"Lihatlah, menjijikkan sekali" anak perempuan, bukan, bukan Vika, itu anak lain, tapi sepertinya lebih tua dari Vika
"Dia adiknya kembar tiga itu? Sayang sekali, pasti mereka malu dengan anak haram ini" balas teman anak tadi
"Vi-Vika minta maaf..." Vika berseru, sebenarnya ia tidak tau apa salahnya, kedua orang ini tiba tiba datang ke taman dan menyeretnya ke gang sepi di dekat taman itu lalu memukulinya, sekarang ia menangis dan meringkuk di sudut tembok
"Heh! Dengerin ya, anak haram, mending lo pergi deh dari rumah, abang lo jijik sama lo, ngerti?" seru salah satu dari mereka seraya menjambak rambut Vika, lalu membenturkannya ke tembok dengan keras
"Hey!!" anak cowok itu, "Lepasin dia" seru Aaron
Kedua perempuan itu berlari, mereka takut, padahal, mereka lebih tua dari Aaron, ya, anak anak tadi teman dari abang Vika
"Vik...kamu gak papa...? Maaf aku telat datang ya...tadi ada urusan..." seru Aaron
"Hm, Vika gak papa kok, Aaron gak salah, gak perlu minta maaf" ucapnya seraya tersenyum
Aaron membalas senyumannya dengan senyuman pahit, lalu mengantar Vika ke sungai untuk membersihkan lukanya
"Makasih ya..." seru Vika
"Sama sama" balas Aaron
Mck, lagi lagi! Apa sih maksud dari layar rusak ini?! Menyebalkan sekali...
***
Jam 6.00, Liona bangun, ia mengambil posisi duduk, lalu melihat sahabatnya belum juga bangun
"Tumben...?" batin Liona, ia melihat tubuh Vika dari atas sampai bawah, lalu terkejut dengan apa yang dilihatnya, ia mengambil selimut dan menutup seluruh tubuh sahabatnya
"Vika..." seru Liona seraya mengguncang tubuh Vika, tapi Vika enggak bangun bangun, "Aduh..." gumam Liona
Liona kemudian keluar kamar, terlihat ke-4 abang Vika sedang memasak, jadi dia membantu
Jam 6.30 Aaron terbangun, lalu ia membangunkan Dimas dan pergi keluar kamar
Mereka makan jam 7.00, dan itu tanpa Vika
"Vika mana?" tanya Ethan
"Masih tidur, bang" balas Liona ragu
"Kok tumben?" tanya Evan
"Em...mungkin ada sesuatu" balas Liona sama ragunya
"Kok lo ragu ragu gitu?" tanya Elvin dingin, "Gue lihat" serunya seraya berdiri
"E-eh!" Liona menahan Elvin, semua mata menyorot padanya, "Em...gimana kalo yang lihat bang Ethan aja?" tawar Liona
Ethan mengerti, lalu ia langsung berjalan ke kamar Vika
"Kebiasaan" batin Ethan, "Dekkk, bangun yok, udah jam tujuh loh" seru Ethan seraya mengguncang tubuh Vika
"Emh...iya bang..." balas Vika setengah sadar
"Bangun ih, liat tuh, bocor kemana mana" seru Ethan
"Emh..." Vika masih belum sadar, "Hah?!" dia kaget, mengambil posisi duduk, lalu melihat sepreinya, "Oh God..." gumam Vika seraya memegang kepalanya
"Apaan coba? Cepet sana, ganti tuh celana, biar sepreinya abang yang buka" seru Ethan seraya tertawa kecil di awal kalimatnya
Vika hanya mengangguk, lalu ia masuk ke kamar mandi, "Mck, masih pagi juga, udah sakit banget et dah" gumam Vika seraya membersihkan celananya, "Awww" Vika meringis, gak tau kenapa, ia kemudian langsung mandi, biar sekalian pikirnya
