Ye Juemo tidak melewatkan tindakan kecil Yan Xiruo yang menundukkan kepalanya dan langsung menangkap pergelangan tangannya. Ia menyipitkan matanya yang gelap, melihatnya dari atas sampai ke bawah.
Melihat Yan Xiruo memakai kemeja hitamnya, ia terpesona dengan penampilannya.
Kemeja hitam membuat kulit Yan Xiruo semakin terlihat putih dan halus, wajah kecil yang imut. Tentu penampilannya ini bisa membuat orang yang melihatnya ingin menggigitnya karena gemas.
Tatapan Ye Juemo yang terlalu panas membuat Yan Xiruo tidak bisa mengabaikannya. Ia pun mengangkat bulu matanya yang panjang dan melihat tatapan Ye Juemo melekat pada bajunya. Melihat ekspresi Ye Juemo yang seperti itu, tentu ia merasa panik.
Tangannya yang kecil, dengan tidak nyaman merapikan kemeja hitam itu. Dengan gagap Yan Xiruo menjelaskan kepadanya, "Aku… keluar cari teman, bajuku telah robek makanya aku memakai baju milikmu…" Melihat perilaku Ye Juemo tadi yang mengelap tangannya dengan sapu tangannya. Yan Xiruo merasa bahwa Ye Juemo memiliki kepedulian pada kebersihan lebih dari orang biasa. Sekarang Yan Xiruo memakai bajunya tanpa persetujuannya, Apakah Ye Juemo juga akan mematahkan tulang pergelangan tangannya?
Kedatangan Ye Juemo yang muncul di lantai tiga ini memang suatu kebetulan. Terutama saat ia berada di ruang makan, dirinya merasa telah melihat sosok bayangan Yan Xiruo di depan ruangan itu. Ia pun bertanya petugas keamanan di sana dan mengetahui bahwa Yan Xiruo ingin mencari Chu Keren.
Ye Juemo mengangkat dagunya dan menunjuk ke toko-toko mewah itu, "Kamu mau beli gaun?" Yan Xiruo menggelengkan kepalanya, "Bukan…" Ya, penolakannya ini memang punya alasan khusus. Apalagi ia juga tahu bahwa gaun-gaun dalam toko tersebut pasti memiliki harga yang jumlah deret angkanya minimal lima digit. Dengan jumlah sebanyak itu, tentu Yan Xiruo tidak mampu membelinya.
Bagaikan bisa membaca isi pikiran Yan Xiruo, Ye Juemo menarik pergelangan tangannya dan mengajaknya memasuki toko-toko tersebut.
"Pak, Pak Ye, aku sungguh tidak membutuhkan gaun itu…" Yan Xiruo melepaskan genggaman Ye Juemo, menatap ke matanya yang gelap dan dalam. Dengan hati-hati ia berkata, "Kamu bisa tolong panggilkan Chu Keren yang ada di dalam ruang perjamuan itu? Dia sekarang mungkin ada di samping Lu Jingchen…"
"Tidak bisa." Dengan dingin Ye Juemo menolak permintaannya.
Yan Xiruo merasa sedih. Ia tidak menyangka bahwa permintaan sekecil ini pun ditolak oleh Ye Juemo.
Di dalam hatinya langsung merasa kecewa. Setelah merasa tidak ingin membahasnya lagi, Yan Xiruo membalikkan badannya dan dengan lesu melangkah perlahan untuk menjauh dari tempat itu.
Mungkin karena badannya yang sedang tidak sehat, jadinya ia lebih sensitif dari biasanya.
Melihat sosok Yan Xiruo yang lesu, alis tajam Yan Xiruo mengerut. Dengan cepat ia melangkah kepadanya, berdiri di depannya dan menghalangi jalan perginya.
Ye Juemo menundukkan kepalanya dan menatap ke muka Yan Xiruo yang pucat. Tangannya yang besar memeluk bahu kecilnya dan berkata, "Kamu tidak sehat?"
