Di sisi lain, jauh dari Dinukha, para pasukan serta akademisi Cerberus tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing di Right Head.
Malam itu, Tiash termenung sendiri di kamar yang disediakan untuk ia tempati.
Lalu terdengar ketukan pelan dari pintu kamar, membuyarkan lamunannya.
"Masuk," ucap Tiash mempersilakan.
Terlihat senyum lembut dari Vabica saat pintu kamar itu terbuka. "Ada yang ingin bertemu denganmu, Tiash."
Mendengarnya, Tiash bergegas mengikuti Vabica untuk menuju ke lobi utama Right Head. "Siapa?" pikirnya. Namun ia tidak menanyakan hal itu pada Vabica. Lebih baik ia langsung melihat secara langsung orang yang ingin bertemu dengannya.
Sesampainya di lobi utama, langkah Tiash terhenti. Matanya terbelalak setelah melihat beberapa orang yang ia kenal berdiri di lobi utama. Tanpa terasa, air mata mengalir di pipinya yang merona kemerahan.
"K... Kak Yola....? Kak Yolaaa!!" Tiash berlari menghampiri Yola, lalu memeluknya dengan erat.
"Tiash! Syukurlah... Syukurlah kau baik-baik saja... Aku sangat mencemaskanmu, Tiash...." ucap Yola sambil membalas pelukan erat dari Tiash. Sama seperti Tiash, Yola juga tak kuasa membendung rasa harunya. Air matanya ikut menetes, membasahi pundak Tiash yang tengah ia peluk.
Selain Yola, di sana juga ada beberapa orang yang berasal dari Elyosa. Tidak seperti Yola, keempat penduduk Elyosa yang kini tengah berada di Right Head itu terlihat gusar. Kecemasan yang tidak bisa disembunyikan terlukis jelas di raut wajah mereka.
"Yola, kita tidak punya banyak waktu," tegur seorang pria bertubuh tegap, dengan seragam khas pasukan keamanan Elyosa. Di antara penduduk Elyosa yang hadir di sana, pria itu satu-satunya yang berprofesi sebagai pasukan keamanan Elyosa. Tiga orang lainnya terlihat seperti penduduk Elyosa lain pada umumnya.
Teguran itu membuat Yola ikut memasang ekspresi yang sama dengan mereka. Tampaknya, tengah ada situasi genting di Elyosa.
Vabica melihat suasana di lobi tidak mendukung mereka untuk berbincang. Banyak pasukan dan akademisi Cerberus yang memerhatikan dari kejauhan, saling berbisik satu sama lain.
Akhirnya Vabica memutuskan untuk membawa mereka ke Ruang Planning, yang sempat dipakai oleh Ain sebelumnya.
[•X-Code•]
Berbeda dengan Ruang Briefing yang lebih luas dan bisa menampung puluhan orang, Ruang Planning memiliki luas yang terbatas. Hanya tersedia untuk 8 orang saja. Ruang Planning memang dikhususkan bagi kelompok kecil Cerberus untuk menyusun strategi sebelum menjalankan misi.
Ruang Planning di bangunan Cerberus tidak hanya ada satu. Ruangan-ruangan kecil itu berderet melingkar di lobi lantai B3, terletak agak jauh dari kamar para pasukan Cerberus.
Tiash dan para pendatang yang berasal dari Elyosa termasuk Yola, bisa menuju ke sana karena Vabica yang menjaminnya.
Selain mereka, Vabica juga sempat mengajak Marlat yang memang tengah bertugas untuk melindungi Tiash. Tentu saja Marlat tidak menolak ajakan Vabica. Dengan hadirnya Marlat, jumlah mereka tepat 8 orang.
Mereka menduduki kursi yang mengitari meja berbentuk lingkaran, yang kebetulan jumlahnya sama dengan jumlah mereka.
Tanpa membuang waktu, Yola segera menjelaskan situasi yang terjadi di Elyosa.
Malam di mana rencana 'pembuangan' Tiash ke Logard dijalankan, juga menjadi awal dari kekacauan yang tengah terjadi di Elyosa. Pada malam yang sama, Ratu Elyosa, Serafina Windaga, terbunuh bersama dengan Xenatria-nya di Queen Palace.
Para bangsawan Elyosa saling menuduh satu sama lain. Kekacauan terjadi di berbagai pihak. Bahkan, banyak penduduk Elyosa yang tidak bersalah, tertuduh sebagai pelaku penculikan Tiash juga sebagai pelaku pembunuhan Ratu Elyosa dan Xenatria-nya.
