Chereads / Love Me or Leave Me (Indonesia) / Chapter 38 - Penculikan

Chapter 38 - Penculikan

Jun menatap punggung Sena yang meninggalkannya. Ada banyak hal yang menganggu pikirannya. Salah satunya dia takut kalau Sena akan menjadi duri dalam daging di hubungannya dengan Azmya.Karena sepertinya Sena masih belum bisa melepaskan Azmya sepenuhnya.

Matahari hampir terbenam, Jun masih ingin di sini menikmati sore di tepi pantai. Mungkin sore ini akan lebih menyenangkan jika Azmya hadir di sampingnya saat ini. Kemudian Jun pun memotret pemandangan sunset dengan kamera ponselnya lalu mengirimnya pada Azmya. Dengan caption "andai kau di sampingku saat ini, mungkin sunset ini akan terasa sempurna", tak lupa dia juga mengirimkan gambar emoticon memeluk tanda hati.

Tak menunggu lama Azmya pun mengirim balasan.

[Kamu dimana?]

[Di Pantai XXXX]

[Ngapain disana?]

[Habis ketemu dengan Sena]

[Apa??? Kok kamu tidak kabari aku?]

[Jangan panik. Aku baik-baik saja]

[Bagaimana apa Sena berbuat sesuatu padamu Jun?]

[Tidak. Kami bicara baik-baik]

[Terus]

[Dia merestui kita]

[Syukur. Benarkah itu?]

[Ya tentu saja]

[Aku kangen kamu Jun. Apa aku pergi ke Jakarta saja sekarang menyusulmu]

[Aku juga kangen. Bersabarlah aku akan menemuimu besok]

[Aku tidak mau besok. Aku ingin hari ini]

[Ya Tuhan. Berhentilah membuatku gemas. Aku juga sebenarnya tidak sabar bertemu lagi denganmu]

[Aku tidak sabar]

[Aku juga sudah tidak sabar menjadi suamimu]

Jun kemudian menyimpan ponselnya di saku bajunya. Lalu berjalan menuju tempat dia memarkir mobil. Namun tiba-tiba ada beberapa motor besar menghadangnya. Jun terperanjat. Karena ada beberapa orang turun dari motornya dan langsung mengelilinginya. Jun mencoba mundur. Dia tidak tahu siapa mereka. Namun Jun melihat dari salah satu mereka adalah orang yang sama yang telah menyerangnya tempo dulu di Bandung. Joni.

Jun waspada dan berusaha kalem dan tidak panik.

"Siapa kalian? apa yang kalian inginkan?" tanya Jun.

" Jangan banyak tanya, cepat tangkap dia!" Perintah Joni pada beberapa rekannya.

Jun kaget karena orang-orang ini akan menangkapnya. Tentu saja Jun mencoba mencari celah untuk meloloskan diri dari mereka. Jun melihat ke sekililngnya. Sudah sepi dan tidak ada pengunjung lagi di pantai. Membuat Jun sedikit panik karena Jun tidak tahu apa yang mereka inginkan darinya.

"Kalau kalian mau merampok, aku cuma bawa ponsel dan sedikit uang," ucap Jun sambil merogoh sakunya dan menyodorkan ponselnya. Tapi sepertinya mereka tidak tertarik. Karena mereka tidak tertarik dengan barang yang ditawarkannya Jun pun berlari untuk meloloskan diri.

Namun karena banyak orang yang hendak menangkapnya. Jun tidak mampu meloloskan diri. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman mereka. Namun tetap saja, meskipun dia punya tenaga dan kekuatan dan sedikit ilmu bela diri. Tangannya tetap bergetar dan lemah.

Jun berhasil ditekuk. Tangannya kemudian diikat ke belakang tubuhnya. Mulutnya langsung di tutup lakban. Jun langsung sadar kalau orang-orang ini akan menculiknya. Dia pun dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil van berwarna hitam.

Di dalam mobil ternyata sudah ada dua orang bukan WNI langsung memegang Jun. Satu orang berkepala botak dan satunya lagi berambut sebahu. Jun pun hendak berteriak namun suaranya tertahan karena mulutnya sudah ditutup.

Salah satu dari laki laki bukan WNI itu pun membuka sebuah kotak hitam. Di dalamnya terdapat sebuah suntikan dan sebuah tube kecil berisi cairan. Kemudian menyiapkan suntikan itu dan mengisinya dengan cairan itu. Jun melotot dia menggeleng-gelengkan kepalanya memohon untuk jangan disuntik.

Tapi percuma saja dia memberontak. Tangannya diikat bahkan kakinya pun diikat lagi. Orang itu pun sudah siap menyuntikkan obat itu ke tubuhnya Jun. Orang itu membuka baju Jun dan dengan sekali suntik tepat di lengannya obat itu berhasil masuk ke dalam tubuh Jun. Jun terus memberontak agar bisa melepaskan ikatannya. Secara perlahan dia mulai merasakan pandangannya kabur dan memudar. Lalu dia pun tak sadarkan diri.

Kedua orang itu pun saling tersenyum puas. Salah satu dari mereka pun merogoh ponsel yang ada di saku jasnya. Nampaklah tato naga di lehernya. Dia pun menghubungi seseorang lewat telepon.

"Kita berhasil menangkapnya, Boss," kata seorang laki-laki itu yang berambut gondrong. Dan terdengar suara di ujung telepon yang memang adalah bos besar keduanya.

"Alassseo ( baiklah)." Kedua laki-laki itu berbicara dengan menggunakan bahasa Korea.

"Kami berangkat naik kapal kargo besok."

Kemudian laki-laki itu menutup teleponnya. Dan menyuruh supir mobil untuk berangkat.

"Kemana sekarang akan pergi Mr Han?" tanya supir mobil itu teryata adalah Jefri.

"Pelabuhan Tanjung Priok. Have you prepared our order (Apa kau sudah menyiapkan pesanan kami)?" tanya laki-laki botak yang di panggil Mr Han.

"Course." Jefri kemudian menyerahkan beberapa lembar dokumen. Mr Han kemudian mengecek lembar demi lembar dokumen itu. Kemudian dia pun tersenyum puas melihatnya.

Jefri sempat melihat Jun yang sedang tidak sadarkan diri. Dia pun tersenyum sinis melihatnya.

"Tampan juga wajahnya, sayang sekali Azmya tidak akan melihat wajah tampannya itu lagi," gumam Jefri.

"Osgwa haendeupon-eul gajyeo gala ( ambil baju dan ponselnya)!" Perintah Mr Han pada rekannya yang gondrong. Kemudian dia membuka pakaian Jun dan mengambil ponselnya.

"Beolyeo (buang)!" Perintah Mr Han. Lantas temannya kemudian menyuruh Joni untuk melempar pakaian dan ponsel Jun ke pantai.

Setelah membuang itu semua. Mereka pun meninggalkan pantai XXX dan menuju pelabuhan Tanjung Priok. Mereka menuju sebuah kapal kargo yang akan berangkat menuju Incheon, Korea Selatan. Mereka akan membawa Jun ke Korea dengan menyelundupkan Jun melalui sebuah kapal kargo.

~ ~ ~ ~ ~ ~

Sementara di Bandung. Azmya mondar-mandir di dalam kamarnya. Sudah 2 jam Jun belum mengabarinya. Dan ponselnya pun sudah tidak aktif. Entah kenapa dia merasa tidak enak dan merasa ada firasat buruk.

Bersambung

Tinggalkan like, komen dan votenya. Terimakasih sudah menjadi pembaca setia.