Chereads / Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 7 - Kehidupan Bumi

Chapter 7 - Kehidupan Bumi

Bumi tak pernah menyangka jika kebaikan hati Miya membuatnya banyak merasakan kehidupan di luar sana, dia tak pernah menyangka jika Miya tanpa segan membawanya bertemu dan berkenalan dengan teman temannya

Bumi jelas sadar dengan perbedaan mereka, jika Bumi cukup dengan tas sandang belakang dari bahan kanvas yang warnanya sudah kian memudar, atau sepatu kets palsu kw ke sekian yang sudah kian memudar karena di pakai tanpa ada hari liburnya, bahkan di akhir pekan Bumi masih memakai sepatu ini untuk kegiatannya yang lain

Ponsel canggih di genggaman mereka tadi, jelas Bumi tahu betul, dia bahkan tak berani bermimpi untuk bisa menyentuhnya, lagipula dia memang tak pernah punya keinginan untuk memiliki itu, seperti hal tabu saja kalau orang sepertinya membayangkan bermajn main dengan benda mewah itu

pikiran pikiran panjang Bumi membuat langkahnya sudah sampai di pintu rumah, sebuah kontrakan tanpa pagar dengan perkarangan sedang cukup untuk bertanam sayur mayur yang bisa mereka olah sudah cukup untuk Bumi

belum lagi keceriaan di wajah kedua adiknya yang pasti selalu ramai meski hanya berdua saja

Bumi tak banyak menginginkan kehidupan yang seperti orang lain, baginya kebahagiaan tak selalu perihal uang, tapi tak bisa di pungkiri uang mampu membeli kebahagiaan walau hanya sesaat.

perlahan Bumi mendorong pintu rumahnya, wajah terkejut kedua adiknya membuat wajah Bumi melongo, kedua adik beradik itu terlihat sedang dalam perdebatan yang cukup sengit

***

Mars dan Pluto sedang berebut sesuatu saat Bumi tiba di depan pintu kayu rumah mereka

" apa yang kalian rebutkan ? " tanya Bumi dengan wajah curiga

" kak, aku cuma pinjam saja tapi tak boleh ! " ketus Pluto dengan wajah kesal, si kecil itu melipat tangannya di dada

" kau mematahkan pensil warnaku, kau tahu ini satu satunya punya ku tau !! " Mars tak kalah ketus, dia menyodorkan pensil warnanya yang sudah sepanjang jari kelingking dengan ujungnya yang patah

" aku Cuma mau pinjam sebentar saja, crayonku sulit menjangkau gambar yang kecil " Pluto membela diri

" tapi kan kau tak boleh mematahkannya, aku saja sangat hati hati memakainya, aku takut ini cepat habis dan aku belum punya yang baru " jelas Mars meminta pengertian adiknya itu

Bumi mencoba menengahi, dia berlutut dan mengelus pundak kedua adiknya

" apa kau butuh pensil warna Pluto ? " tanya Bumi dengan wajah tenang nya, dia menyunggingkan senyuman kecil

Pluto menatap dalam wajah kakaknya, dia menggeleng ragu, dia tak mau menambah beban Bumi, walau dia membutuhkan alat pewarna itu tapi kehidupan mereka lebih membutuhkan hal penting lainnya misalnya makanan

" tidak apa apa, kakak akan belikan " ucap Bumi mengelus lembut pipi Pluto tapi adik laki lakinya itu lagi lagi menggeleng dengan raut yang kontras

Mars menyodorkan pensil warnanya ke arah Pluto

" kau boleh pakai sesuka mu, lagipula sebentar lagi aku akan remaja, aku tidak akan banyak memakai pensil warna " ketus Mars mengerti situasi mereka

" tapi kau kan sering ikut lomba dan dapat hadiah " balas Pluto tak mau menerima keputusan Mars

" tapi kau lebih butuh, ambilah ! " sodor Mars memaksa

" tidak mau, aku pakai crayon saja, tidak apa berantakan sedikit "

" sudah itu buat mu saja ! "

" tidak mau, kau lebih pintar mewarnai daripada aku, jadi kau lebih butuh "

