Sena membawa Azmya ke hotel Sultan. Setelah check in mereka pun masuk kamar. Sena yang dari tadi dag dig dug tak karuan mencoba tetap bersikap cool saat mengantar Azmya ke kamar di lantai 9.
Sampai di depan pintu kamar. Azmya menoleh ke arah Sena dengan tatapan tajam menusuk.
"Om ngapain masih ngikutin?"tanya Azmya mendelikkan matanya.
"Lho, bukannya kamu yang tadi ngajak,"jawab Sena pura pura.
"Kan cuma nganterin, terus kenapa masih disini. Memangnya Om mau masuk?"tanya Azmya langsung jleb ke hati Sena.
"I-itu, ya kalau boleh Om masuk ...."
"Nggak boleh,"potong Azmya langsung masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya.
Sena cuma bisa melongo.
"Stupid kau, stupid,"Sena memukul kepalanya berkali kali. Menyalahkan dirinya sendiri. Pasti sekarang Azmya menilai dirinya sebagai Om Mesum.
Sena pun kembali turun sambil tak henti hentinya menggerutu.
'Dasar bego!Pasti Azmya sekarang ilfeel dan jijik sama aku,' gumam Sena.
Sementara Azmya langsung berbaring di kasur. Wajahnya menghadap langit langit kamar hotelnya. Memori otaknya kembali memutar peristiwa tadi. Dia kembali membayangkan betapa Jun dan Febri saling bercumbu dan bermesraan di tepi danau tadi.
Dan kenapa Jun juga memancing dirinya pergi ke sana jika dia hanya ingin mempertontonkan kemesraannya dengan Febri. Apa tujuan sebenarnya. Kenapa dia ingin sekali menyakiti dirinya. Padahal dia sudah cukup membuat dirinya sakit hati selama hampir dua tahun ini tanpa kabar dan pesan secuil pun.
Mengingat dia sudah hampir sepuluh tahun menjaga hatinya untuk Jun. Dia rasa sudah cukup membuat dirinya sendiri menderita. Dia harus benar benar melepasnya sekarang. Dia tidak mau kalau terus terusan berharap Jun akan datang padanya.
"Baiklah Jun. Aku rasa cukup sampai disini kegilaan yang aku buat untukmu."
Sambil berlinang air mata Azmya pun meraih ponselnya. Kemudian dia menulis sebuah chat.
[Om kembalilah kesini!!!!!]
Azmya menulis pesan untuk Sena. Dia akan membuat keputusan yang gila saat ini.
****
Triiing...
Sena yang sudah sampai di mobil membaca . chat dari Azmya. Matanya pun langsung melotot. Mulutnya menganga tak percaya apa yang dia baca barusan.
Tangannya mulai gemetaran. Antara senang dan juga kuatir. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Pergi ke kamar hotel Azmya. Dan apa yang akan terjadi di sana kalau dia ke sana.
Apakah ini sebuah undangan agar harimau masuk ke dalam sebuah kandang yang berisi mangsanya. Sena cukup lama juga termenung. Entah dia harus membalasnya atau tidak. Atau dia harus segera menuju ke sana.
Belum apa apa Sena sudah merasakan seluruh suhu badannya panas. Dia mengartikan pesan Azmya itu sebagai undangan agar dia bisa menemaninya tidur. Dan Sena belum punya pengalaman apapun untuk urusan itu.
Tiga puluh menit berlalu. Sena masih di dalam mobil. Kedua tangannya memegang setir. Dan jemarinya pun mengetuk ngetuk setir. Dia dilema.
Suara dering telepon membuyarkan lamunan Sena.
My Queen Azmya calling ...
Dengan sedikit gugup Sena mengangkat teleponnya.
"Halo."
"Om dimana, kenapa belum nyampe juga?"
"Hmmm, aku masih di mobil,"Sena menjawab pelan.
"Cepet kesini Om, aku butuh Om,"isak Azmya di ujung telepon. Membuat jantung Sena semakin berdegup kencang.
"Baiklah, lima menit aku sampai,"ucap Sena sambil menahan napas. Mencoba menahan gelora asing yang kian bertabuh kencang.
Setelah telepon ditutup. Sena pun keluar dari mobilnya dan mulai berjalan dengan langkah yang penuh semangat. Dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang semakin memerah.
Dengan napas yang sedikit terengah-engah Sena menekan tombol bel kamar Azmya. Tak berapa lama Azmya pun membuka pintu.
Sena melihat wajah Azmya yang sembab karena habis menangis. Tanpa dipersilahkan Sena langsung masuk ke kamar disambut Azmya dengan pelukan. Sena terkejut Azmya langsung memeluknya seperti ini.
