Chereads / Vika's Story / Chapter 41 - Malaikat

Chapter 41 - Malaikat

"Iyak!" teriakan Vika dari dapur, jari telunjuknya tergores oleh pisau, "Ish..." gumamnya seraya mencuci tangannya, ini jam 4.00 pagi, jam biasa jika ia akan memasak pagi, tapi entah mengapa, rasanya malas sekali hari ini

Jam 4.45 dia mandi, jam 5.20 mereka sarapan bersama

"Tumben rame" batin Vika seraya mengaduk nasinya tanpa memakannya dari tadi

"Kenapa lo?" tanya Elvin

"Pertanyaan yang pasti keluar, males jawab..." batin Vika lagi

"Dek? Lo gak papa?" kali ini Ethan

Vika menatap kosong ke makanannya, seolah olah dia sedang melamun, padahal, ia mendengar semuanya

"Vik?" itu Evan

"I'm just lazy to talk, sorry" seru Vika pelan, saking pelannya sampe kebawa ama angin yang lewat

"Hm? Abang gak dengar tadi" komentar Ethan

Vika cuma mengangkat kepalanya, lalu tersenyum dan mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya

"Ada masalah? Vik?" tanya Avan

Vika cuma menggeleng, "Kayaknya gak ada, cuma gak mood, iya kan?" batin Vika

"Ngomong" titah Elvin

"Em...mungkin karena hari Senin?" seru Vika ragu

"Lo selalu suka hari Senin" balas Elvin

Vika terdiam, "Abang butuh perusahaan geral gak?" tanya Vika kemudian

"Ada apa? Anaknya ganggu lo?" tanya Elvin

"E-enggak...Vika cuma nanya" balas Vika

"Kalo ganggu bilang aja, gak papa kok" seru Ethan dengan suara lembut miliknya

Vika diam, melanjutkan kegiatan makannya dan tenggelam dalam pikirannya, entah apa yang ia pikirkan

Jam 6.00 mereka berangkat

"Jam berapa?" tanya Avan

"Em...jam 6" balas Vika

"Kok lama?" tanya Avan

"Latihan bentar" balas Vika

"Elvin ya yang jemput?" tanya Avan

Vika cuma mengangguk, kemudian berjalan menjauh seraya melambaikan tangannya

"Jadi? Gimana?" suara yang familiar, Vika hanya berdiri di depan pintu memakan permen yang ia bawa dari rumah

*Cekrek

Seketika, 4 orang yang ada disana menghadap ke arah Vika

"Baiklah" Vika berjalan mendekati mereka, "Ada masalah apa lagi?" tanya nya kemudian

"Sama seperti yang kemarin" seru seseorang, Tiara

Vika hanya menganggukkan kepalanya, "Lalu?" tanya Vika

"Gue gak akan berhenti sampai gue dapet apa yang gue mau" seru Tiara

Vika mengangguk lagi, "Siapa yang kau mau, senior?" tanya Vika kembali

"Jin" balas Tiara

"Siapa yang jemput lo nanti?" tanya Vika

"Bang...Jin..." seru Liona

"Kami pulang jam 6, kalo mau ketemu dengan pacar khayalan kakak, sebaiknya kakak sendiri berada di gerbang jam 6" balas Vika acuh tak acuh

Mereka terlihat berpikir

"Gue bakal di sana jam 6" lalu mereka berjalan keluar

Kebetulan, mereka keluar, Dimas ama Aaron masuk

Dimas melihat Vika, seperti bertanya 'Ada apa?'

"Sama kayak kemarin" balas Vika

"Lo gak papa Li?!" tanya Dimas yang langsung berlari ke arah Liona

*Tak

Jitakan mendarat mulus di kepala Dimas

"Udah tau ancur tuh muka, masih juga lo tanya" seru Vika dingin lalu keluar kelas menuju UKS dan kembali untuk mengobati luka yang ada di wajah Liona

Dimas terlihat bingung dengan sikap mantan pacarnya yang satu itu, lalu menatap Aaron seperti bertanya 'Napa dia?'

