Pelatihan menguasai Khy yang tengah dijalani oleh Ain dan kedua sahabatnya itu telah berlangsung selama beberapa hari.
Tak disangka, pelatihan itu ternyata menggunakan metode yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya; hanya mengatur napas dengan pola tertentu ditambah dengan beberapa gerakan saja.
Pernapasan menjadi kunci untuk pembangkitan dan penguasaan Khy. Hal itu berkaitan dengan sistem penghasil energi yang ada di dalam tubuh. Dengan metode pernapasan tertentu, oksigen yang dihirup bisa mengakselerasikan sel mitokondria dengan lebih baik lagi.
Dari hari kedua, mereka sudah bisa membangkitkan Khy-nya masing-masing. Ketiganya bisa menghancurkan batu dengan ketebalan sekitar satu jengkal orang dewasa hanya dengan tangan kosong.
Mereka tergolong sangat cepat dalam membangkitkan Khy yang tertidur di dalam tubuh. Normalnya, dibutuhkan waktu sampai tiga bulan untuk benar-benar membangkitkan Khy. Sedangkan mereka membangkitkannya hanya dalam waktu dua hari.
Itu bisa terjadi karena pelatihan keras yang mereka jalani di Cerberus sebelumnya, sehingga tubuh mereka sudah memiliki kualitas yang baik sedari awal.
Pagi hari mereka memulai latihan fisik yang keras. Lalu dilanjutkan dengan latihan pernapasan, disertai dengan gerakan-gerakan berbeda untuk masing-masing. Gerakan yang dilatih tergantung pada kode DNA mereka.
Siang hari, mereka diberi waktu satu jam untuk beristirahat. Setelah itu, mereka kembali berlatih sampai malam. Tidak hanya sampai di sana, malam hari pun mereka masih berlatih. Tapi latihan yang mereka jalani di malam hari berbeda dengan yang dilakukan pada siang hari.
Malam hari, mereka berlatih untuk menyalurkan Khy di beberapa bagian tubuh, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Ain mengasah lagi gerak reflek dan kecepatannya dengan menyalurkan Khy dari ubun-bubun, kepala belakang sampai ke tulang ekor.
Riev yang merasa masih kurang dalam hal kekuatan, menyalurkan Khy di kedua lengan dan kakinya.
Sedangkan untuk Kiev, ia mempertajam insting dan daya pengamatannya untuk membantu saat menembak target dari kejauhan, di berbagai kondisi dan situasi. Oleh karena itu, ia hanya fokus menyalurkan Khy-nya di kepala, tepatnya di bagian pituitari dan kelenjar pineal.
Dari hari pertama sampai hari ketiga, pelatihan mereka berisi dasar-dasar penguasaan Khy. Perkembangan mereka begitu pesat, namun ada sedikit masalah yang harus segera diatasi.
Di hari keempat, Rha meminta Ain untuk melakukan sesuatu. Pria tua itu mendapat laporan dari Zaina dan Elanor, kalau masih ada hambatan dari perkembangan Riev dan Kiev dalam penguasaan Khy.
Rha berpendapat kalau kedua pemuda kembar itu masih memiliki keraguan di hati mereka. Atau mungkin, sebuah beban yang masih belum lepas dari alam bawah sadar mereka. Berbeda dengan Ain yang benar-benar sudah terlepas dari keraguan dan beban yang sebelumnya terus menerus mengusik batinnya. Karena itulah, Rha merasa kalau Ain bisa membantu keduanya untuk mencapai ketenangan batin.
[•X-Code•]
Siang hari, di hari keempat. Ain, Riev dan Kiev berada di rumah yang dipinjamkan pada mereka selama masa pelatihan. Saat itu mereka tengah beristirahat sekaligus makan siang.
"Gila! Badanku serasa remuk!" keluh Riev sembari meringis. Seluruh otot dan persendiannya terasa begitu sakit, lebih menyakitkan daripada latihan fisik di Cerberus.