Yan Xiruo menggigit bibir bawahnya dan membuang mukanya ke arah lain. Ia pun berkata, "Bukan urusanmu."
"Sekali lagi aku bertanya, kamu sakit?" Nada yang dingin dan keras, membuat Yan Xiruo merinding sejenak.
Yan Xiruo juga tidak mengerti mengenai penyebab setiap kali bertemu dengan Ye Juemo, dirinya selalu dalam kondisi yang parah. Ia mengendus-endus hidungnya, dan dengan geram berkata kepadanya dengan mata yang merah, "Aku sakit atau tidak, memang ada hubungannya denganmu?" Yan Xiruo sungguh tidak bisa memberitahu kepadanya. Terutama karena ia adalah jenis orang yang tidak bisa dibilang akrab pada orang lain. Yan Xiruo tidak ingin memberitahunya bahwa dirinya sedang menstruasi dan sedang memerlukan pembalut…
Pupil mata Ye Juemo yang gelap memantulkan cahaya gelap yang dingin, wajahnya yang tampan pun terlihat suram. Ia dengan kesal mencubit dagu Yan Xiruo dan berkata dengan dingin, "Sepertinya aku terlalu memanjakanmu, sudah lama tidak ada yang berani mengungkit amarahku terus-menerus."
Wajah Ye Juemo seakan mengeluarkan amarahnya yang mengerikan.
Dalam sekejap Yan Xiruo teringat dengan kekejamannya terhadap Lili. Ia takut bila Ye Juemo juga akan memperlakukannya begitu. Alhasil, dengan nada kecil ia memberitahukan kepadanya dengan malu, "Perutku sakit dan ingin mencari istri Kakakku. Aku ingin menanyakannya, apakah ia membawa pembalut atau tidak…?" Kata pembalut terbersit di lidahnya, ia benar-benar sangat malu untuk mengatakannya.
Chapter 52: Kekhawatiran Ye Juemo
Ye Juemo tidak melewatkan tindakan kecil Yan Xiruo yang menundukkan kepalanya dan langsung menangkap pergelangan tangannya. Ia menyipitkan matanya yang gelap, melihatnya dari atas sampai ke bawah.
Melihat Yan Xiruo memakai kemeja hitamnya, ia terpesona dengan penampilannya.
Kemeja hitam membuat kulit Yan Xiruo semakin terlihat putih dan halus, wajah kecil yang imut. Tentu penampilannya ini bisa membuat orang yang melihatnya ingin menggigitnya karena gemas.
Tatapan Ye Juemo yang terlalu panas membuat Yan Xiruo tidak bisa mengabaikannya. Ia pun mengangkat bulu matanya yang panjang dan melihat tatapan Ye Juemo melekat pada bajunya. Melihat ekspresi Ye Juemo yang seperti itu, tentu ia merasa panik.
Tangannya yang kecil, dengan tidak nyaman merapikan kemeja hitam itu. Dengan gagap Yan Xiruo menjelaskan kepadanya, "Aku… keluar cari teman, bajuku telah robek makanya aku memakai baju milikmu…" Melihat perilaku Ye Juemo tadi yang mengelap tangannya dengan sapu tangannya. Yan Xiruo merasa bahwa Ye Juemo memiliki kepedulian pada kebersihan lebih dari orang biasa. Sekarang Yan Xiruo memakai bajunya tanpa persetujuannya, Apakah Ye Juemo juga akan mematahkan tulang pergelangan tangannya?
Kedatangan Ye Juemo yang muncul di lantai tiga ini memang suatu kebetulan. Terutama saat ia berada di ruang makan, dirinya merasa telah melihat sosok bayangan Yan Xiruo di depan ruangan itu. Ia pun bertanya petugas keamanan di sana dan mengetahui bahwa Yan Xiruo ingin mencari Chu Keren.
