Lu Jingchen berteriak kesakitan, kedua tangannya langsung melekat di selangkangannya. Lu Jingchen hanya bisa menatap istrinya yang telah melarikan diri itu dengan penuh amarah, dengan geram ia memanggil, "Yan... Xi... Ruo!!!"
Keringat dingin membanjiri dahi Lu Jingchen, ia perlahan-lahan menegakkan badannya ketika mulai memulihkan rasa sakitnya itu. Pada saat ia sudah akan mengejar Yan Xiruo, dari belakang terdengar suara seorang wanita, "Tuan Lu?"
Lu Jingchen membalikkan kepalanya, melihat Chu Keren yang berjalan ke arahnya, wajahnya yang seram dalam seketika sedikit tampak melembut, "Bukannya lagi sakit maag? Kenapa tidak istirahat di kamar saja?"
"Aku mengkhawatirkan luka yang ada di kepalamu, masih sakit? Bagaimana kalau kita kembali ke pelabuhan menggunakan speedboat saja? Agar lukamu bisa diobati oleh dokter." Chu Keren mengerutkan alisnya dan melihat ke Lu Jingchen dengan cemas. Menurutnya, Yan Xiruo benar-benar galak, hanya disentuh oleh suami sendiri saja, ia langsung memukul kepada Lu Jingchen sekeras ini.
Suara lembut dan tatapan khawatir yang diperlihatkan Chu Keren, membuat hati Lu Jingchen luluh. Membandingkan Yan Xiruo yang memukul bahkan menendangnya, ia merasa kalau Chu Keren bagaikan seorang malaikat, tidak hanya memiliki wajah yang cantik, ia juga ramah dan baik hati.
"Tidak apa-apa, besok kita pulang untuk diperiksakan ke dokter saja." Lu Jingchen senyum kepada Chu Keren sambil berkata.
Kemudian Chu Keren berjalan ke samping Lu Jingchen, tangan kecil yang halus menopang lengannya, "Tuan Lu, biarkan aku membawamu ke kamar untuk istirahat."
Chu Keren sepertinya keluar dari kamarnya dengan panik, ia hanya mengenakan baju tidur sutra merah dengan garis leher yang dalam. Walau di balik bajunya hanya mengenakan bra, namun belahan dada yang terbuka tampak putih dan sangat besar. Mata Lu Jingchen menggelap dan ia pun menggulingkan jakunnya.
Sekali lagi, pikiran mesum Lu Jingchen kembali lagi.
*****
Di suatu tempat, Yan Xiruo memeluk dirinya sendiri. Butiran air mata itu jatuh di sudut matanya. Sekarang hatinya terasa sangat sesak, bukan hanya karena Lu Jingchen tetapi juga karena dirinya sendiri.
Kalau bukan Lu Jingchen yang muncul di atas panggung, ia pasti akan berpaling kepada Ye Juemo! Pada saat itu, jantungnya, seakan mau meloncat keluar dari dadanya karena Ye Juemo, dan ini pastinya bukan pertanda baik!
Padahal ia belum bisa menghapus jejak Lu Jingchen di dalam hatinya, kenapa ia bisa tertarik kepada karisma Ye Juemo? Ia benci dengan dirinya yang meragu akibat hal ini.
Ye Juemo adalah pria mandiri yang memiliki banyak pemikiran, bukanlah pria yang bisa dilawannya. Walaupun ia mengetahui kalau dirinya sudah menikah, ia tetap mendekatinya. Bila ia yakin bahwa Ye Juemo jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama, Yan Xiruo sama sekali tidak mempercayainya!
Wanita seperti Ye Shasha saja tidak bisa menarik perhatiannya, apa lagi dengannya?
Memukul ringan kepalanya yang sakit, tiba-tiba ada tekanan kuat yang mendekatinya dari belakang. Belum memberikan bereaksi pada sosok yang kuat itu, Yan Xiruo sudah ditarik pergi.
Orang yang menariknya berjalan dengan cepat, dan ia hanya bisa diseret olehnya. Yan Xiruo melepaskan pergelangan tangannya ketika mereka sampai ke kamar Ye Juemo. Ia mengelus pergelangan tangannya yang sakit, sambil mengerutkan alisnya ia berkata, "Tuan Ye, kita cukup sampai di sini saja!"
Ye Juemo melihat ke muka Yan Xiruo yang pucat dengan matanya yang gelap berkilau. Ia pun menekankan bibirnya agar mengisyaratkan padanya untuk diam. Karisma yang menekannya membuat Yan Xiruo merasa sesak.
Yan Xiruo mengambil napas dalam-dalam sambil mengeratkan kepalan tangannya. Ia menatap mata Ye Juemo yang seolah mau melahapnya, "Tuan Ye, aku setuju kalau Anda memang adalah pria yang sangat baik dalam banyak aspek, kalau aku belum menikah, pasti akan terpesona oleh karismamu! Namun sayangnya, aku sudah menikah. Tidak menilai perilaku suamiku yang seburuk apapun, tetap tidak bisa merubah kenyataan kalau aku ini sudah menikah. Aku tidak ingin seperti suamiku dan mencari pria lain di luar."
Sebenarnya Yan Xiruo merasa takut, setiap kali Ye Juemo menyentuhnya, walaupun ia menolaknya namun ia tidak membencinya. Kalau mereka bersaling kontak lagi beberapa kali kedepannya, ia tidak bisa meyakinkan dirinya bisa menahan diri lagi untuk tidak menolak Ye Juemo.
Ye Juemo menatap Yan Xiruo dengan aura dingin, bibirnya yang tipis menutup rapat, mimik wajahnya tampak sangat serius dan dingin.
Yan Xiruo tidak bisa membiarkan dirinya menjadi seperti ini. Pria ini bagaikan opium, sekali sentuh, maka akan susah untuk menghindarinya lagi. Jadi sekarang, sebelum ia tenggelam lebih jauh, dirinya harus dengan cepat memberikan batas di antara mereka berdua.
Ruangan ini menjadi hening seketika, ketika Yan Xiruo berpikir kalau Ye Juemo tidak ingin berkata apapun. Ternyata tidak lama kemudian Ye Juemo berkata dengan suara dinginnya, "Jangan terlalu percaya diri, aku membawamu ke sini hanya untuk mengambilkan sesuatu kepadamu." Dengan sekejap ia memberikan sebuah kantong cantik kepadanya, Ye Juemo pun keluar dari kamar.
Sampai punggungnya yang tinggi dan dingin hilang dari pandangannya, Yan Xiruo baru mengambil kembali tatapannya.
Dengan senyuman mencibir di sudut bibirnya, Yan Xiruo berpikir lagi. Ia sudah tahu bahwa pria sepertinya tidak akan serius dengannya, dan hanya akan mempermainkannya!