Chereads / CINTA SUCI HATI WANITA : JODOH TIDAK TERTUKAR / Chapter 11 - RAHASIA HATI ALLAM AFRAZ

Chapter 11 - RAHASIA HATI ALLAM AFRAZ

"Ummi tidak tahu apa-apa, aku sudah di hajar Abi lebih dulu sebelum Ummi datang. Dan kamu tahu sendiri bagaimana kalau Abi menghajarku." jawab Allam dengan tenang.

"Ya sudah, itu hanya pemikiranku saja..dan aku juga tidak percaya kamu kamu tidak melakukannya karena aku tahu kamu dalam keadaan mabuk di malam itu." ucap Fazrani berusaha menerima kenyataan kalau Allam memang telah melakukannya. Dan kenapa hatinya masih saja tidak terima jika Allam yang telah melakukannya.

"Tidurlah sudah malam." ucap Allam seraya duduk menekukkan kakinya memberikan tempat di belakangnya untuk Fazrani berbaring.

"Kamu tidak tidur?" tanya Fazrani seraya naik ke balai bambu dan berbaring di dekat dinding.

"Aku tidak bisa tidur punggung dan dadaku masih terasa basah." ucap Allam dengan wajah tertunduk saat Fazrani yang berbaring miring tiba-tiba bangun dan duduk tepat menghadap ke arahnya dan melepas cadarnya.

"Aku sampai lupa tidak melepas cadarku, aku terbiasa menutupnya di hadapan orang lain, dan sekarang aku melepasnya di hadapan suamiku." ucap Fazrani dengan hati yang sebenarnya sangat malu karena baru kali ini dia melakukannya di hadapan Allam.

"Pakailah cadarmu lagi Fazrani aku mohon." ucap Allam dengan suara bergetar seraya menutup matanya dengan wajahnya yang seketika pucat.

Dengan cepat Fazrani menutup kembali wajahnya dengan cadar. Tatapan Fazrani tak lepas menatap wajah Allam yang sangat pucat dan tegang juga dengan tangannya yang gemetar.

"Kamu kenapa lagi, apa wajahku membuatmu takut?" tanya Fazrani menyentuh wajah Allam yang masih biru lebam.

Mata Allam semakin terpejam, dengan nafasnya yang mulai tak beraturan keringat dingin mulai mengalir di keningnya Allam.

"Ada apa denganmu Lam?" tanya Fazrani lagi dengan sejuta pertanyaan dalam hatinya.

"Aku tidak apa-apa, tolong beri aku waktu untuk bisa menerima semua ini, aku orang yang telah jahat padamu dan sekarang aku telah menikah denganmu, hal ini menjadi beban rasa bersalahku padamu semakin besar...aku mohon Fazrani beri aku waktu untuk sendirian aku ingin memaafkan diriku sendiri terlebih dulu." ucap Allam dengan tatapan memelas dan meratap.

Fazrani menatap Allam dengan pikiran yang semakin tidak mengerti.

"Apa yang kamu sembunyikan dariku Allam?" tanya Fazrani dalam hati berusaha mengetahui apa yang terjadi setelah dia pingsan.

"Allam kamu tahu di mana teman-temanmu sekarang berada?" tanya Fazrani yang tidak ingin membenci orang yang tidak bersalah.

Dan kenapa hatinya sangat yakin kalau Allam tidak bersalah.

"Kenapa kamu menanyakan mereka? aku tidak akan menjawabnya, ini sudah malam tidurlah." jawab Allam memberikan selimutnya pada Fazrani.

"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi padamu tapi untuk kamu tahu, aku akan mencari sendiri kebenarannya." ucap Fazrani menerima selimut dari Allam dan berusaha untuk tidur.

Allam terdiam tidak membantah sedikitpun ucapan dari Fazrani.

"Kamu tidak tidur?" tanya Fazrani lagi melihat Allam hanya duduk terdiam.