Azmya mendekap Sena dengan erat. Dia sudah memutuskan untuk memulai lembaran baru dengan Sena. Calon tunangannya. Meski dia tahu Sena belum tentu mencintainya. Azmya akan berusaha agar dia bisa saling mencintai sekarang ini. Dia ingin mengenyahkan bayangan Jun yang sudah bersemayam di hatinya kurang lebih sepuluh tahun itu.
Sementara Sena mulai merasa getar getar aneh di tubuhnya selama Azmya memeluknya. Dia merasa tangan Azmya sudah perlahan merayap ke bagian atas punggungnya dan ke lehernya. Sena merasa geli dan tak tahan.
Sementara pintu kamar masih dalam keadaan terbuka. Dengan inisiatif tinggi Sena menutup pintu kamar dengan kaki kanannya. Sekali tendang pintu itu pun tertutup.
Azmya melonggarkan pelukannya. Wajahnya dia hadapkan ke arah wajah Sena yang sedang tersipu.
"Om begitu tampan, kenapa Om setua ini belum pacaran?"goda Azmya.
"Eh, itu karena tidak mau saja, dan aku belum menemukan perempuan yang buat aku jatuh cinta,"jawab Sena tak lepas memandang wajah Azmya yang sangat menggoda iman nya.
"Kalau sekarang, apakah sudah ada perempuan yang buat Om jatuh cinta?"tanya Azmya.
"Sudah."
"Benarkah, siapa dia?" tanya Azmya menatap kedua bola mata Sena. Dia bisa melihat pantulan wajahnya disana.
"Kamu," jawab Sena kemudian menurunkan wajahmu agar sejajar dengan Azmya untuk mendapatkan posisi sejajar bibirnya dengan bibir Azmya.
Sena pun melumat bibir Azmya dengan penuh perasaan. Keduanya pun larut dalam emosi dan perasaannya masing masing. Kedua tangan Sena menarik tubuh Azmya agar lebih mendekat dengan tubuhnya.
Keduanya saling membalas kecupan dan ciuman dengan penuh gelora. Azmya merasa dengan melakukan ini dengan Sena dia bisa membalas semua sakit hatinya pada Jun. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga bisa melupakannya. Dia juga bisa mendapatkan cinta dari orang lain.
Sena yang baru sekali ini mempunyai kesempatan seperti ini merasa mendapat angin surga. Merasa bahagia, puas, dan juga merasa ketagihan inginkan lebih.
Azmya mulai memegang bagian belakang kepala Sena dengan lembut. Mengusap rambutnya sementara bibirnya masih membalas ciuman Sena yang semakin dalam dan semakin liar.
Sena yang sudah kemasukan setan mesum pun menghentikan ciumannya. Keduanya saling tatap satu sama lain. Mencoba mendalami dan mencari tahu lewat tatapan apakah harus mereka lanjutkan atau tidak kegilaan mereka itu.
Wajah Azmya yang sendu itu membuat Sena semakin tak keruan menahan hasrat laki lakinya. Kemudian tanpa persetujuan Azmya, Sena mengangkat tubuh Azmya dan menggendongnya.
Azmya hanya pasrah dan menatap wajah Sena yang memandangnya dengan penuh cinta. Azmya mengalungkan kedua tangannya ke leher Sena dan membiarkan Sena menggendongnya menuju tempat tidur yang telah menunggu kedua orang yang sudah terkena setan birahi itu datang.
Dengan perlahan dan hati hati Sena menurunkan tubuh Azmya di atas kasur. Sena segera membuka bajunya dan nampaklah badan Sena yang penuh otot dan roti sobeknya itu membuat Azmya menatap takjub badan Sena yang seksi itu.
Azmya kemudian menundukkan kepalanya. Sejenak pikiran normal nya kembali. Namun belum sepenuhnya Azmya membatasi pikiranmu yang mulai kacau karena birahi. Sena mendekatinya dan memegang kepalanya mengusap rambutnya perlahan.
Ya, Azmya pun menikmatinya dan membiarkan Sena mulai menjamah leher putih mulusnya. Azmya dibuat melayang oleh setiap sentuhan Sena di setiap jengkal wajah dan lehernya.
Perlahan Sena menurunkan baju bermodel sabrina nya dengan mengusap baju itu ke bawah sambil terus menciumi leher Azmya dengan penuh gairah. Meskipun dia amatir. Tapi sepertinya cukup membuat Azmya bergelinjang geli.
Tangan Sena masih berusaha menurunkan baju Azmya. Perlahan pun dia berhasil menurunkannya tinggallah Azmya hanya memakai dalaman yang berenda menutupi kedua benda itu. Sungguh Sena dibuat mabuk dan keleyengan.