Pelatihan sebelumnya tidak begitu berat bagi mereka. Tapi begitu memasuki hari keempat, mereka mulai diajarkan bagaimana cara meningkatkan Khy. Tentunya, pola latihan mereka berubah lagi.
Kali ini, bukan hanya mengolah napas saja. Mereka juga harus melakukan gerakan-gerakan yang sangat sulit. Salah satunya; menopang tubuh dengan kedua tangan dalam posisi terbalik. Tidak hanya itu, selama satu jam mereka harus mengatur pola napas tertentu selagi berada di posisi tersebut, tidak boleh bergerak sedikitpun sampai batas waktu yang ditentukan.
"Yah, namanya juga latihan." Kiev yang juga memasang muka masam karena menahan rasa sakit di sekujur tubuh, menyuap sepotong daging yang disajikan oleh Viria untuk santapan siang mereka.
"Iya-iya. Eh, Ain. Badanmu tidak terasa sakit apa?" Riev mengalihkan pandangannya pada Ain.
Tidak seperti mereka berdua, Ain terlihat tenang-tenang saja. Bukan karena tubuhnya tidak terasa sakit, tapi karena Ain bisa mengatasi rasa sakit yang ia alami.
"Sakit," jawab Ain dengan tenang dan singkat. Pandangan matanya kosong sambil ia menyantap hidangan itu.
Riev dan Kiev saling bertatapan. Mereka bisa merasakan ada perbedaan dari Ain.
Riev meletakkan kembali daging yang tertusuk garpu, yang tadinya akan ia santap. Ia mengamati Ain dengan seksama, "Ada apa, Ain?"
Ain terdiam sembari mengunyah makanannya dengan tatapan yang tertuju pada Riev dan Kiev.
Kedua pemuda itu berusaha mencari tahu isi pikiran Ain dari raut wajahnya. Namun mereka tidak bisa menemukan petunjuk di sana.
Wajah Ain terlihat biasa saja, namun ada sesuatu tersirat melalui ekspresinya yang tetap terlihat tenang. Ia terlihat seperti sedang memikirkan jalan keluar untuk sebuah permasalahan, tapi Riev dan Kiev tidak mengetahui masalah apa itu. Yang jelas, Riev yang sudah mengenal Ain bertahun-tahun lamanya, bisa merasakan betul kalau Ain tengah berusaha menemukan sebuah solusi.
"Aku ingin bertanya pada kalian, tapi setelah kita menghabiskan makanan lezat ini," ucap Ain yang kembali menyuap potongan daging dan beberapa sayuran dari piringnya.
Riev dan Kiev tidak punya pilihan lain selain mengikuti permintaan Ain. Ketiga pemuda itu pun kembali menikmati makanan yang dimasak oleh Viria dengan sepenuh hati.
[•X-Code•]
"Riev, Kiev, apa kalian yakin ingin melanjutkan? Kalau kalian berdua merasa ingin berhenti, aku tidak keberatan." Pertanyaan Ain yang begitu terdengar jelas membuat mereka cukup terhenyak.
Riev menghela napas panjang. "Hahaha. Kami memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu darimu, ya?"
"Aku mendengar dari Master Rha kalau perkembangan kalian terhambat. Menurutnya, kalian masih menyimpan keraguan. Ada apa?"
Riev dan Kiev saling bertatapan sejenak. Kemudian Kiev mengangguk, memercayakan Riev untuk membeberkan isi pikiran mereka pada Ain.
"Kami ragu untuk melawan Grief, Ain. Bukan karena ia tangguh, tapi aku rasa... Apa yang dilakukannya tidak salah."
Ain sudah menduga kata-kata itu akan keluar dari mulut Riev. Sedari tadi, ia juga memikirkan sebuah cara untuk meyakinkan Riev dan Kiev. "Aku sudah menduganya. Sebenarnya, aku juga sempat ragu. Tapi, biar kuberitahu sesuatu pada kalian."
Ain menyilangkan jemarinya di depan mulut. Dengan seksama, ia tatap kedua pemuda yang terdiam, menantikan penjelasan darinya itu.
