Chereads / X-Code / Chapter 37 - Dinukha, Bagian #1

Chapter 37 - Dinukha, Bagian #1

Jauh di dalam tanah, di dalam gunung Khyterra. Terdapat sebuah desa bawah tanah yang dihuni oleh cukup banyak penduduk. Tempat itu memang berada di dalam gunung, namun oksigen di sana layaknya di permukaan sehingga para penduduk tidak kesulitan untuk bernapas.

Tentu saja desa itu tidak tersinari matahari. Sebagai gantinya, tempat itu punya teknologi penerangan yang menggunakan tiga jenis cahaya ultraviolet, dengan kadar yang diatur sama dengan sinar matahari. Namun saat itu, tempat itu diatur untuk menyajikan suasana malam. Bukan hanya pencahayaan yang menyerupai matahari, tempat itu juga punya teknologi yang bisa menampilkan suasana langit malam penuh bintang. Ain, Riev dan Kiev yang baru saja tiba di sana hampir tidak bisa membedakan tempat itu dengan tempat di permukaan.

Di tengah-tengah desa, sebuah monolith besar berwarna hitam dengan corak biru menyala, berdiri tegak dikelilingi beberapa rumah.

"Desa bawah tanah??" Riev dan Kiev sangat terkejut melihat tempat itu. Mereka tidak menyangka kalau ternyata di dalam gunung Khyterra terdapat kehidupan.

Keduanya melihat ke arah Ain yang malah bersikap biasa saja, seperti sudah mengetahui tempat itu sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu, kedua pemuda itu juga sempat dibuat terkejut ketika Ain mengajak mereka ke sebuah goa, yang ternyata terdapat pintu rahasia menuju tempat itu. Goa yang sempat menjadi tempat latihan buat Ain saat ujian masuk Cerberus dulu.

Seorang anak laki-laki melihat kehadiran mereka. Ia menghampiri dengan sikap waspada. Anak itu menatap ketiganya dengan tatapan tajam.

Ain menghampiri anak itu, lalu berjongkok di depannya guna menyamakan tinggi mereka. Ia bertanya pada anak itu, "Apa kau bisa mengantar kami ke tempat Master?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Ain, anak itu malah melompat dan menendang Ain dengan keras.

Reflek Ain bisa menangkis tendangan itu, tapi tubuhnya bergeser beberapa meter ke belakang setelah terkena serangan mendadak. Sungguh kekuatan yang besar, untuk ukuran anak kecil yang kira-kira berusia 7 tahun. Tangan Ain yang dipakai untuk menangkis tendangan anak itu terasa berdenyut perih. "Tunggu! Aku bukan musuh," jelas Ain.

Sayangnya, anak itu tidak memedulikan apa yang Ain katakan. Ia memasang kuda-kuda untuk bersiap menyerang lagi. Anak itu bersiap melesat, namun gerakannya terhenti ketika seorang gadis yang sebaya dengan Ain menarik kerah bajunya dari belakang.

"El, lagi-lagi kau bertingkah seenaknya!" ujar gadis itu sambil mengangkat tubuh si anak laki-laki dengan tangan kanannya.

"Tapi, mereka mencurigakan. Terutama dia, mukanya mesum," jawab anak itu dengan tenang sambil menunjuk ke arah Riev.

"Haaaa???" Riev mengangkat sebelah alisnya.

Gadis yang berambut hitam panjang sebahu itu terdiam sembari menatap Ain, Riev dan Kiev secara bergantian. Wajahnya mengingatkan mereka pada seseorang yang mereka kenal, Teir.

"Namaku Zaina. Maaf atas perlakuan tidak sopan darinya. Master sudah menunggu kalian," ujar Gadis itu sambil membungkuk.

[•X-Code•]

Zaina, gadis yang memiliki wajah oriental khas itu membawa Ain, Riev dan Kiev ke sebuah rumah tak berpenghuni di desa itu. Ia menyuruh ketiganya untuk menunggu di sana.

Riev menghela napas panjang, lalu mulai mengajukan pertanyaan pada Ain yang sedari tadi hanya terdiam, "Jadi... Ada apa ini, Ain? Kita di mana?"

Ain menatap Riev dan Kiev yang duduk di hadapannya. Tatapan itu terasa berbeda bagi mereka. Kedua pemuda kembar itu merasakan ada yang lain dari sahabatnya. Mereka merasa Ain terlihat lebih tenang, seolah seluruh beban pikirannya telah hilang.

Tentu saja itu bukan hanya perasaan mereka saja. Semua beban pikiran yang selama ini mengganggu Ain memang sudah hilang. Tapi, ia sendiri tidak mengetahui alasannya mengapa ia merasa setenang itu. Hatinya dipenuhi perasaan damai yang belum pernah ia rasakan lagi semenjak peristiwa naas di panti asuhan dulu.

Ain memang tidak mengingat apapun saat Ive menjumpainya di alam bawah sadar. Ia tidak ingat saat ia melihat semua kejadian masa lalunya di alam bawah sadarnya. Karena pada dasarnya, kejadian yang menimpanya saat di rumah Ive adalah permainan alam bawah sadar yang tidak akan ia ingat, tapi berdampak nyata.

Ain sudah mengingat lagi masa lalunya yang sempat dikunci oleh trauma yang terekam di dalam alam bawah sadarnya. Bahkan, Ain sudah bisa menerima kenyataan pahit masa lalunya.

"Riev, Kiev, tempat ini... Tempat kelahiranku," jawab Ain sembari menyunggingkan senyum pada kedua sahabatnya.

Tentu saja Riev dan Kiev terkejut mendengarnya. Terutama bagi Riev yang sudah mengenal Ain sedari dulu.