Sena menatap wajah Azmya dengan tatapan penuh cinta. Namun Sena melihat Azmya seperti sedang terpaksa. Pandangan Azmya bukanlah tatapan tulus karena suka. Tatapan itu seperti tatapan marah yang penuh dendam.
Sena tahu kalau Azmya sedang frustasi karena kejadian tadi. Amarah Azmya memuncak hingga terlukis jelas di wajahnya. Bibirnya tersenyum namun terlihat hampa.
Karena Sena tak kunjung melanjutkan aksinya. Kali ini Azmya menarik tubuh Sena dan menghempaskannya ke atas ranjang. Azmya pun hilang kendali karena amarahnya pada Jun. Dia melepaskan pakaian dalamnya yang menutupi setengah badannya itu dihadapan Sena. Namun Sena menahan tangan Azmya untuk tidak membuka penghalang seluruh bagian atas tubuhnya itu.
Hanya tinggal sedikit lagi saja Sena akan melihat Azmya polos tanpa sehelai penutup. Tapi dengan cepat Sena pun bangkit dari tidurnya. Kemudian dengan lembut membelai pipi Azmya. Azmya yang heran dengan perlakuan Sena. Dia sabar menunggu Sena berinisiatif memulainya kembali.
"Kita hentikan sampai sini saja,"lirih Sena. Dia kemudian mengambil baju Azmya yang sudah berserakan di lantai. Kemudian dia memakaikannya lagi ke tubuh Azmya. Azmya merasa ada yang salah dengan dirinya.
Dia kemudian mengendus enduskan hidungnya di kedua ketiaknya. Barangkali bau ketiaknya yang menjadi penyebab Sena menghentikannya.
"Masih wangi kok, cuman emang belum mandi,"gumam Azmya.
"Haaa-ha." Sena mencoba tertawa melihat Azmya yang sepertinya kecewa karena gagal bercinta.
Melihat Sena tertawa seperti itu. Azmya merasa dipermainkan oleh Sena.
"Kenapa Om berhenti, harusnya kita lanjutkan sampai kita berdua merasakan kepuasan surga dunia," timpal Azmya sambil mendengus kesal. Kesal karena niatnya untuk melampiaskan amarahnya pada Jun dengan bercinta dengan Sena kini gagal.
"Bukan sekarang waktunya sayang," jawab Sena kembali mengusap lembut pipinya dan dagunya Azmya.
"Kenapa, toh nanti juga kita akan menikah, kan?"tanya Azmya memaksa. Kemudian dia menarik tubuh Sena yang setengah polos itu ke tubuhnya. Dengan penuh na*su Azmya mengecup kembali bibir Sena dengan liar.
Sena semakin membelalakkan mata tak mampu menolak serangan Azmya. Tangan Azmya mulai nakal menjelajah setiap jengkal tubuh Sena yang kekar dan seksi itu. Sambil terus mengecup Sena. Tangan Azmya menari nari di atas perut Sena yang berotot itu dan dia pun hampir meraih kancing celana Sena. Namun tiba tiba Sena mendorong Azmya dengan keras sehingga menyebabkan Azmya terjatuh dari tempat tidur.
Sena segera bangun dan beranjak dari tempat tidurnya dan berlari menuju kamar mandi. Azmya terengah-engah sambil menatap punggung Sena yang masuk ke kamar mandi.
Azmya pun menangis kesal. Dia berteriak teriak tidak jelas. Entah karena kesal dengan Jun atau kesal karena gagal bercinta.
Azmya kesal kenapa Sena mendorongnya seperti itu. Apakah Sena juga menolaknya sama seperti Jun. Dia semakin marah dan kecewa. Kemudian mengedor ngedor pintu kamar mandi.
Sementara di balik pintu kamar mandi. Sena sedang menyirami tubuhnya di shower. Dia pura pura tidak mendengar. Dia ingin meredam dan menetralkan kembali suhu tubuhnya yang memanas. Pikirannya melayang kalau dia tidak segera mencegah. Mungkin Azmya akan menyesalinya nanti gara gara berbuat gila karena sedang berada dalam keadaan marah dan frustasi.
Yang Sena inginkan adalah mereka melakukannya berdasarkan saling suka dan tentu bukan karena pelampiasan marah semata.
Azmya masih belum berhenti mengedor-ngedor pintu kamar mandi. Dia setengah berteriak seperti orang gila.
"Om bukaaa!"teriak Azmya memohon.
Tapi tak ada tanda tanda Sena akan membuka pintu. Hanya terdengar bunyi gemericik air.