Akhirnya, Evalia ditunjuk sebagai Ratu Elyosa yang baru. Namun Evalia hanya menjadi boneka bagi keluarga Phallan yang ingin menguasai Elyosa. Mereka punya tujuan lain di balik itu.
Ergo Phallan, kepala keluarga bangsawan Phallan, ayah dari Evalia, menuduh banyak pihak sebagai pengkhianat. Kepala pelayan keluarga Lumina, ayah dari Yola, masuk dalam daftar tersebut.
Seluruh pelayan dari keluarga Lumina dituduh bersekongkol untuk menculik Tiash. Yang tentunya, itu hanya sebuah fitnah.
Yola berhasil melarikan diri berkat bantuan dari keluarga bangsawan Lumina, yang menaruh harapan pada Yola untuk menemukan Tiash.
Para penduduk Elyosa dari berbagai tingkatan kasta pun ikut serta membantunya. Mereka sudah mengenal Tiash dan Yola dengan baik. Malah, beberapa penduduk Elyosa rela mempertaruhkan nyawa untuk menolong, karena sikap ramah dan kebaikan yang selalu terpancar dari kedua gadis itu pada para penduduk, tidak peduli pada kasta mereka.
Berhari-hari Yola bersembunyi, sebelum akhirnya bertemu dengan seorang pria paruh baya, dengan topi caping yang menjadi ciri khasnya. Pria itu menyuruh Yola untuk pergi dan meminta bantuan dari Logard.
Pria itu mengutus 4 orang untuk mendampingi dan melindungi Yola, yang sekarang sudah sampai dengan selamat di Right Head.
"Pria bertopi caping?" gumam Tiash yang sedikit mengingat pertemuannya dengan pria tersebut, di jalan menuju bukit kecil belakang Queen Palace.
"Siapa pria itu?" ucap Tiash dalam benaknya. Ia tidak mengetahui kalau pria itu juga yang menolongnya, karena saat itu ia dalam kondisi tak sadarkan diri.
Tidak hanya Tiash, Yola sendiri masih penasaran dengan jati diri pria misterius itu. Tapi yang jelas, pria itu berhasil menyelamatkan mereka.
"Karena itulah, Tiash. Kami datang ke sini untuk meminta bantuan dari penduduk Logard," ujar Yola menutup ceritanya pada Tiash, Vabica dan Marlat.
[•X-Code•]
Vabica dan Marlat merasa perlu menceritakan hal tersebut pada Maestro dari Right Head. Oleh karena itu, Marlat mendampingi 4 penduduk Elyosa itu untuk menghadap sang Maestro.
Sedangkan Vabica menemani Tiash dan Yola yang kini sudah berada di kamar milik Tiash.
Saat itu, Tiash tengah menceritakan semua pengalaman yang ia dapatkan di Logard. Tak lupa juga ia memperkenalkan Vabica pada Yola, yang belum sempat ia lakukan sebelumnya.
Yola merasa sangat lega mengetahui Tiash berjumpa dengan orang-orang baik yang mau menolongnya. Ia mengucapkan rasa terima kasihnya pada Vabica berulang kali.
Vabica hanya tersenyum menanggapinya. Tapi kemudian, ia pamit untuk menjawab panggilan masuk yang terdengar melalui alat komunikasi miliknya.
"Jadi, apa kau ingat sesuatu, Tiash?" tanya Yola setelah Vabica pergi. Ia ingin mencari dalang di balik kerusuhan yang tengah terjadi di Elyosa. Dari situasi yang terlihat, ia bisa mengambil kesimpulan kalau pelakunya merupakan keluarga Phallan. Tapi Yola ingin mengorek informasi lebih dalam untuk membuktikan perkiraannya itu.
Tiash menggeleng pelan menjawab pertanyaan Yola. Seberapa kerasnya ia mencoba untuk mengingat, tetap saja ia tidak bisa mengingat apapun yang terjadi padanya malam itu.
"Yang terakhir aku ingat hanya... Aku berada di puncak bukit bersama Evalia dan Loise. Tapi aku tidak merasa kalau mereka pelakunya."
Yola tampak berpikir keras mendengar jawaban dari Tiash. Pasalnya, beberapa kali Yola melihat Evalia yang sudah diangkat menjadi Ratu Elyosa malah memperlihatkan wajah sedih penuh rasa penyesalan.