Sebenarnya ada dua hal yang membuat mereka terkejut. Yang pertama, ingatan Ain yang sudah kembali. Dan yang kedua, senyum lembut yang tidak pernah dilihat oleh Riev dari awal mereka berjumpa.

"Aku sudah mendengar beberapa hal penting dari Master Ive. Ingatanku juga tiba-tiba saja pulih. Yah, intinya... Kita harus melakukan sesuatu, sebelum semuanya terlambat." Ain bersandar di kursi tempat ia duduk, dengan tatapan yang ia arahkan ke langit-langit.

"Apa yang Master Ive ceritakan, Ain?" Tanya Kiev penasaran.

Ain terdiam sejenak di posisinya yang bersandar sambil menengadahkan kepala, menatap langit-langit. Ia menghela napas panjang, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekat ke arah Riev dan Kiev yang masih menyimpan rasa heran.

"Alasan Cerberus yang berusaha mati-matian merebut Agna kembali, juga alasan Grief membawa Agna. Aku sudah tahu semuanya."

Riev dan Kiev ikut mencondongkan tubuh mereka ke depan sembari memasang tatapan tajam pada Ain. Mereka benar-benar tidak sabar untuk mendengar semua dari Ain.

"Semua berkaitan. Dan jawabanya, ada di tempat ini," sambung Ain lagi, sembari membalas tatapan tajam kedua sahabatnya itu.

Lalu Ain menceritakan informasi yang ia dapatkan dari Ive.

Desa yang berada di dalam gunung Khyterra itu bernama Dinukha. Desa itu merupakan tempat di mana anak-anak yang memiliki kemampuan khusus, dilindungi dan dilatih.

Kalau diperhatikan dengan seksama, tidak banyak orang dewasa yang tinggal di desa Dinukha. Kebanyakan penduduknya masih berusia balita sampai remaja.

Ain melanjutkan ceritanya. Ia bercerita kalau anak-anak yang berada di desa itu, merupakan anak-anak hasil rekayasa genetik, juga anak-anak yang memiliki kode genetik yang unik. Banyak pihak yang mengincar anak-anak itu untuk dijadikan bahan penelitian, atau untuk dilatih supaya nantinya bisa dimanfaatkan.

Tentu saja, anak-anak itu tidak bisa hidup di tengah-tengah masyarakat Logard. Kemampuan mereka akan dianggap sebagai ancaman bagi banyak orang yang tidak memahami.

"Orang-orang selalu takut pada hal yang mereka tidak pahami," jelas Ain.

Suatu hari, beberapa tahun yang lalu. Para petinggi Munkan, Zinzam juga Rovan mulai mencari tahu soal Dinukha. Mereka berlomba untuk melacak keberadaan desa tersebut.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, desa Dinukha yang memiliki koneksi dengan Elyosa, meminta bantuan pada Elyosa untuk membawa anak-anak dari desa Dinukha ke Elyosa. Tujuannya tentu saja untuk melindungi anak-anak itu dari para penguasa di Logard.

Sayangnya, ada pihak di Elyosa yang malah menjadikan hal itu sebagai kesempatan.

Elyosa yang memiliki teknologi canggih, sama dengan teknologi yang ada di desa Dinukha, merasa harus meneliti anak-anak tersebut. Tanpa sepengetahuan Ratu Elyosa, mereka membangun laboratorium rahasia untuk meneliti.

Untungnya, ada penduduk Elyosa yang bekerja sama dengan beberapa orang dari Logard berhasil menyelamatkan anak-anak tersebut.

Mereka membangun sebuah tempat yang berkedok sebagai panti asuhan yang dikelola oleh seorang wanita dari Elyosa.

"Akulah salah satu dari anak-anak yang waktu itu, diselamatkan dari tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab," jelas Ain lagi.

"Hmm... Lalu, apa hubungannya dengan Agna dan Grief?" tanya Riev.

"Sama sepertiku, Agna juga berasal dari desa ini. Makanya, Agna selalu memanggilku dengan panggilan 'Kakak'. Karena baginya, aku sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Vabica yang sempat tinggal di panti asuhan itu. Sayangnya... Tragedi yang terjadi dulu, sempat membuatku melupakan semua."

"Jadi, Cerberus begitu menginginkan Agna kembali... Karena Agna berasal dari desa ini?"

"Tidak, bukan hanya itu. Riev, Kiev, apa kalian menyadari sesuatu tentang Master Ive?"

"Maksudnya?"

"Rambut biru keperakan, dengan mata berwarna biru terang. Apa mengingatkan kalian pada seseorang?"

"Ah!!" celetuk Riev dan Kiev dengan serentak. Mereka merasa sedikit mengetahui sesuatu, namun juga merasa harus memastikan hal tersebut.

"Jadi, Master Ive... Ada hubungannya dengan Tiash?" tanya Riev memastikan.

Ain mengangguk pelan, lalu melanjutkan penjelasannya, "Master Ive dan adiknya, Nyonya Nerin, berasal dari Elyosa. Mereka meninggalkan Elyosa untuk melindungi kami. Lalu Grief dan adiknya, Master Irina, juga Master Orland. Ketiga pasukan Cerberus itulah yang membantu Master Ive dan Nyonya Nerin."

Ain terdiam sejenak untuk melihat reaksi dari Riev dan Kiev. Ia tidak ingin melanjutkan penjelasannya sebelum Riev dan Kiev benar-benar mencerna apa yang ia jelaskan sebelumnya.

Dari raut wajah kedua pemuda kembar itu, Ain bisa mengambil kesimpulan kalau mereka bisa memahami apa yang dijelaskan. Barulah ia lanjut membeberkan informasi yang didapatnya.