Setelah itu ia kemudian keluar dari kamar mandi, sepreinya udah diganti, dan seprei yang lama udah ada di keranjang pakaian kotornya
Ia berjalan ke ruang makan, dan disaat bersamaan saat ia sampai di ruang itu, semua mata menyorot ke arahnya
*Klang
Semua sendok mereka jatuh ke piring, Vika sadar dia diliatin, lihatlah, mata mereka gak nyante banget liatnya
"A-ada yang salah...?" tanya Vika ragu
Mereka enggak menjawab, karena berpikir ada yang salah, dia langsung lari ke kamarnya buat ngaca, sekalian beresin kalo ada yang salah
"Oh...My...lo liat...?" itu Aaron
"Shut the fuck up, jangan ngomongin itu di depan gue, gue jijik" seru Liona
"Bilang aja lo iri, lo kan tepos" balas Dimas
"Apa lo bilang?! Teposan mana lo sama gue, hah?!" seru Liona setengah berteriak seraya berdiri
"Kan beda server anjer!!" balas Dimas seraya berdiri pula
"Rumah siapa ya ini?" sindir Evan
Mereka berdua langsung duduk lagi
"Guysss, apa yang salahh??" tanya Vika seraya berlari
"Mck, ikut gue" seru Elvin seraya menarik tangan Vika ke atas
"E-eh..." seru Vika
Mereka memasuki kamar Elvin, lalu Elvin membuka lemari pakaiannya
*Pluk
"Pake, gue tunggu di luar" seru Elvin seraya melempar salah satu pakaiannya ke muka Vika lalu berjalan keluar
"Hah...?" Vika bingung, tapi dia tetap memakainya, lalu ia keluar
"Buat apa bang? Ini besar banget" seru Vika
"Gue usir enak nih anak" batin Elvin, "Turun aja lo" seru Elvin seraya menuruni anak tangga
"Lo apain Vin?" tanya Avan
Elvin cuma diem, terus Vika nyusul, baru nyampe, udah di sindir
"Aduh...ini anak di bakar enak ya kayaknya" seru Evan
"Lumayanlah ya, cuci mata" sambung Dimas
"Eh?" Vika memiringkan kepalanya
"Hari ini lo jauh jauh dari gue" seru Elvin dingin
"2 in" seru Evan
"3 in" balas Avan
"4 in" balas Ethan
"5 in" itu Liona
"Hehhh?? Kenapa???" tanya Vika dengan wajah yang sedih
"Diam aja lo, sekarang ambil piring lo, terus makan di ruang musik, ngerti?" seru Elvin dingin
Vika cuma menuruti, dia gak ngerti apa apa padahal
"Salah gue apa sih?" gumam Vika seraya menaiki anak tangga, lalu memasuki ruang musik dan makan disana, "Gue gak ada salah kok! Tapi keliatannya mereka gak marah deh, cuma ngusir, kenapa coba?" tanya Vika pada dirinya sendiri, "Huft...yaudahlah, lagipula kan masih ada hp" seru Vika
Sekarang udah jam 9 dan Vika masih di ruang musik
"Gak tega gue" seru Evan
"Mending kayak gini dari pada ngelewatin batas" seru Avan
"Jelek semua pikiran lo bang" seru Aaron, "Gue ke atas, kasian dia" sambung Aaron seraya menaiki anak tangga
Tok tok tok
*Ceklek
"Vik?" ucap Aaron
"Oh, hai, kenapa?" tanya Vika
"Lo gak papa sendirian?" tanya Aaron balik
"Gak papa kok, btw, kenapa mereka?" seru Vika
"Gue kasih tau, tapi lo gak boleh pukul gue" seru Aaron
