Chereads / CINTA SUCI HATI WANITA : JODOH TIDAK TERTUKAR / Chapter 7 - HUKUM ADAT DESA KUNJANG (2)

Chapter 7 - HUKUM ADAT DESA KUNJANG (2)

"Baiklah agar masalah ini tidak berlarut-larut maka untuk yang bertanggung jawab menikahi Nak Fazrani pengadilan menyerahkan sepenuhnya pada Nak Fazrani untuk menjawabnya. Pengadilan akan memberikan waktu beberapa jam pada Nak Fazrani untuk berpikir. Sambil menunggu jawaban dari Nak Fazrani hukum lima puluh kali cambukan bisa di lakukan sekarang, silahkan Pak Tomo." ucap Tetua yang selalu menyerahkan pada Pak Tomo untuk memberikan cambukan pada yang bersalah.

"Pak Tomo, biarkan aku yang mencambuk anak yang tak berakhlak ini." ucap Pak Affandi yang merasa malu dengan apa yang di lakukan Allam.

Dengan persetujuan Tetua akhirnya Pak Tomo memberikan cambuknya pada Pak Affandi.

Fazrani mengangkat kepalanya, menatap kedua mata Allam yang sedang menatapnya penuh kesedihan.

"Ya Allah!! kenapa tatapan mata Allam sama persis dengan mimpinya, apa yang terjadi ini Ya Allah, kenapa hatiku terasa sakit sekali. Harusnya aku membencinya dan aku mengutuknya, tapi kenapa aku sangat sedih melihat hal ini?" tanya Fazrani dalam hati.

Semua mata yang hadir di pendopo sidang menatap sepasang Ayah dan anak yang saling berhadapan. Suasana tiba-tiba sunyi dan mencekam.

Kedua mata Pak Affandi menatap Allam dengan nanar. Sedangkan Laila menangis sedih di tempatnya.

Hati Fazrani bergetar entah apa yang terjadi pada emosinya, Hatinya tiba-tiba ingin menangis.

"Abi malu mempunyai anak yang menyedihkan seperti kamu Allam. Kamu harus menerima semua hukuman ini, saat kamu kecil tangan Abi yang melindungimu dari bahaya apapun, dan sekarang di saat kamu dewasa tangan Abi yang akan membuatmu jera agar kamu tidak mengulanginya lagi." ucap Affandi dengan suara bergetar mulai mengangkat cambuknya dan menyambuk punggung Allam dengan sangat kuat.

Tangis keras dari Laila terdengar menyayat hati.

Allam hanya terdiam menahan rasa sakitnya dengan menggigit bibirnya kuat-kuat.

Suasana semakin hening hanya suara cambuk yang terdengar berulang-ulang. Suara tangis Laila dan suara cetar cambukan saling beriringan.

Hampir tiga pukul cambukan yang di telah di terima Allam. Allam masih tegak berdiri walau kulit punggungnya sudah banyak mengelupas dan darah segar mengalir deras.

Tenaga Affandi sudah hampir habis tapi tangannya masih saja mencambuk punggung Allam tanpa ampun.

"Abi!! sudah Abi..jangan di teruskan lagi kasihan anak kita Abi." ucap Laila sambil memegang pergerakan tangan Affandi.

"Aku harus tetap menjalankan tugas ini, demi anak kita juga." ucap Affandi dengan suara lirih.

Karena suaranya tidak di dengar Affandi, Laila menghampiri Fazrani.

"Neng Fazrani, tolong Ummi..Ummi sudah tidak kuat lagi melihatnya, tolong hentikan Abi..hanya Neng Fazrani yang bisa menghentikan cambukan ini." ucap Laila yang tiba-tiba merosot ke lantai dan pingsan.

"Ummi!!" Panggil Affandi dan Allam secara bersamaan.

Allam menatap Umminya yang tergeletak pingsan dengan matanya yang sudah berkunang-kunang.

Sedangkan Affandi sebenarnya ingin membantu Laila tapi itu tidak mungkin di lakukannya karena tugasnya belum selesai.

Hafiz bangun dari duduknya dan langsung mengangkat Laila dan membaringkannya di balai bambu.

"Bunda bisa minta tolong jaga Ummi Laila, aku harus kembali ke sana." ucap Hafiz dengan tatapan yang rumit. Hati kecil Hafiz merasakan akan ada sesuatu yang pedih.

Hati dan pikiran Fazrani semakin kacau saat melihat Laila yang pingsan, dan melihat kedua mata Affandi dan Allam yang putus asa.

Fazrani menatap wajah Allam yang terlihat pucat, bibir Allam berdarah karena terlalu menahan rasa sakit di punggungnya yang masih menerima cambukan dari Affandi.