Azmya pun lelah sendiri. Dia pun terduduk sambil menangis meratapi kegagalannya. Dia terduduk sambil memeluk kedua lututnya. Membenamkan kepalanya di atas kedua lututnya. Dia menunggu Sena keluar dari kamar mandi.
Namun hampir setengah jam Sena tidak keluar keluar. Azmya semakin lelah karena banyak menangis. Dia pun tertidur di depan pintu kamar mandi dengan posisi terduduk memeluk kedua lututnya.
Krrrrtt....
Pintu kamar mandi terbuka. Sena keluar dengan hanya memakai handuk yg disediakan hotel. Ketika dia keluar kamar mandi dia merasa iba melihat Azmya yang kelelahan dan tertidur dalam posisi itu. Sebenarnya dia juga tadi tidak tega mendengar Azmya teriak teriak meminta dirinya membuka pintu.
Sena kemudian mengangkat tubuh Azmya. Dia hendak memindahkan Azmya ke tempat tidur agar dia bisa beristirahat dengan layak.
Perlahan dia menurunkan Azmya dengan hati hati di atas tempat tidur dan kemudian menyelimutinya.
Setelah menidurkan Azmya dengan layak. Sena memungut bajunya yang tadi dia lepaskan. Mengingat apa yang tadi dia lakukan saat dia melepaskan pakaiannya. Bukankah awalnya dia sendiri yang menginginkan itu. Tapi dia sendiri pula lah yang membatalkannya.
Sena sebenarnya hanya tidak ingin Azmya melakukan itu karena merasa marah dan kecewa pada Jun. Itu sama saja dia tidak tulus padanya. Sena tidak mau Azmya menyesal nanti.
Setelah selesai berpakaian, Sena kembali mendekati Azmya duduk berjongkok di sisi tempat tidur sambil memandangi wajah Azmya yang tertidur.
Menatapnya dengan iba. Ingin rasanya dia memeluk Azmya. Ingin mengurangi kesedihannya. Tapi disisi lain dia juga merasa tersakiti oleh perasaan cemburu.
"Tidurlah, jangan ingat ingat kejadian yang buruk. Berusahalah menjadi orang yang bahagia. Lupakan dia. Bahagialah bersamaku,"gumam Sena pelan di telinga Azmya. Seolah olah dia sedang menghipnotis Azmya dengan mantra-mantra.
Kemudian dia membelai pipi Azmya dengan lembut. Beberapa lama kemudian Sena terkejut tangannya dipegang Azmya. Ternyata Azmya terbangun. Namun matanya masih terpejam.
"Please Om, temani aku tidur di sini. Aku merasa seperti kapal oleng. Maukah kau tidur sambil memelukku. Kita tidak perlu melakukan yang lain. Aku hanya butuh bersandar padamu,"ucap Azmya kemudian menatap Sena dengan tatapan yang sendu.
Sena merasa iba melihat Azmya. Kemudian dia pun langsung ke tempat tidur di sebelah Azmya. Dengan sedikit ragu ragu Sena merentangkan tangannya untuk Azmya.
Azmya langsung beringsut mendekati badan Sena dan mendekap Sena. Sebelah tangan Sena menjadi bantalan kepala Azmya. Azmya pun memeluk Sena dengan nyaman.
Aroma tubuh Sena yang wangi karena habis mandi membuat dia betah berada dalam dadanya.
Sementara Sena tahan napas dan mencoba bertahan. Bisa gawat kalau Azmya memeluknya seperti ini. Akan ada sesuatu yang lain bergerak dan bangun gara2 dipepet Azmya seperti ini.
Wajah Sena kembali merah dan dia mulai tidak nyaman dengan posisi ini Sena mencoba bertahan sekuat mungkin.
Tak berapa lama pun Sena mendengar dengkuran halus dari Azmya. Sepertinya dia tidur kembali.
Sena merutuki dirinya sendiri. Dia sudah tidak tahan lagi. Bayangan nakalnya kembali berputar. Andai saja sekarang. Tinggal selangkah lagi atau satu tahap lagi dia akan menghabiskan malam yang panjang dengan Azmya. Merasakan surga dunia. Dia inginkan itu dengan segera. Dia sudah tidak tahan lagi.
'Aahhh.'
Suara dering panggilan ponsel membuyarkan imajinasi liarnya. Sena dengan pelan pelan menurunkan kepala Azmya di tangannya. Dengan hati hati Sena beranjak dari tempat tidur untuk mengambil ponsel di atas nakas.
Kemudian pergi ke balkon kamar untuk menerima panggilan.
Bersambung.....
Jangan lupa untuk mengulas novel ini ya...Mudah mudahan banyak yang suka.