"Iya iya, kenapa sih?" tanya Vika
Aaron kemudian berbisik pada Vika, wajah Vika memerah
"Seriusan?" tanya Vika tak percaya
Aaron cuma ngangguk
"Terus lo?" tanya Vika kembali
"Belum sesuai keinginan gue, jadi sorry aja" seru Aaron
"Ih, songong, terus Liona kok ikut ikut?" tanya Vika lagi
"Iri kayaknya, dia kan tepos" seru Aaron seraya tertawa
"Gue gebuk lo bilang kayak gitu about my friend ya!" seru Vika
"Iya deh iya, maaf, btw, gimana ajaran gue sama lo? Lo lanjutin gak? Atau jangan jangan lo masih belum inget kejadian itu?" tanya Aaron seraya melihat piano, piano yang dulu ia mainkan
"Iya, gue lanjutin, udah inget kok, baru 2 hari yang lalu mimpinya, btw, duet kuy?" tawar Vika
"Okey then" balas Aaron
4 menit, 1 lagu
"Lumayan" seru Aaron
"Really? Tangan gue udah pegel lo padahal" seru Vika kecewa
"Lo gak sehebat gue soalnya" seru Aaron
"Cih, sombong" cibir Vika
"Gue ngomong apa adanya" balas Aaron
"Iyain" timpal Vika, "Bisa main alat musik apa aja?" tanya Vika kemudian
"Apa aja" balas Aaron
"Hah? Lo bisa main semua?" tanya Vika
"Kalo lo minta gue mainin, gue bakal mainin walaupun gue gak tau caranya" seru Aaron
"Ih, bucin" balas Vika
"Hm, tapi sayangnya, ceweknya masih belum nerima" seru Aaron seraya mendongakkan kepalanya dan memejamkan matanya
"Sabar aja kali! Kalo jodoh kan bakal di satuin, habisnya lo kurang berusaha sih!" seru Vika seraya melihat ke arah Aaron yang tidak melihatnya
"Gue udah berusaha dulu, harusnya lo inget, makan malam bersama di atas pasir putih itu, gadis yang masih polos, penyendiri, cantik, baik, dia sempurna" seru Aaron
"Lo gak suka gue yang sekarang?" tanya Vika yang merasa tersindir
"Gak mungkin gue gak suka sama lo" seru Aaron seraya mendekatkan wajahnya pada wajah Vika
*Cup
Kecupan singkat pada bibir Vika
"Lalu? Untuk apa kata kata itu?" tanya Vika
"Gue cuma ngingat doank, Vika, gue cuma ngingat semua yang terjadi dulu" seru Aaron
"Lupakanlah" seru Vika lirih
Aaron terkejut, ia melihat ke arah Vika
"Kenapa tidak mencoba berlari dari sana? Carilah yang lain" seru Vika seraya menatap lekat piano yang ada di depannya
"Ah...harusnya aku juga menghapus ingatanku saat itu" seru Aaron seraya menunduk dan menutup wajahnya
"Kenapa setia sekali?" tanya Vika kemudian
"Sosok anak kecil itu teman gue, Vika, teman pertama gue, dia leader buat hidup gue, lihatlah ke belakang, dia tersenyum, namun air matanya tidak berhenti mengalir, dia tidak tau apa apa, tapi bantu gue apa pun keadaannya, dia cinta pertama gue Vik, lo pikir itu mudah? Gue bahkan menentang orang tua gue demi anak kecil itu, menurut lo, seberapa penting gadis kecil itu buat gue?" Aaron berbicara dengan lirih, ia ingin menangis
Hening sejenak
"Lupakanlah" seru Vika lagi seraya mendongak
Aaron menatap benci ke arah sosok gadis itu sekarang, bagaimana mungkin ia berbicara semudah itu?
