasaan.
"Kamu tahu Sheren, aku sangat menyukai harum tubuhmu." ucap Hayden sambil mengecup leher jenjang Sheren
Sheren tersenyum, kemudian mendorong pelan tubuh Hayden.
"Lepas dulu pakaianmu Hayd, airnya sudah mau penuh." ucap Sheren sambil mengecilkan air shower.
Sambil menatap wajah cantik Sheren, Hayden berusaha membuka kancing kemejanya.
"Biar aku bantu melepas pakaianmu Hayd." ucap Sheren bertekad membahagiakan Hayden saat ini setelah begitu banyak beban dan ujian yang menimpa suaminya.
"Lakukan saja Sher, apapun yang kamu inginkan aku pasrah padamu?" sahut Hayden dengan hatinya yang sudah bergemuruh mendapat tatapan Sheren yang begitu menggoda dengan suaranya yang begitu lembut.
"Aku akan membuatmu bahagia Hayd." ucap Sheren dengan tersenyum membuka kancing kemeja Hayden satu persatu.
Setelah selesai melepas pakaian Hayden, Sheren melepas pakaiannya sendiri dan menggantungnya di tempat gantungan pakaian.
Hayden masuk ke dalam bathtub kemudian duduk bersandar menunggu Sheren masuk ke dalamnya.
Dengan wajah sedikit memerah Sheren masuk ke dalam bathtub dan duduk di pangkuan Hayden.
Hayden menelan salivanya saat tangan lembut Sheren merangkul lehernya dengan tatapan yang begitu menggoda.
"Sheren, kamu tidak apa-apa kan sayang? jangan membuatku gugup dengan pandangan seperti itu. Tatapan matamu begitu sangat menggodaku Sher." ucap Hayden seraya bersandar di dinding bathtub.
Sheren tersenyum sangat paham dengan ucapan Hayden yang sudah tergoda dengan apa yang di lakukannya.
"Sheren, apa kita bisa melakukannya sekarang?" tanya Hayden saat tangan Sheren meraba bibir bawahnya dengan jari-jari lentiknya.
Sheren menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, kemudian menyapu lembut bibir lembab Hayden dengan penuh perasaan.
Dengan hasrat yang sudah tidak terbendung lagi, Hayden membalas ciuman lembut Sheren dengan lebih intens.
Sheren memejamkan matanya, merasakan sensasi ciuman demi ciuman dari bibir Hayden yang seksi.