Ye Juemo mengangkat dagunya dan menunjuk ke toko-toko mewah itu, "Kamu mau beli gaun?" Yan Xiruo menggelengkan kepalanya, "Bukan…" Ya, penolakannya ini memang punya alasan khusus. Apalagi ia juga tahu bahwa gaun-gaun dalam toko tersebut pasti memiliki harga yang jumlah deret angkanya minimal lima digit. Dengan jumlah sebanyak itu, tentu Yan Xiruo tidak mampu membelinya.
Bagaikan bisa membaca isi pikiran Yan Xiruo, Ye Juemo menarik pergelangan tangannya dan mengajaknya memasuki toko-toko tersebut.
"Pak, Pak Ye, aku sungguh tidak membutuhkan gaun itu…" Yan Xiruo melepaskan genggaman Ye Juemo, menatap ke matanya yang gelap dan dalam. Dengan hati-hati ia berkata, "Kamu bisa tolong panggilkan Chu Keren yang ada di dalam ruang perjamuan itu? Dia sekarang mungkin ada di samping Lu Jingchen…"
"Tidak bisa." Dengan dingin Ye Juemo menolak permintaannya.
Yan Xiruo merasa sedih. Ia tidak menyangka bahwa permintaan sekecil ini pun ditolak oleh Ye Juemo.
Di dalam hatinya langsung merasa kecewa. Setelah merasa tidak ingin membahasnya lagi, Yan Xiruo membalikkan badannya dan dengan lesu melangkah perlahan untuk menjauh dari tempat itu.
Mungkin karena badannya yang sedang tidak sehat, jadinya ia lebih sensitif dari biasanya.
Melihat sosok Yan Xiruo yang lesu, alis tajam Yan Xiruo mengerut. Dengan cepat ia melangkah kepadanya, berdiri di depannya dan menghalangi jalan perginya.
Ye Juemo menundukkan kepalanya dan menatap ke muka Yan Xiruo yang pucat. Tangannya yang besar memeluk bahu kecilnya dan berkata, "Kamu tidak sehat?"
Yan Xiruo menggigit bibir bawahnya dan membuang mukanya ke arah lain. Ia pun berkata, "Bukan urusanmu."
"Sekali lagi aku bertanya, kamu sakit?" Nada yang dingin dan keras, membuat Yan Xiruo merinding sejenak.
Yan Xiruo juga tidak mengerti mengenai penyebab setiap kali bertemu dengan Ye Juemo, dirinya selalu dalam kondisi yang parah. Ia mengendus-endus hidungnya, dan dengan geram berkata kepadanya dengan mata yang merah, "Aku sakit atau tidak, memang ada hubungannya denganmu?" Yan Xiruo sungguh tidak bisa memberitahu kepadanya. Terutama karena ia adalah jenis orang yang tidak bisa dibilang akrab pada orang lain. Yan Xiruo tidak ingin memberitahunya bahwa dirinya sedang menstruasi dan sedang memerlukan pembalut…
Pupil mata Ye Juemo yang gelap memantulkan cahaya gelap yang dingin, wajahnya yang tampan pun terlihat suram. Ia dengan kesal mencubit dagu Yan Xiruo dan berkata dengan dingin, "Sepertinya aku terlalu memanjakanmu, sudah lama tidak ada yang berani mengungkit amarahku terus-menerus."
Wajah Ye Juemo seakan mengeluarkan amarahnya yang mengerikan.
Dalam sekejap Yan Xiruo teringat dengan kekejamannya terhadap Lili. Ia takut bila Ye Juemo juga akan memperlakukannya begitu. Alhasil, dengan nada kecil ia memberitahukan kepadanya dengan malu, "Perutku sakit dan ingin mencari istri Kakakku. Aku ingin menanyakannya, apakah ia membawa pembalut atau tidak…?" Kata pembalut terbersit di lidahnya, ia benar-benar sangat malu untuk mengatakannya.