"Lupakan dia, dia sudah hilang, mati bersama mesin sialan itu" serunya seraya menatap lekat mata pria di depannya, "Cintailah dia yang sekarang, berhentilah melihat ke belakang, kau tulus padanya kan? Buatlah dia nyaman, kejar dia, jangan lepaskan" seru Vika dengan suara serak dan mata berkaca kaca
"Vika..." Aaron menggumam, air matanya sudah terjun sekarang
Vika hanya tersenyum manis, "Kenangan itu sudah hilang, tapi hanya sebentar, beberapa saat lagi, gue janji bakal ingat semuanya" seru Vika
Aaron hanya diam, lalu memeluk teman masa kecilnya itu, "Bayangan itu hilang, gadis ini adalah orang yang sama, tapi tidak dengan sikapnya" batin Aaron, "Gue mencintai gadis ini, dia benar, gue bakal buat dia nyaman" sambungnya dalam hati
"Dasar cengeng!" seru Vika seraya tertawa
"Itu kata kata gue! Dasar plagiat!" balas Aaron
"Oh ya? Gue gak inget, jadi itu kata kata gue sekarang" seru Vika
"Well, sesuai janji lo, lo harus inget semua kenangan kita dulu" seru Aaron seraya melepas pelukannya
"All right all right" balas Vika
"Love you" seru Aaron seraya mencium tangan Vika
"Aduh, jawab apa ya..." seru Vika seraya menyeringai
"Cih, dasar" balas Aaron
"Ya sabar lo nya!" seru Vika
"Iya deh iya, lo mau ngapain sekarang?" tanya Aaron
"Lo mau jalan gak?" tanya Vika
"Kemana?" tanya Aaron
"Ke hati gue" balas Vika
"Ew" balas Aaron
"Elu mah, jahat, kemana aja deh, gue bosen, tapi jalannya sore" seru Vika
"Kemana aja ya? Hotel kuy?" goda Aaron
"Lagi dapet, sorry" seru Vika
"Maksud lo? Gue ngajak lo ke hotel buat nginap woy! Mikir apa lo hah?!" tanya Aaron setengah berteriak
"Kali aja, lo kan juga cowok sih bang" seru Vika
"Ih, lucu deh manggil abang, tapi gue gak suka" seru Aaron
"Yaudah deh" balas Vika
"Ih, ngambek njing" seru Aaron
"Saha yang ngambek ogeb?" tanya Vika
"Nye nye nye" seru Aaron seraya memanyunkan bibirnya
*Cup
"Gosah ngode, minta aja" seru Vika seraya mengelap bibirnya
Aaron menunjukkan smirknya
"Kayaknya lo beruntung deh" seru Aaron seraya mendekatkan wajahnya pada Vika, sedetik kemudian, ia melumat bibir mungil itu dengan lembut, 20 detik kemudian
"Ngapain kali-!" itu Dimas, sontak, Aaron melepas lumatannya lalu beralih pandang ke arah piano, begitu pula Vika
Tepuk tangan dari satu orang terdengar, itu Elvin
"Elo sih!" seru Vika berbisik
"Kok gue?! Kan lo duluan yang nyosor!" balas Aaron berbisik pula
"Lo mau kapan pergi dari rumah?" suara Elvin terdengar sangat menyeramkan
"Aduh, sabar aku tuh" bisik Vika
"Pergi lo sekarang" seru Elvin
"Be-bercanda doank bang..." seru Vika pelan, namun terdengar
"Lo kayaknya habis nangis, sakit ya? Dan lagi, kalian mainnya bersih banget, gak ada yang tumpah" sindir Elvin
"Kita gak ngapa ngapain bang, sumpah" seru Aaron
"Hm, emang gak mungkin sih" itu Ethan, "Adek lo lagi dapet tuh" sambungnya untuk Elvin
Hening sejenak
"Kok hening?" tanya Avan
"Entah" balas Liona
"Lagi mikir hukuman, sabar" balas Evan
"Ooo" timpal Avan dan Lili
"Kayaknya gak ada yang cocok" seru Ethan
"Hm, lo selamat, Vik, hukumannya bakal gue pikirin nanti, sekarang keluar lo pada" seru Elvin dingin
Vika ama Aaron langsung keluar, mereka berdua turun ke bawah
"Lo sih!" seru Vika seraya memukul lengan Aaron
"Kan lo yang nyosor princess, ngaca napa? Kaca lo besar besar kok" balas Aaron
"Kasar lo ah, kesel gue" seru Vika
"Bodo, bacot, pusing gue" balas Aaron
"Ini yang dapet gue apa lo mas?" tanya Vika kemudian
"Gtw" balas Aaron
"Ish" mereka berdua udah ada di bawah
Drrttt...ddrrrttt...
