Lima hari sebelum acara pertunangan. Azmya sudah diberikan kesibukan oleh mamihnya agar cepat ke tempat langganan mamihnya untuk mencari gaun yang pantas untuk dipakai di acara pertunangannya nanti.
"Mamih sudah telpon Sena untuk mengantar kamu ke tempat Tante Anne", kata mamihnya menarik Azmya yang sedang tiduran enak di sofa ruang tamu.
"Mih, nanti aja deh, hari ini Azmya lemes banget dan lagi mager, gak mau kemana mana",rengek Azmya memohon.
"Kamu ini bagaimana sih,"mamihnya berusaha membujuk agar Azmya segera bangun.
Terdengar bunyi mobil parkir di depan rumah. Sepertinya Sena sudah datang.
"Tuh kan orang yang mau ngantar sudah datang, tapi yang mau diantar belum siap siap", omel mamihnya pada Azmya.
Azmya belum bisa move on dari wahana tidur nya di sofa. Sampai akhirnya pun Sena sudah datang di ruang tamu.
"Lho kok belum siap siap?"tanya Sena melihat dan menunjuk Azmya malah asyik tiduran sambil baca majalah. Matanya menunjukkan sikap protesnya.
"Pagi Om!",seru Azmya cuek tidak melihat Sena sudah datang dan rapi.
"Sayang kamu masih manggil Sena dengan Om?"tanya mamih dengan nada marah.
Kemudian Azmya bergegas bangun dan duduk.
"Enak aja manggilnya Om, nyamanan manggil Om daripada namanya doang kan?" ucap Azmya sambil memainkan kedua telunjuknya.
"Ya panggil abang , kakak atau oppa!"mamih nya menasehati.
"Tidak apa apa tante, saya juga asyik asyik aja",jawab Sena pengertian.
Azmya membuat kode tangan "O" dengan jempol dan telunjuknya ke arah Sena.
"Buru ganti baju sana, aku tunggu disini!"suruh Sena menarik tangan Azmya supaya bangun dari duduknya. Dengan rasa yang malas Azmya pun nurut.
setelah itu Sena pun mengobrol dengan mamih. Sikap Sena yang dewasa dan cepat akrab membuat mamih senang. Ternyata mempunyai calon menantu itu sungguh perasaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Apalagi Sena orangnya menyenangkan dan pengertian. Mamih merasa senang kalau Sena bisa menjadi menantu di rumah ini.
Setelah menunggu hampir tiga puluh menit. Azmya pun akhirnya selesai siap siap. Sena melihat Azmya yang berbeda dari sebelum dia dandan terpukau juga dengan Azmya plus OOTD nya.
Berpakaian gembel pun dia cantik. Apalagi sudah berdandan. Benar benar cantik.
"Oke ayo berangkat!"ajak Azmya langsung melengos pergi duluan tanpa menghiraukan Sena yang masih mematung takjub.
"Hati hati ya, jangan lupa fotoin Azmya pas dia fitting bajunya!"kata mamih nya.
"Siap tante, by the way anak mamih itu makannya apa sih, ko bisa manis begitu?"goda Sena bisik bisik ke mamihnya Azmya.
"Kan mamih nya juga cantik", seru mamih nya tertawa senang.
"Oooooomm, jadi berangkaaaaatt gaak?"teriak Azmya yang sudah di depan.
Sena pun buru buru pamitan ke mamih. Mamih senang melihat Sena sepertinya sangat menyukai Azmya.
****
Di sebuah butik baju di Bandung. Azmya sedang menunggu Tante Anne yang sedang menyiapkan bajunya. Sementara Sena sedang menerima telepon dari seseorang tentang urusan pekerjaan. Melihat itu Azmya jadi teringat saat dia bekerja di Konami Grup dulu.
Pernah sibuk bekerja dan sampai sampai tidur pun dengan tugas kerjaan kantor. Tapi sekarang sudah setahun lebih lamanya Azmya tidak merasakan bagaimana bekerja. Rindu juga dia kantornya dulu.
Sena yang sedang berbicara di telepon di depan balkon butik sempat melihat raut muka Azmya yang memelas. Entah apa yang dia pikirkan. Sena kembali lagi berspekulasi kalau Azmya mungkin masih belum bisa melupakan orang itu.
Dari sekian kali dia memperhatikan Azmya, Sena yakin kalau Azmya pandai menutup perasaan yang sebenarnya meskipun kadang Azmya terlihat ceria tanpa beban. Sena yakin kalau Azmya menyimpan luka hati.
Tante Anne pun datang dengan membawa beberapa gaun malam. Azmya pun dipinta untuk mencoba semuanya. Tante Anne menyuruh Azmya ganti di ruang ganti sebelah. Azmya pun membawa beberapa potong gaun itu ke dalam ruang ganti.