"Ingat saat Master Rha menjelaskan tentang tugas Abaddon? Abaddon bertugas menghancurkan semua ancaman yang bisa mengusik perdamaian Logard. Lalu, apa yang menjadi ancaman di Logard sekarang?"
Riev dan Kiev mengernyitkan dahi mereka. Apa yang ditanyakan oleh Ain tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya.
"Hm... Cerberus?" tanya Kiev menduga.
Ain tersenyum mendengar tanggapan dari Kiev. Ia merasa cukup puas karena Kiev cepat tanggap. Walaupun ternyata, jawaban dari Kiev tidak sepenuhnya benar.
Kemudian Ain membeberkan semua prediksinya setelah menggabungkan seluruh informasi yang ia terima.
Menurutnya, Grief bukan hanya menargetkan Cerberus, tapi juga seluruh daratan Logard.
Kalau dilihat baik-baik, seluruh daratan Logard merupakan ancaman bagi perdamaian. Ketiga wilayah di Logard sudah mulai berseteru. Ditambah lagi, Cerberus yang seharusnya menjaga kestabilan di antara ketiga wilayah malah berdiam diri dan hanya bergerak ketika ada yang merekrut.
Ain meminta Riev dan Kiev untuk memikirkan apa yang akan terjadi kalau hal itu terus dibiarkan.
"Perang?" jawab Riev yang sebetulnya masih merasa belum yakin dengan jawabannya.
Tapi Ain membenarkan hal tersebut. Perang akan terjadi di Logard. Parahnya, bukan hanya antara ketiga wilayah Logard, tapi juga antar cabang Cerberus.
"Bayangkan, kalau masing-masing wilayah di Logard merekrut Cerberus untuk membantu mereka. Hasil akhirnya, kita akan berperang satu sama lain dengan sesama anggota Cerberus." Tatapan tajam dari Ain terlihat begitu jelas menatap Riev dan Kiev saat ia memaparkan perkiraannya itu.
Apa yang dijelaskan oleh Ain malah membuat keduanya semakin ragu untuk melawan Grief beserta Abaddon. Tindakan Grief malah membuat ketiga wilayah terbungkam. Begitu juga dengan Cerberus yang tidak berkutik begitu Abaddon menguasai Logard.
Pemikiran itu sudah bisa dibaca oleh Ain. Ia juga sudah mempersiapkan jawaban untuk itu.
"Seperti yang kukatakan tadi, ingat saat Master Rha menjelaskan tentang tugas Abaddon?" Kali ini Ain memberi waktu pada mereka untuk memikirkan kembali soal apa yang sudah ia jelaskan.
Agak lama Riev dan Kiev terdiam, berpikir dan mencerna ulang penjelasan dari Ain. Keduanya mulai memahami, ke arah mana Ain menuntun jalan pikiran mereka.
Ain memperhatikan dengan seksama perubahan raut wajah dari kedua pemuda kembar itu. Darinya ia bisa mengambil kesimpulan, kalau keduanya sudah mulai paham.
"Singkatnya, Grief akan menghancurkan semua. Seluruh daratan Logard termasuk Cerberus, untuk dibangun kembali dari awal. Itulah maksud dan tujuan Abaddon, 'menghancurkan'," jelas Ain mempertegas maksud dari penjelasannya.
Riev menepuk jidatnya seraya memekik dengan geram, "Sial!!" Ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri yang tidak menyadari hal tersebut. "Pantas saja Ain tidak terlihat ragu sama sekali," pikirnya.
Kiev menundukkan kepalanya dengan alis yang berkerut. Ia juga merasakan hal yang sama dengan Riev.
Ain merasa tenang setelah melihat Riev dan Kiev yang sudah memahami tujuan mereka berlatih di sana. "Grief yang sekarang menjabat sebagai pemimpin Abaddon, menganggap Cerberus telah gagal menjaga perdamaian Logard. Karena itulah, ia menggerakan pasukan Abaddon untuk menjalankan tugasnya. 'Menghancurkan'. Karena itu... Aku akan menghentikannya. Aku yakin, Cerberus masih bisa berubah. Logard masih bisa terselamatkan."