Hp Vika, tertulis nama Jin disana
"Halo bang?" tanya Vika
"Dek! Liona sama lo kan?!" seru Jin enggak nyante
"Hah? Enggak bang, kenapa?" tanya Vika
"Sumpah dek?! Dia kabur!! Kemarin gue ama yang lain pulang sekitar jam 1, terus dia gak keluar sampe jam 9! Akhirnya dibuka kamarnya ama Yoongi tapi dianya gak ada!! Lo tau dia dimana dek?!" seru Jin kayak nge rap
Vika ama Aaron cuma cengir cengir gak jelas
"Gu-gue gak tau bang...aduh...gimana nihh" Vika bersuara layaknya orang panik dan khawatir
"Plis dek, bantuin kita cari, oke?" seru Jin
"I-iya bang, gue cariin, udah dulu ya bang" seru Vika lalu menutup panggilan telepon itu
"Bahahah!! Gila lo!!" seru Aaron seraya memegangi perutnya
"Panik banget mereka" seru Vika yang ikut tertawa
"Kenapa lagi kalian?" Elvin turun ke bawah bareng yang lain
"Enggak, tadi bang Jin nelpon, Liona ilang" seru Vika namun tidak berhenti tertawa
"Terus lo bilang apa?!" tanya Liona yang mulai panik
"Dia gak sama gue bang, iya, gue bantu cariin, bahahah!!" malah Aaron yang jawab
Liona cuman ngelus dada, dia udah panik tadi
"Lo gak ngomong ama abang lo ke sini Li?" tanya Vika yang mulai berhenti tertawa
"Enggak, lagi marahan" seru Liona
"Kenapa lagi?" tanya Vika
"Nanti gue kasih tau" balas Liona
"'Nanti gue kasih tau', masalah lo yang kemarin aja kagak lo kasih tau!" seru Vika yang mulai kesal
"Gue kan kemarin tidur sayang" seru Liona
"Iya in" balas Vika
Mereka akhirnya berkumpul di ruang keluarga, sibuk dengan hp masing masing
"Paket!!" suara dari luar, tapi suara cewek
Mereka melihat satu sama lain
"Saha?" tanya Vika, mereka bingung
"Gue gak beli apa apa" seru Evan
"Sama" balas Avan
"Gue juga enggak" seru Ethan dan Vika, sorot mata ke arah Elvin sekarang
"Gue enggak" seru Elvin
"Lah?" seru Vika, "Yaudah gue liat dulu" seru Vika seraya bangkit berdiri
*Ceklek
"Uwahhh, loli! Halo dekk!! Abangnya ada gak?" tanya salah satu cewek
"Shit..." batin Vika, "Ada kok kak" seru Vika seraya tersenyum dan membuka gerbang, tapi dalam hatinya, "Gue bunuh! Pasti gue bunuh! Pastii!!" batinnya
"Thanks ya dek" seru yang lain seraya memasukkan ketiga motor mereka, mereka asal masuk, meninggalkan Vika yang masih mengunci gerbang
"Yo Vin!!" seru cewek yang keliatannya tomboy banget, Vika masuk, masuk dengan hawa yang super duper panas
Liona panik, "Eh, Vik, main di kamar yok" ajak Liona
"Ah, jangan donk, aku kan adiknya tuan rumah, gak sopan lho, Li" seru Vika seraya menatap tajam mereka semua, padahal ga ada yang salah lho
"A-ah...iya juga ya...sorry..." seru Liona yang mulai pucat
"Kenapa?" bisik Aaron pada Liona
"Diem aja dulu" balas Liona seraya berbisik pula
"Bakal jadi perang ini bang, mending lo diem" seru Dimas memperingatkan
"Ngapain lo kesini?" tanya Elvin dingin
"Gitu sikap lo sama tamu?" tanya gadis yang lain
"Eh, La, keatas yuk" seru Ethan yang udah super panik
"Kuyyy" balas cewek yang kayaknya feminim banget
"Lo gak ngajak gue, Vin?" tanya gadis tomboy tadi
"Vann, temenin gue shopping" seru gadis yang lain
