"Assalamualaikum Bunda." ucap Hafiz seraya mengecup punggung tangan Habibah.
"Waalaikumsallam, Hafiz kamu sudah datang? bukannya besok pagi kamu kemari?" tanya Habibah Bunda Hafiz yang kebetulan ada di teras depan.
"Besok aku ada rapat Bunda, jadi aku majukan hari ini untuk mengantar Dek Fazrani pindahan ke sini." jelas Hafiz seraya menunggu Fazrani yang mengambil oleh-oleh di dalam mobil.
"Dek Fazrani, kenalkan Bundaku...Bunda Habibah namanya." ucap Hafiz pada Fazrani.
Fazrani tersenyum mengangguk kecil kemudian mengecup punggung tangan Habibah.
"Cantik dan anggun ya Hafiz, tidak salah kalau kamu memilih Nak Fazrani sebagai calon isteri, yang lebih penting lagi Nak Fazrani terlihat hatinya lebih cantik karena sudah mau menerima pekerjaaan yang membutuhkan kesabaran." ucap Habibah yang membuat wajah Fazrani memerah karena malu.
Sungguh hati Fazrani tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Bunda Hafiz mengatakan kalau dirinya adalah calon istri Hafiz Malik.
"Em, Bunda aku harus mengantarkan Fazrani ke rumah mes dulu, nanti kita lanjutkan lagi pembicaraan kita." ucap Hafiz yang merasa malu pada Fazrani karena sampai saat ini belum menyatakan perasaannya.
"Ya Fiz, hati-hati di jalan." ucap Habibah dengan perasaan bahagia, ternyata wanita yang di pilih putranya tidak jauh meleset dari perkiraannya.
Fazrani yang lebih banyak diam sedari tadi hanya bisa tersenyum kemudian ikut berpamitan dengan mengecup punggung tangan Habibah.
Di dalam mobil kesunyian mulai melanda keduanya, hingga terdengar tarikan nafas berat Hafiz Malik.
"Dek Fazrani, aku minta maaf atas ucapan Bunda yang mungkin membuat Dek Fazra kepikiran, tapi aku bisa bilang...apa yang di katakan Bunda adalah benar adanya. Aku ingin menjadikan Dek Fazrani sebagai istriku. Aku tidak meminta jawaban Dek Fazrani sekarang, Minggu depan di saat aku ke sini lagi aku akan meminta jawabanmu, jadi ada waktu seminggu bagi Dek Fazra untuk memikirkannya." ucap Hafiz serius dan sangat lega setelah mengatakannya.
Bagi Fazrani apa yang di katakan Hafiz sangatlah mengejutkan hatinya dan tidak bisa berkata-kata selain hanya bisa terdiam.
"Bisakah Dek Fazrani memikirkan keinginanku tadi?" tanya Hafiz dengan wajah yang serius.
Fazrani menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Terimakasih." ucap Hafiz tersenyum tanpa keraguan karena di hatinya sangat yakin kalau Fazrani juga menyimpan perasaan yang sama.
Tiba di depan rumah yang kecil dan sederhana Hafiz menghentikan mobilnya.
"Kita sudah sampai Dek Fazra, coba lihat rumahnya memang tidak besar tapi terlihat cukup kalau Dek Fazrani yang menempatinya." ucap Hafiz dengan hati yang lebih tenang.
"Ayo kita turun." ucap Hafiz keluar dari mobil lebih dulu dan membukakan pintu buat Fazrani, sungguh membuat hati Fazrani merasa tersanjung.
Di kejauhan dekat pohon kelapa di seberang jalan tampak Allam sedang melihat Hafiz yang membukakan pintu dan terlihat Fazrani yang keluar dari mobil dengan tersenyum.
"Siapa namamu?" Gumam Allam dengan suara lirih di atas motornya.
Tatapan Allam tak berkedip menatap Fazrani yang sudah menghilang di balik pintu.
Dengan perasaan yang rumit Allam menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi dan menghilang di tikungan jalan.
"Bagaimana Dek Fazrani? apa rumah ini cukup layak untuk di huni?" tanya Hafiz setelah berada di dalam rumah.
"Sudah lebih dari kata layak Mas Hafiz, terimakasih atas fasilitas yang telah di berikan padaku, ini semua sudah lebih dari cukup." jawab Fazrani tanpa berbasa-basi.
"Syukurlah, kalau begitu aku permisi pulang, nanti malam aku langsung kembali ke kota. Dan aku ingatkan lagi Minggu depan di saat aku kembali ke sini, Dek Fazrani sudah menyiapkan jawabannya." ucap Hafiz dengan tersenyum.