"Tiash... Menurutmu, apa mungkin Evalia diancam?" Yola ingin memastikan lagi.
"Aku tidak tahu," jawab Tiash yang membuang mukanya. Kesedihan terpancar dari wajahnya.
Sejujurnya, Tiash juga merasa kalau Evalia dan Loise berhubungan dengan peristiwa yang ia alami malam itu. Tapi di dalam hati ia menolak untuk memercayai perasaannya sendiri. Perbincangan mereka di atas bukit kala itu membuatnya paham betul apa yang dirasakan oleh Evalia dan Loise.
Terlihat kedua bola mata yang berwarna biru terang itu, perlahan dibasahi oleh air mata yang tak bisa terbendung lagi.
"Ah! Maafkan aku, Tiash. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih…." Yola merasa bersalah sudah menanyakan hal yang ternyata, membuat Tiash merasa sedih mengingatnya. Ia menggenggam tangan gadis bangsawan keluarga Lumina itu, lalu melemparkan senyuman untuk membuatnya merasa lebih tenang.
"Yang penting, kamu baik-baik saja, Tiash. Itu sudah cukup bagiku," ujarnya lembut, tanpa melepas genggaman tangannya.
Usaha Yola membuahkan hasil yang cukup baik.
Tiash membalas senyuman Yola, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Dengan lembut ia berkata, "Tidak apa-apa kak... Aku juga senang kakak baik-baik saja...."
Agak lama mereka saling bertatapan dengan rasa bahagia di dalam hati karena bisa melihat satu sama lain lagi, sampai akhirnya Vabica mengajak kedua gadis itu untuk menemui Heim, yang sebelumnya sempat menghubungi Vabica secara diam-diam.
Vabica paham kalau Tiash dan Yola ingin bertukar cerita lebih lama lagi. Apalagi Yola, yang menurutnya butuh istirahat setelah menempuh perjalanan jauh dari Elyosa. Tapi apa yang Heim katakan padanya, membuat gadis berwatak tegas itu terpaksa meminta keduanya untuk menjumpai sang kakak.
[•X-Code•]
Sampailah mereka di lorong yang menuju ke elevator di lantai 2 bangunan Right Head, tempat kamar para akademisi Cerberus juga kamar tamu yang tengah dipinjam oleh Tiash berada.
Heim sudah menunggu mereka di depan Elevator. Raut wajahnya menyiratkan kecemasan yang dalam.
"Maaf, kak, aku tidak tahu...." ucap Vabica begitu ia dan kedua gadis Elyosa itu berada di hadapan Heim.
"Tidak apa-apa," jawab Heim singkat. Ia mengalihkan pandangannya pada Yola yang hanya terdiam dengan heran, "Namamu... Yola, bukan?"
Yola mengangguk pelan, lalu memperkenalkan dirinya sebagai pelayan pribadi Tiash di Elyosa.
Heim terdiam sejenak sebelum berkata pada Yola, "Maaf, kami tengah dilanda krisis saat ini. Jadi, kalian harus menunggu."
Mau tidak mau, Yola harus menyetujuinya. Walau sebenarnya, ia ingin dengan segera menyelamatkan penduduk Elyosa yang tengah berada dalam kekacauan, termasuk kedua orang tuanya yang ditahan atas tuduhan pengkhianatan.
"Jadi... Bagaimana kak?" tanya Vabica yang masih belum lepas dari rasa bersalahnya.
Heim kembali terdiam. Ia khawatir kalau para petinggi Cerberus sampai mengetahui kehadiran para penduduk Elyosa di sana. Juga soal keberadaan Tiash, yang selama ini disembunyikan oleh Orland sang Maestro dari Left Head.
"Yang sudah terjadi, biarlah terjadi. Sekarang Ain dan kedua saudara kembar temanmu itu tengah berlatih untuk melawan Grief, menghentikan krisis di Logard. Sebaiknya, kau bersiap. Kita akan membantu saat mereka kembali nanti," jawab Heim, sambil memasuki elevator untuk menuju ke ruang Maestro di lantai 4.
Ia berharap, Marlat belum menceritakan tentang krisis yang tengah melanda Elyosa pada sang Maestro.
Sedangkan Vabica menyuruh Tiash dan Yola untuk kembali ke kamar, juga menyuruh mereka untuk tidak meninggalkan kamarnya. Ia sendiri pergi untuk menyusul Heim menemui Maestro Right Head.