Chapter 8 - Tertarik

Gaza memperhatikan langkah gontai Langit, sebagai seorang sahabat yang baik hati tentu itu mencemaskannya, setelah membolos setengah hari kemarin kenapa hari ini Langit tidak ceria seperti biasanya, sapaan dari teman yang lain hanya di jawab dengan senyuman tipis yang sedikit dipaksakan, itu bukan Langit yang biasanya

" ada apa ? " tanya Gaza saat Langit tiba dan menarik kursinya, dengan wajah bimbang Langit tak bisa menjawab pertanyaan kepo Gaza

" sesuatu hal buruk terjadi ? " Gaza masih enggan melepas wajah penasarannya, Langit mengeryitkan dahi dan menggeleng pelan

" kenapa kau murung ? " wajah Gaza sekarang berganti sedikit kesal melihat sahabatnya itu tak mau jujur

" Gazz.. apa kau pernah merasakan perasaan aneh ? " pertanyaan Langit membuat Gaza kian penasaran

" maksud mu ? "

" rasanya sesuatu yang aneh menimpa ku " Gaza tertawa sinis, dia tak percaya dengan kalimat Langit barusan, bukan tak percaya dia lebih tepatnya tak mengerti, aneh bagaimana ?

" apa sih maksud mu ? " telisik Gaza lebih detail dengan sudut matanya yang tajam

" begini, kau bertemu seseorang, lalu kau berharap bisa melihatnya lagi, bisa bicara dengannya, bisa.. bisa.. ya pokoknya rasa aneh seperti itu lah !! " Langit gusar sendiri dengan terusan kalimatnya, dia jadi kesal dan bingung sendiri

Gaza merapatkan kepalanya, dia berbisik ke telinga Langit

" kau sedang JATUH CINTA !! "

" HAH !! "

Gaza bukannya berbisik malah berbicara ketus di telinga Langit, sontak pemuda itu berteriak kaget

" apa sih !! " Hardik Layla kesal dan bingung, dia baru saja melangkah mendekati meja Langit, teriakan pemuda itu membuatnya seketika takut dan berhenti melangkah

Tangan Langit menepuk kesal pundak Gaza

" kau ngaco ! " kilah Langit tak terima dengan kalimat Gaza

" apa sih ! " kini Layla ikut bergabung mencari tahu

" bukan apa apa ! " jawab Langit cepat memotong mulut Gaza yang baru akan terbuka

" ck, sekarang kalian main rahasia rahasiaan ya ! " tuding Layla tak terima

" Gaza, kasih tau ga ! " ancam Layla dengan tinju mengepalnya, Langit melirik ke arah Gaza dan memberi kode untuk tutup mulut

" aku bahkan belum tau apa apa " bisik Gaza melas, dia bahkan belum mendengar cerita lengkap dari Langit tiba tiba Layla memotong topik pembicaraan mereka, apa yang musti di jaga ! batin Gaza bingung sendiri, tapi tak apalah kini Layla merengek pada Gaza untuk membocorkan omongan mereka tadi

" Langiit.. " Dini menghampiri posisi Langit yang baru saja keluar dari kursinya

" ada apa ? " tanya Langit ramah seperti biasa

" terima kasih, dressnya sudah datang ! " seru Dini senang, dia mengangkat paperbag di tangannya dan tersenyum malu malu

Gaza dan Layla segera terdiam, mereka melihat salah tingkah Dini, keduanya meraut wajah bingung dan tak percaya

" oh.. oke " balas Langit singkat, dia ngeloyor keluar kelas

" Langiittt… " Layla berusaha menghentikan langkah Langit, tapi pemuda itu tak peduli

" ishh.. " Layla menatap sinis wajah Dini yang sumringah menatap punggung Langit, dia tak menyukai ini !

Gaza menatap wajah kesal Layla dan berusaha mengukir senyuman tipis, ah dia juga tak menyukai keadaan seperti ini

Mata Gaza beralih ke arah gadis yang berdiri di sebelah meja nya, gadis dengan wajah merah jambu itu, dia masih saja tersenyum malu sambil memainkan paperbag di tangannya

" jangan bilang Langit dan ketua OSIS.. " batin Gaza menduga duga

Langit keluar dari ruang kelasnya, beberapa temannya menyapa hangat seperti biasa dan remaja itu membalas hangat juga dia melongok ke dalam kelas Edo, dilihatnya meja ramai teman nya itu, disana berkumpul beberapa wanita dan pria yang terkekeh bersama