Pluto dan Mars masih berdebat saling menyodorkan pensil warna itu, Bumi meninggalkan mereka yang sebentar lagi akan akur dan menyelesaikan tugas Pluto bersama sama

Bibir Bumi menggaris senyuman, dia sangat mengerti dengan tingkah dewasa kedua adiknya itu, keadaan membuat karakter mereka seolah paling mengerti keadaan kakaknya saat ini, dia ingin menangis haru jika harus jujur dengan keadaan keluarganya, tapi bagaimana pun Bumi harus kuat dan bertahan

Bumi mengambil sesuatu di balik saku nya, dia menatap lama amplop cokelat yang diberikan oleh keluarga Miya, gadis itu tersenyum getir dan memasukkan lagi amplop itu

" Mars, Pluto, kalian sudah makan ? " kedua adiknya mengangguk cepat

" sudah ! tadi kak Mars membuat telur dadar " jawab Pluto cepat dengan noda crayon di pipi nya

" betul kak, aku mengocok telur dengan sisa terigu di dapur " Mars meraut wajah bangga

" bagaimana kau bisa dapat ide seperti itu sayang ? " tanya Bumi dengan wajah bangga nya pada Mars

" aku pernah melihat kakak membuat nya, dengan satu telur kita dapatkan gorengan yang lebaar ! " seru Mars dengan gaya tangannya yang merentang hingga mengenai dahi Pluto yang tiduran sambil mewarnai tugas sekolahnya

" kakak ! " protes Pluto menepis tangan Mars, Bumi tersenyum kecil

" oiya kami menyisahkan untuk kakak ! " lanjut Pluto berdiri, dia membuka tudung di meja kecil untuk menyimpan makanan, tangannya dengan perlahan membawa sisa irisan dadar telur plus terigu itu

" ini untuk kakak " ucap Pluto menyodorkan piring, Bumi menahan haru

" terimaksih adik adik kaka yang cantik dan ganteng " dengan ujung jari Bumi mengangkat ujung telur, kepalanya menengadah ke atas dan mencemplungkan seluruh sisa telur dadar itu ke dalam mulutnya, Mars dan Pluto tertawa mendapati kedua jempol kakaknya yang terangkat

Ah tadi aku makan di café dan adik ku makan telur dadar, sungguh membuat batin Bumi terluka, seketika dia teringat akan kado dari pemuda tadi, siapa namanya ? Langit ! ah iya.. namanya Langit, bibir Bumi seketika menggaris senyum mengingat nama pemuda itu

" kenapa ka ? " tanya Pluto dan Mars heran mendapati raut wajah kakaknya yang seperti menyimpan sesuatu

" ah kakak baru ingat ! " Bumi mengambil tasnya dan dengan cepat membuka risleting, dia meraih popcorn dan segelas besar cup cokelat yang kini sudah dingin, kedua mata adik nya melotot tak percaya

" waaaaa.. "

" popcorn !! "

Bumi menyodorkan bawaanya ke arah Mars dan Pluto keduanya tersenyum senang mendapati cemilan yang bahkan baru pertama kali mereka rasakan

" Aaa, kakak ayo coba " Pluto menyuapkan sebiji popcorn ke dalam mulut Bumi, gadis itu tersenyum lebar dan setuju dengan pendapat Pluto

" aah.. cokelatnya juga enak banget kaa " Mars tak mau kalah dia menyodorkan pada Pluto lalu ke arah Bumi

" pasti mahal ya ka, rasanya enak sekali " kalimat Mars membuat Bumi tertawa lucu

" ayo cepat habiskan " pinta Bumi mendapati kedua adiknya memakan popcorn dengan perlahan dan hati hati

" makannya pelan pelan saja ka, satu persatu " balas Mars

" iya ka, biar tak cepat habis " lanjut Pluto, kedua adik kecil itu saling setuju, Bumi hanya bisa menggaris senyuman dengan dada nya yang bergetar miris, maaf kan kakak belum bisa membahagiakan kalian, batin Bumi menahan haru

***

Kau membuang roti mu yang rasanya tak sesuai lidah mu, tapi yang lain memungut roti mu dan bahagia luar biasa telah menahan laparnya -Langit dan Bumi-