Aaron hanya menjawab dengan mengangkat bahunya

Bel bunyi berdering, mereka upacara bendera, lalu dilanjutkan kegiatan belajar mengajar, namun beberapa dari guru mereka mengajak mereka bermain games untuk refreshing setelah PAS

Jam 16.00, mereka pulang, beberapa kelas memanfaatkan jam pulang untuk latihan dan rapat perkeluarga

Jam 18.00, mereka pulang, seperti biasa, Vika dan Liona yang terakhir keluar

"Dek!" itu bang Jin, senior yang tadi ada di gerbang, Vika bisa melihatnya, lalu ia mengisyaratkan agar senior itu mendekati bang Jin

"Bang" panggil Vika dingin

"Iya dek?" tanya Jin

"Fans lo" seru Vika seraya menunjuk ke arah senior itu

"Terus?" tanya Jin yang mulai bingung

"Tadi pagi ama kemarin dia ganggu Liona, tadi dia juga bawa gunting buat ngancem Liona, katanya gak berhenti kalo belum dapet lo, bisa diurus bang?" seru Vika tanpa ekspresi

"Baiklah" balas Jin

Vika kemudian pergi, terlihat disana, Jin menyuruh kakak itu masuk ke mobilnya

"Pasti bang Yoongi yang ngurus" batin Vika, ia kemudian memasuki mobil yang sudah menunggunya

"Lo kenapa?" tanya Elvin dingin

"Gak tau" balas Vika sama dinginnya

Mereka gak jalan, 5 menit berlalu

"Bang! Cepet! Gue ngantuk!" protes Vika

"Ngomong sama gue, lo kenapa?" tanya Elvin kemudian

"Lo ngerti arti kata gak tau?" balas Vika tanpa menatap Elvin

"Berarti kita tidur di mobil" balas Elvin

Vika menghembuskan napasnya kasar, "Gue capek bang, lagi gak mood, mau pulang" balas Vika tanpa mengurangi radar dinginnya dalam berbicara

"Kenapa?" tanya Elvin lagi

"Mck" Vika berdecak, lalu pergi keluar dari mobil dan berjalan menjauh

Elvin gak berniat mengejarnya, jadi dia membiarkan adeknya jalan sampai rumah

Vika sampai di rumahnya pada jam 18.38

"Mereka kerkom ya...? Tapi banyak banget motor ama sepatunya" batin Vika sebelum memasuki rumah itu, "Bodo amat" sambungnya dalam hati

*Ceklek

"Berisik" batin Vika setelah memasuki ruang tamu, gak ada orang, suara berisik itu berasal dari ruang keluarga, Vika melihat, 3 kakak yang kemarin ada, dan lagi mesra mesraan sama abangnya, tapi karena dia ngerasa gak enak badan, dia langsung masuk ke kamar dan mandi air dingin :) mungkin otaknya konslet, setelah itu dia langsung mengambil posisi tidur di kasurnya, gak mau ngapa ngapain lagi, gak peduli apa yang terjadi

Drtt....Drrrtt...

Hpnya berdering dari tadi, tapi dia tidak ingin mengangkatnya, dia melihat siapa yang menelepon, bodoh, kenapa ditelepon, padahal mereka ada di luar

Tok tok tok

"Dek!! Buatin minum bisa??" itu suara Evan

"Dia gak tau adeknya sakit apa?!" Vika mengomel dalam sepi, "Mau gimana pun abang gue" sambungnya, "Iya banggg" balas Vika dari dalam kamar, ia lalu pergi keluar

"Ihhh, kyutie banget sihhh" puji salah satu kakak itu saat Vika keluar, Vika cuma bisa senyum

"Gue lagi gak niat senyum, plis, jangan dipaksa" batin Vika seraya berjalan ke arah dapur, dia cuma buat sirup melon, disana ada 10 orang, dia membawanya ke ruang keluarga, lalu kembali lagi ke dapur dengan senyum manis yang setia melekat di bibirnya, "Mck, ni tubuh napa sih? Temen temen tadi juga bilang gue aneh, masa iya gara gara sayatan kecil gue berubah jadi knife woman?" batin Vika pada diri sendiri

Dia kemudian pergi kembali ke kamar, "Njir...perut gue gak enak..." seru Vika, dia emang belum makan sih, tapi rasanya gak nafsu juga buat makan

*Brak!

"Hoek..." Vika mendobrak pintu kamar mandi, lalu memuntahkan isi perutnya, padahal perutnya kosong, "Mck, hari ini gue salah apa sih?! Keknya dosa gue banyak beut!" serunya nya pada diri sendiri setengah berteriak, dia muntah darah, lagi

"Apa ke dokter aja ya?" tanya Vika dalam hati, "Mungkin dokternya aja yang kesini?" sambung Vika

Akhirnya dia telpon juga tuh dokter, dokternya datang 20 menit kemudian, udah pasti dia lewat ruang keluarga kan Ditanyai lah sama Elvin

"Ngapain lo disini?" tanya Elvin

Dokter itu tidak menjawab, dia langsung masuk ke kamar Vika

"Woy Vik! Lo gak papa?" tanya dokter itu dengan raut wajah khawatir

"Gak tau aghu tuhh, makanya gue paling lo kesini dokter kyuh" balas Vika

"Keluhan?" tanya dokter itu

"Gak enak badan, tapi gak panas, nafsu makan ku lenyap bersamaan dengan rasa cinta ini, dan tadi gue muntahin lautan merah ke kloset" jelas Vika seraya duduk di pinggir tempat tidurnya