Wajah Fazrani kembali memerah.
"Insyaallah Mas Hafiz aku sudah siap di saat hari itu tiba." sahut Fazrani dengan tenang.
"Baiklah Dek Fazrani, aku pulang dulu. Assalamualaikum." ucap Hafiz seraya berjalan keluar rumah.
"Waalaikumsallam Mas, hati-hati di jalan." ucap Fazrani dengan perasaan hati yang lebih tenang dan yakin dengan perasaannya jika Hafiz adalah laki-laki yang baik-baik yang pantas menjadi imamnya.
***
Sore hari Fazrani memberanikan diri keluar rumah berjalan kaki mencari sebuah toko untuk belanja kebutuhannya sehari-hari.
Dari rumahnya Fazrani berjalan sampai pada tikungan jalan baru menemukan sebuah toko yang lumayan cukup besar dan terlihat sangat lengkap.
"Assalamualaikum." ucap Fazrani memberi salam pada yang punya toko.
"Waalaikumsallam, cari apa neng?" tanya seorang wanita yang masih terlihat cantik walau usianya sepantaran dengan Bunda Habibah Bundanya Hafiz Malik.
"Mau beli beras sama me goreng Bu." jawab Fazrani dengan sopan.
"Sepertinya ibu tidak pernah melihat wajah neng di desa ini?" tanya Ibu itu yang menaruh kagum pada penampilan Fazrani yang anggun dengan berpakaian islami dan bercadar.
"Ya Bu, saya memang baru pindah dari kota, kenalkan nama saya Fazrani, saya di pindah tugaskan mengajar di Yayasan Kasih Mulia di desa Kunjang sini." jawab Fazrani jujur tidak menyembunyikan identitasnya.
"Saya Ibu Laila Neng, Neng Fazrani guru baru yang menggantikan Neng Amalia apa ya?" tanya Bu Laila dengan wajah yang sumringah.
"Saya kurang mengerti siapa Amalia Bu." jawab Fazrani yang memang tidak tahu alasan apa di pindah ke desa Kunjang oleh Hafiz Malik.
"Oh..Neng Amalia itu guru yang pernah mengajar di Yayasan Kasih Mulia yang baru mengundurkan diri karena malu telah melakukan hal yang tidak terpuji pada Mas Hafiz, masak seorang guru tidak punya rasa malu mengejar-ngejar Mas Hafiz sampai mendatangi kamar Mas Hafiz saat beristirahat di rumah Yayasan." ucap Bu Laila yang membuat hati Fazrani terasa gemetar.
"Bu Laila terimakasih atas semuanya, jadi berapa total uang yang harus saya bayar Bu?" tanya Fazrani dengan hati yang masih berdebar-debar dengan berita yang mengejutkan itu.
Setelah membayar semua belanjaannya, Fazrani mohon pamit dan keluar dari toko dengan tergesa-gesa hingga hampir saja tertabrak motor yang baru masuk ke teras toko.
"Ciiiiittttt" suara ban motor berhenti mendadak.
"Astaghfirullah." ucap Fazrani terkejut sambil memegang dadanya, dan lebih terkejut lagi saat tahu siapa yang menabraknya.
"Allam!! kamu itu bagaimana? apa tidak tahu kalau ada Neng Fazrani yang mau keluar!! kamu pasti habis mabuk lagi! lihat saja nanti Ummi beritahukan pada Abi." ucap Laila dengan kesal melihat Allam yang tidak pernah berubah sifat dan sikapnya. Sungguh, padahal hukumannya sangat keras jika Abi nya sudah sangat marah.
"Maaf Ummi." ucap Allam yang masih terpaku di atas motornya.
"Fazrani, nama yang sangat indah." ucap Allam dalam hati.
"Maafkan anak Ummi yang Neng." ucap Laila dengan perasaan malu mempunyai anak laki semata wayang tapi sama sekali tidak bisa di banggakan.
"Allam!! ayo cepat minta maaf pada Neng Fazrani." ucap Laila dengan tatapan mata yang sangat marah.
Dengan tubuhnya yang sedikit limbung karena pengaruh minuman, Allam menghampiri Fazrani dan mengulurkan tangannya.
"Maafkan aku." ucap Allam dengan suaranya yang berat.
"Di maafkan." balas Fazrani tanpa membalas uluran tangan Allam.
"Webnovel kontrak"