Kedua tangan Fazrani gemetar saat melihat kedua kaki Allam mulai goyah.

"Tolong hentikan Abi, sudah cukup!!" teriak Fazrani dengan tatapan mata yang berkabut.

Affandi terduduk bersimpuh menahan kedua kaki Allam yang hampir tumbang.

"Bertahanlah Nak..ini semua salah Abi yang tidak bisa mengajarimu dengan baik." ucap Affandi dengan suara tangis dalam tiap ucapannya.

"Aku masih bisa bertahan Abi, teruskan saja." gumam Allam dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Tidak Abi! jangan lakukan lagi! sudah cukup!! tolong semuanya dengarkan aku. Aku Fazrani Aisyah dengan segenap hatiku memohon maaf pada Mas Hafiz, pada Bunda dan Abah. Karena hari ini aku sudah memutuskan untuk menerima Allam Afraz sebagai suamiku." ucap Fazrani sambil menangis.

"Dek Fazrani, apa yang kamu lakukan?" tanya Hafiz dengan suara bergetar.

Fazrani terdiam tidak sanggup lagi menjawab atau menjelaskan pertanyaan dari Hafiz.

Semua warga yang hadir menjadi riuh dan menjadi kecewa dengan pilihan Fazrani.

"Kok bisa dia malah memilih laki-laki yang tak bermoral menjadi suaminya?pasti karena tahu orang tua Allam kaya raya." ucap salah satu wanita bertubuh gemuk.

"Iya..ya? kurang apa coba Mas Hafiz yang alim, tampan dan seorang Ustadz malah di tolak hanya karena memilih laki-laki yang hidupnya membuat rusuh warga." ucap wanita yang lainnya.

"Aku tidak setuju!!" teriak laki-laki dengan membawa botol yang ujungnya sudah pecah dan melemparnya ke arah Allam.

"Prankk" botol yang pecah itu tepat menancap di dada Allam.

Perlahan Allam mencabut pecahan botol yang menancap di dadanya. Dengan tenaga yang tersisa Allam mengangkat wajahnya menatap penuh wajah Fazrani, sekarang tubuhnya sudah sungguh tidak punya tenaga lagi, rasa sakit di punggungnya dan rasa perih di dadanya membuat Allam ambruk seketika di lantai.

"Brukkk"

"Allam anakku!!" panggil Affandi memeluk tubuh Allam yang sudah pingsan tak bergerak.

"Pak Tomo, tangkap orang yang melempar botol tadi!!" perintah Tetua dengan marah.

Husnan segera menelepon dokter desa setempat untuk mengobati luka Allam.

"Husnan, bawa Allam ke rumah suci agar di obati segera dan jangan lupa pasung kakinya." ucap Tetua tanpa pandang bulu.

"Habibah dan Laila kalian berdua bicaralah dengan Fazrani apa dia yakin akan menikah dengan Allam dan bukan dengan Hafiz." ucap Tetua setelah tahu Laila sadar dari pingsannya.

"Affandi kamu harus kuat, bantu Husnan membawa Allam ke ruang suci." ucap Tetua pada Affandi yang masih terpaku menatap Allam.

Hafiz terduduk di kursi apa yang di ucapkan Fazrani telah melukai hatinya.

"Mas Hafiz, tolong maafkan aku." ucap Fazrani duduk di hadapan Hafiz.

"Aku hanya ingin satu alasan saja darimu Dek Fazrani, apa yang membuatmu memilihnya walau aku tahu kamu tidak mencintainya." ucap Hafiz dengan suara bergetar.

"Sebelum aku memberikan satu alasan, aku ingin bercerita tentang mimpiku semalam sebelum kejadian tadi pagi. Aku bermimpi Mas Hafiz berada di sebuah taman yang indah dan banyak bidadari di sana, dan di satu tempat lain aku melihat Allam yang berdiri di tebing dan di bawahnya ada jurang yang curam aku berada di antara kalian berdua sambil membawa cambuk. Saat aku berniat menghampiri Mas Hafiz aku mendengar Allam memanggilku dan aku berlari ke tempat Allam dan memanggil namanya terus menerus sampai aku terbangun. Menurut Mas Hafiz bukankah aku sudah di beri pertanda? aku memang mencintai Mas Hafiz tapi aku lebih menyayangi orang yang membutuhkan pegangan dalam hidupnya. Allam sangat membutuhkan uluran tangan kita agar kembali kejalan yang benar Mas." ucap Fazrani dengan wajah tertunduk.

"Tapi tidak dengan mengorbankan perasaan kita Dek Fazrani?" ucap Hafiz putus asa karena dia sangat tahu bagaimana keras kepalanya wanita yang bernama Fazrani Aisyah.