"Mck, auk ah! Kesel gue ama lo!" seru dokter itu tiba tiba

"Gue beneran bego! Gak ngaranggg" seru Vika

"Gue gak peduli lo ngarang apa gak! Tapi setiap gue ketemu lo gue ngerasa goblok njing!" seru dokter itu gak santai

"Lah?" Vika kelihatan bingung

"Harusnya gue tau penyakit lo! Tapi gue gak tau! Maaf gue belum nemuin obat buat lo, Vik" curhat dokter itu

"Ih, baperan, jijik cuy" balas Vika

Dokter itu hanya menatap malas

"Lagipula bang, gue gak terlalu peduli sih ama penyakit ini" seru Vika

"Tumben manggil bang?" tanya dokter itu

"Ya masa om?" balas Vika kesal

"Lo kan biasanya manggil 'dok' goblok" balas dokter itu

"Gue gak pernah manggil lo anjing ya bang!" protes Vika

"Serah dek, serah kau lah, sebahagia mu aja" balas dokter itu

"Tumben baik bang?" seru Vika

"Mau mati sekarang gak?" balas dokter itu

"Ish, dibunuh papa baru tau rasa" seru Vika, so guys, dokter Vika ini adalah anak dari sahabat papanya Vika, karena emang cita cita orang ini dokter, jadi sekalian aja

"Mati bareng lah kita" seru dokter itu

"Serah kau lah bang, gak balek?" tanya Vika

"Katanya tadi tolong bantuin, gue belum bantuin apa apa woy!" balas dokter itu

"Gue ngeliat wajah lo udah sehat kok, bang Chris" balas Vika

"Aduh, baper aku tuhh" balas dokter yang bernama Chris itu

"Ih, basi lo! Pergi sana! Pasien lo yang lain nungguin tuh!" seru Vika

"Serah gue lah! Gue yang punya rumah sakitnya kok! Kita jalan aja yuk?" tawar Chris

"Serius? Yaudah ayok! Tapi masa lo pake baju gitu?" tanya Vika

"Gue bawa baju kok di tas, cepet ganti lo sana!" titah Chris

"Sabar!" balas Vika

5 menit Vika ganti baju di toilet

"Lo lagi dapet kan dek?" tanya Chris

"Kok tau bang?" balas Vika

"Iyalah, gue kan abang angkat yang baek, lagipula lo pasien kaporit gue" seru Chris membanggakan dirinya

"Ish, yaudah ayo, cepet uga lo ganti baju ye bang, sukur gue gak keluar tadi" seru Vika

"Lo keluar juga gak papa, gue seneng seneng aja tuh?" balas Chris seraya membuka pintu

"Ya in" balas Vika

"Loh dek? Mau kemana?" tanya bang Ethan

"Jalan bentar" balas Vika ramah

Mereka akhirnya jalan, naik mobil yang dibawa ama Chris

"Mau kemana?" tanya Chris

"Kemana aja yang ada makanannya, Vika belum makan" balas Vika

"Pantes sakit" seru Chris

Mereka akhirnya pergi ke sebuah restoran, lalu pulang sekitar jam 20.00

"Thanks traktirannya ye bang!" seru Vika seraya turun dari mobil

"Yoi! Gue pergi ye! Bye" balas Chris

Vika hanya melambaikan tangannya, lalu membuang napas panjang dan senyumannya hilang seketika, "Belum pada pulang..." batinnya, "Plis lah Vik, lo itu kenapa sih hari ini?!" Vika bermonolog lagi dengan suara yang pelan, lalu memasuki rumah itu dan langsung menuju kamarnya dan menutupnya tanpa mengunci

*Brugh

"What...the..." mata Vika terbuka lebar, lalu mulai menangis, "E-enggak enggak, gue harus tenang" batin Vika menenangkan dirinya sendiri

Ia kemudian menarik napas panjang, lalu membuangnya, "Plis, berdiri buat gue" batin Vika memohon pada kakinya, kejadian seminggu lalu terulang kembali

Vika memegang meja yang ada didekatnya, lalu berusaha untuk berdiri

*Brugh

"Auk ah! Mau tidur! Ngesot aja udah! Bodo!" seru Vika, ia akhirnya ngesot ke arah kasurnya, lalu dengan bersusah payah naik ke atas

Jam 20.15, dia tertidur

• • • • • •

"Hm" gadis itu sekarang berada di tempat gelap, wajahnya datar, padahal banyak teriakan minta tolong disana, kenapa wajahnya datar? Karena, setiap dia melihat ke arah teriakan itu, wajahnya lah yang muncul, lalu apa yang akan dia lakukan disana? Tidak ada jalan keluar disini, apa yang akan dia lakukan?