Setelah beberapa menit kemudian. Azmya keluar kamar ganti dan meminta pendapat Tante Anne. Baju pertama yang dicoba Azmya adalah dress putih tanpa lengan dengan bolero bulu bulu.
Sena yang juga memperhatikannya dari luar pun terkesima dengan penampilan Azmya yang membuat dia pangling.
Tante Anne memujinya tapi sepertinya masih ada yang kurang. Kemudian Tante Anne menyuruh nya mencoba model baju nya yang lain.
Azmya pun menurut dan menggantinya dengan model baju yang lain.
Sena yang dari tadi teleponan juga jadi kurang fokus karena melihat Azmya yang sedang fitting baju. Dan penasaran kembali untuk melihat Azmya memakai baju yang lain.
Kali ini Azmya keluar dengan dress panjang tanpa lengan berwarna biru membuat kesan lebih dewasa. Sena pun takjub dengan visual Azmya yang menawan itu dengan balutan gaun biru itu. Sena yang mencuri curi pandang terciduk Azmya. Kemudian Azmya pun penasaran apa pendapat Sena.
"Om bagaimana menurut Om, bagusan yang tadi atau yang ini?"tanya Azmya.
Sena yang sebenar nya suka dan jelas jelas suka mencoba tidak menghiraukan pertanyaan Azmya dengan masih mengobrol masalah pekerjaan nya itu.
"Ikh malah dicuekin,"gerutu Azmya merengut.
"Kayak nya cocokan yang ini deh kalau kata Tante",jawab Tante Anna memberi masukan.
"Oke",Azmya pun setuju. Kemudian berjalan perlahan untuk mengganti pakaiannya lagi yang tadi dia pakai.
Tapi ditahan oleh Sena.
"Sebentar dulu!"kata Sena menahan tubuh Azmya dengan tangannya.
"Oke, saya tunggu nanti kabarnya besok pagi, dan semua dokumen yang harus saya tanda tangani kirim juga malam ini ke hotel saya menginap di Bandung!" kata Sena masih teleponan. Azmya bete tangan Sena masih memegang pundaknya.
Setelah Sena menutup teleponnya. Sena pun menyuruh Azmya berpose manis. Dia ingin memotretnya untuk pesanan mamih nya yang tadi sempat minta foto Azmya yang fitting.
Azmya pun pose yang asal asalan setengah hati. Tiba tiba Tante Anne menghampiri dan mengambil ponsel Sena.
"Tante yang fotoin, kalian pose yang bagus!"suruh Tante Anne bertindak sebagai kameraman. Sena yang merasa tidak menduga disuruh foto berdua dengan Azmya sedikit canggung.
"Pose apaan ini calon pengantin, jauh jauhan gitu kayak yang dapat dijodohin!"kata Tante Anne yang memang tidak tahu.
"Emang bener tante kita dapat dijodohin",jawab Azmya santai. Sena menoleh ke arah wajah Azmya.
"Pantesan, kalau begitu-", Tante Anne pun menghampiri mereka kemudian mengatur pose mereka. Azmya berdiri dengan pinggang nya di rangkul Sena. Sena yang kikuk mencoba mengendalikan rasa malunya.
Tante Anne pun berhasil memotret mereka. Azmya pun langsung buru buru pergi ke kamar ganti. Sementara wajah Sena begitu sumringah melihat hasil fotonya tadi. Kemudian mengirim foto foto tadi ke mamih nya Azmya.
***
Pulang dari butik Tante Anne, Sena mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran bernuansa alam. Azmya pun sumringah diajak makan makan dulu.
Sebuah restoran ala Sunda yang berkonsep pemandangan alam menjadi pilihan Sena. Setelah membooking satu saung Sena berjalan beriringan dengan Azmya. Azmya tanpa tenang berjalan di sisi Sena. Sementara Sena sudah tidak karuan. Dia merasakan sesuatu yang aneh seperti membakar tubuh nya saat ini saat berjalan dengan Azmya.
Ketika mereka hendak masuk ke saung. Suara panggilan menghentikan langkah mereka.
"Azmya!"
Azmya pun menoleh ke arah suara yang memanggilnya itu.
Seorang gadis berkacamata menghampirinya. Azmya merasa familiar dengan gadis itu. Tapi kemudian dia ingat gadis itu.
"Putri", seru Azmya. Sena pun melihat wajah Azmya yang tiba tiba berubah menjadi pucat pasi. SIAPA DIA. KENAPA SEPERTINYA AZMYA TIDAK SENANG BERTEMU DENGANNYA.
BERSAMBUNG...
Jangan lupa like dan komen ya. Jadikan Favorit!
Bagi yang udah baca novel ini di Part Pertama pasti ingat siapa Putri. Putri yang menyebabkan Azmya dikeluarkan dari sekolah.
Episode selanjutnya akan diceritain konflik Azmya dan Putri yang belum sempat Author ceritakan di episode episode sebelumnya.
Yang menunggu kemunculan Jun sabar ya!