" Langiiitt !! " panggilan Edo membuat gadis di kelas itu heboh, wah ada angin apa sepagi ini Langit bertandang ke kelas mereka, lihat lah senyum tipis menawan yang membuat wajah ramah Langit kian mempesona

" Langiit.. " sapa beberapa gadis pelan, mereka hampir seperti berbisik tapi tak membuat Langit mengabaikannya, dia memberi senyuman kecil sambil melintas

" eh kau kenapa nih ! jangan bilang kau modus seperti Max ! " todong Edo dengan wajah mengejeknya, Langit mengangkat bahu dan mencibir, dia tak mengerti maksud kalimat ejekan Edo

" kau tahu Langit, pagi begini Max sudah membahas gadis saja ! " kalimat Edo di balas tawa oleh rekannya yang lain, Max mengeram kesal

Langit menoleh ke arah Max, dia bisa melihat wajah bule itu tersipu malu

" yang benar saja Max " sikut Langit ke perut Max, dia pun ikut menggoda kini

" ku akui gadis kemarin itu sangat imut, tapi tatapannya itu terlalu tajam hingga bisa menusuk jantung ku ! hahaa " Edo menggoda Max lagi dengan lirikan dan tingkahnya yang memegang dada dan bergaya seolah kena tusuk, pemuda itu seketika merebahkan badannya seperti pingsan ke atas meja, keadaan kelas kian riuh dengan tingkah konyol Edo

" ish kau melawak ya, harusnya kau ikut standup comedy ! " geram Max sudah sedikit kesal

" haha.. sorry sorry bro, tapi mau aku bantu khaaannn.. " Edo masih saja menggoda Max, dengan wajah terpaksa Max mengangguk juga

" Langit, kau mau bertemu Miya tidak ? " tiba tiba kalimat itu tertuju pada Langit yang masih fokus menatap wajah merona Max

" apa ? " Langit tak mengerti maksud kalimat Edo, yaa.. dia memang tak mau mengerti

" Miya mengajak kau bertemu bro, kau dan Miya, Max dan si imut itu ! " tuding Edo memaksakan planningnya

Langit menoleh ke arah Max, alisnya seketika berkerut melihat wajah Max yang penuh harap, apa maksud semua ini ?

" dengar, besok kita libur. Kalau sekolah biasa besok masuk, kalian bisa menunggu di sekolah mereka " ide konyol Edo di sambut gembira oleh Max, tapi tidak dengan Langit, dia merasa kedatangannya pagi ini seketika terasa konyol dan tak memperbaiki sedikit pun perasaan anehnya

" kau gimana Langit ? " tanya Edo menatap heran wajah datar Langit

" aku ? ah, besok aku ada kelas basket " Langit membuat alasan

" ah sayang sekali ! " gusar Max sedih

" Miya kan cantik, modis, memangnya kau tidak tertarik ? " selidik Edo dan dibalas tatapan datar tak berarti mata Langit

" ish orang ini ! kurasa kau jeruk makan jeruk ! " ketus Edo sembarangan, membuat teman sekelasnya segera menyoraki pendapat sarcasm Edo

" iya iya sorry, tapi masa sampai sekarang belum ada seorang pun yang pria ini suka ! " tuding Edo menunjuk ke arah Langit

" jangan begitu " Max mengambil alih lelucon tak lucu Edo

" cinta itu tak bisa di paksakan, dia datang tepat pada saatnya " ujar Max bijak, kalimat pria bule itu mendapat tepukan dari tangan Edo

" yasudah kalau Langit tak mau, besok aku akan menemani mu, biar kau dan si imut dan aku bersama Miya " ide Edo semakin terdengar konyol

Langit mengeryitkan dahi, dari tadi selalu saja si imut, siapa yang dimaksud Edo dengan sebutan itu

" si imut siapa ? " tanya Langit mengurangi rasa penasarannya, Edo dan Max kompak menatap wajah datar Langit, Max tertawa kecil

" ah, aku memanggilnya begitu karena dia sangat imut, wajahnya begitu mungil " ucap Max membayangkan wajah Bumi, Langit semakin tak paham

" gadis yang pakai seragam sama dengan Miya, Miya itu yang duduk di sebelah ku " terang Edo ketus

" kau itu boleh cuek, tapi sampai tak peduli bukannya itu keterlaluan ! " lanjut Edo melirik sinis

" aku tahu Miya " Langit sedikit membela diri, dia sempat melihat avatar instagram gadis bernama Miya malam tadi, tapi si imut yang punya seragam sama dengan gadis itu

" aah.. si toilet !!! "