"Mager gue, Ya, nanti aja" balas Evan dengan ragu
"Pergi lo sana, ganggu" itu yang dikatakan Elvin
"Mck, gue udah capek kesini woy! Hargai kek!" balas kakak itu
"Li, gue lagi males" balas Elvin acuh tak acuh
"Bodo amat, lo pikir gue peduli?" tanya kakak yang dipanggil 'Li' itu
"Eh, kita keatas ya" itu suara dari kakak yang dipanggil 'Ya' sama Evan, mereka berdua ke atas
"Vik...?" Liona melihat perlahan ke arah temannya, "L-lo gak papa...?" tanya Liona ragu
Vika cuma tersenyum, namun senyumnya berbeda, itu senyuman ingin membunuh
"Gak papa kok, doain semoga gak ada darah yang keluar dari tubuh cewek lain" seru Vika seraya pergi ke taman belakang sambil tersenyum, senyumannya masih sama
"ARGHH!!" teriakan dari belakang, disusul dengan suara sesuatu yang pecah
"Oh, gitu toh, adek posesif" seru Aaron
"Hm, ribet" seru Elvin
"Woy Vin!! Sini lo!! Pinjem ps lo ye!!" seru seseorang dari atas
"Serah" balas Elvin
"Thanks bro!!" balasnya
*DORR
Suara tembakan, dari taman belakang
"Apaan itu njing?!" itu kakak yang tadi, yang barusan minjem ps Elvin
"Tepat sasaran" seru Vika dingin, dia yang menembak, sekarang suatu pintu terbuka di depannya, Vika masuk
"Apaan tuh?" tanya Aaron
Elvin langsung pergi ke belakang, setengah berlari, ia tidak menemukan adiknya, hanya bercak darah
"Mck, sialan" gumamnya lalu kembali lagi ke rumah
"Mana Vika?" tanya Evan
"Hilang, gue gak tau dia kemana" seru Elvin
"Lah? Terus kok lo santai gitu?" tanya Evan
Elvin tidak menjawab, ia pergi ke atas, dan itu disusul oleh Evan
"Lo tau dia kemana Li?" tanya Avan
"Gue tau, tapi gue gak bisa masuk" seru Liona sebagai jawaban
"Dimana dia?" tanya Dimas
"Ikut gue" seru Liona seraya berdiri dan berjalan ke taman belakang, "Dia kesitu" seru Liona menunjuk sebuah tembok putih
"Maksud lo nembus? Emang Vika setan?" tanya Aaron
"Bukan, dia masuk, setiap kali dia menembak sebuah sasaran, pintu itu akan terbuka, lihat, itu bercak darah, dia masuk tadi" jelas Liona
"Berarti kita hanya perlu nembak?" tanya Dimas
"Enggak, kita gak bisa, pistol itu buatan Vika sendiri, dan pistol itu mempunyai pikirannya sendiri, hanya Vika yang bisa memegangnya, sisanya? Entahlah, gue gak berani nyentuh" seru Liona
"Ada apa dibalik tembok itu?" tanya Dimas lagi
"Surga penenang untuk Vika" jawab Liona
Mereka terdiam
"Lihatlah, Liona memberi tau semuanya" seru Vika, "Ya, gue gak peduli, ini taman buatan gue sendiri, hanya gue yang bisa masuk" sambungnya
Taman itu indah, danau, kupu kupu, kelinci, anak kucing, bunga dimana mana, lampion, air mancur, dan beberapa robot buatan Vika sendiri, robot minimalis yang akan mengikuti segala perintahnya, tapi ada pula yang peka, tanpa disuruh, akan memberi apa yang menurut robot itu sedang Vika butuhkan dan inginkan
"Huft...aku akan tidur, Fu, bangunkan aku saat ketiga kakak itu pulang" seru Vika pada salah satu robotnya seraya menutup matanya
"Baik, Vika" balas robot itu
.
.
.
.
.
.
Typo bertebaran, maaf ya...
Komen jan lupa :(