*Krek

*Deg!

Gadis itu melihat ke belakang

"Papa...?" serunya

*Tas!

"Cambuk" batin gadis itu, "Gue yang dicambuk" sambungnya, "Jadi begitukah? Setelah semua mimpi bahagia, akan ada mimpi menyeramkan seperti ini? Haruskah aku lari? Tidak, aku tidak sanggup, maaf" gadis itu berseru dengan lantang di ruangan gelap dan tidak mempunyai jalan keluar itu

"ARGHHHH"

"Diamlah, kau membuat diri mu menjadi semakin sakit" gadis itu berseru dingin

"Ma-maaf papa..."

*Tas!

"Aku sudah menyuruhmu diam" gadis itu berseru kembali, "Hah...mari kita liat siksaan yang lain, aku bosan disini" seketika, dua orang yang tadi menghilang dari depannya dan berganti dengan bayangan yang lain

*Duk!!

"Apakah itu pusing? Aku lupa rasanya" gadis itu kembali berkomentar saat melihat bayangan dirinya bersama abangnya, kepala gadis itu berdarah karena kepalanya dibenturkan sangat kuat ke tembok, "Lemah sekali..." cibir gadis itu saat melihat dirinya pingsan

'Abang' yang tadi membenturkan kepala anak itu dengan keras, sekarang berjalan menuju gadis itu, lalu mencekiknya

"Pergilah, aku tidak takut lagi padamu" balas gadis itu, seketika itu pula, bayangan itu menghilang

"Vika" pertama kali setelah ia tiba di tempat ini, suara seseorang memanggilnya

"Ada apa?" balas gadis itu

"Aku membencimu" cowok itu mengungkapkan isi hatinya

"Dan aku tidak" balas Vika

"Aku minta maaf" sambung cowok itu

"Tidak apa apa, pergilah, aku akan tetap menyayangi mu" balas Vika

*CRASHH

*DEG!!

*BRUGH!!

"Wah...akhirnya kau terjatuh, huh?" cowok yang tadi...

Gadis itu terdiam, ia melihat kejadian yang berada di depan matanya sekarang, "Aaron...? Ada apa...? Mengapa kepala dan badan mu terpisah? Kembalilah, lihat, badanmu mencari cari kepalamu" seru gadis itu seraya tersenyum manis

"Dia membencimu"

"Dasar provokator! Diamlah! Aku tidak ingin mendengar suaramu" balas gadis itu

"ARGHHH!!!"

"Hei! Dia tidak salah! Kembalikanlah!!" gadis itu sekarang berdiri

"Vi...ka...aku...mem-benci...mu-" seru gadis itu

"Liona..." gadis itu hanya menatap datar usus temannya yang berserakan

"Semua gara gara lo!! Anak haram!!"

"Diamlah" gadis itu mendongak, melihat sosok provokator itu

"Ihhh, liat deh! Katanya dia tuh monster tau!!" sebuah scene seperti di film tahun 80-an muncul di hadapan gadis itu

"Aku anak baik, setidaknya itulah yang menguatkanku" balasnya seraya melihat datar adegan itu

*Duagh!!

"Jangan deket deket!! Pembunuh!!"

"Ayolah, kau bahkan tidak mengenalku" gadis itu kembali berkomentar

*Byurr

"Apa rasa nya? Hahaha!!"

"Lengket, aku tidak suka" balasnya lagi

*Dugh

"Yah...pembunuhnya jatuh tuh"

"Tidak apa apa, itu tidak sakit"

*Crash!

"Ohok!" gadis itu membuka matanya lebar lebar

*Brugh

"Diamlah, matilah perlahan lahan, semua orang membencimu" orang itu pergi setelah menusuk perut gadis itu

"Ba-iklah...a-ku...me-nunggu-mu..." balas gadis itu seraya tersenyum manis

Gelap? Tidak. Semuanya berubah menjadi putih, darah itu menjadi bunga yang indah, semua yang mati dan menyiksanya memeluknya sekarang, gadis itu berpakaian serba putih dan memiliki sayap yang indah

Senyuman terukir di bibirnya, lalu ia melihat sosok yang familiar

"Vika" serunya ramah, "Kemarilah" ia merentangkan kedua tangannya

Gadis yang dipanggil itu masih menatap kosong, lalu akhirnya berlari ke arah 'malaikat' itu dan memeluknya dengan sangat erat

.

.

.

.

.

.

-Seperti biasa-

༼ つ ◕‿◕ ༽つ