"Tidurlah Fazrani." jawab Allam dengan wajah yang terlihat rumit karena Fazrani masih saja bicara.

"Baiklah , bangunkan aku satu jam lagi untuk sholat malam." ucap Fazrani memejamkan matanya berusaha untuk tidur kendati hatinya masih di penuhi banyak pertanyaan.

Saat Fazrani telah tertidur lelap, Allam menatap penuh wajah Fazrani yang tertidur dengan memakai cadar. Perlahan di sentuhnya kening Fazrani dengan penuh kasih sayang.

"Biarkan semuanya menjadi sebuah rahasia dalam hatiku saja Fazrani, aku tidak ingin kamu mencintaiku hanya karena iba padaku. Aku berjanji padamu Fazrani aku akan membuatmu bahagia, Insyaallah aku akan menjadi imam yang baik untukmu baik dunia dan akhirat." ucap Allam dalam hati dengan setitik airmata yang menetes di sudut kedua matanya.

Sambil menunggu waktu berjalan, Allam tak sedikitpun lepas menatap wajah Fazrani dan menjaga penuh agar Fazrani tidur dalam keadaan nyaman.

"Fazrani...bangun." panggil Allam dengan suaranya yang semakin serak, tenggorokannya semakin terasa sakit karena pengaruh luka pada bibirnya yang membuatnya sedikit susah untuk minum atau makan apapun.

Fazrani membuka matanya perlahan sedikit terkejut dan takut ada Allam yang ada di sampingnya.

"Astaghfirullah, maafkan aku..aku terkejut itu tadi, tidak ada maksud apa-apa, dan kamu sendiri apa tidak capek duduk dengan menyerong seperti ini, kakimu yang kanan pasti ketarik dan itu pasti sangat sakit." ucap Fazrani seraya mengusap matanya.

"Tidak apa-apa, jangan kuatirkan aku." sahut Allam bergeser kembali meluruskan kakinya yang memang terasa sakit.

"Aku Sholat dulu, kamu tidak sholat?" tanya Fazrani dengan tatapan yang masih mengantuk.

"Aku harus di sucikan lebih dulu setelah tiga hari mencari jati diri dan mengetahui semua kesalahan yang telah ku perbuat, tiga hari di sini untuk menghukum diri sendiri baru kemudian pensucian diri, jika aku ada mati dalam tiga hari ini berarti sudah takdirku mati dalam keadaan tidak baik." ucap Allam seperti yang dulu pernah di ceritakan Abinya.

Fazrani terdiam, menilai Allam sangatlah pintar dan berpendidikan karena dari semua yang di katakan Allam tidak menunjukkan bahasa dan nada orang jalanan, saat berbicara pada Ummi, atau menjawab pertanyaan dari Abi, Allam tidak pernah sedikitpun membantah. Lalu kenapa Allam berteman dengan orang-orang yang tidak baik??

"Fazrani, kenapa kamu diam?" tanya Allam merasa kuatir.

"Tidak apa-apa, aku mau sholat dulu." ucap Fazrani berjalan keluar dan pergi ke ruang khusus sholat.

Allam menatap kepergian Fazrani dengan hati yang mulai gelisah.

"Sepertinya Fazrani tidak mempercayai apa yang aku katakan, semoga saja Fazrani sudah bisa mencintaiku sebelum tahu semuanya." gumam Allam dengan tangannya mengusap dadanya terasa sakit akibat luka dalam pecahan botol yang sempat menancap di dadanya.

Selesai sholat dan mengaji, Fazrani kembali masuk ke dalam rumah suci dan sempat melihat Allam yang sedang kesakitan.

"Apa luka di dadamu terasa sakit?" tanya Fazrani yang membuat Allam terkejut dan segera menarik tangannya.

"Sama sekali tidak, aku hanya mengusapnya saja." ucap Allam dengan ekspresi wajah kembali seperti biasa.

"Aku akan melihatnya." ucap Fazrani duduk di sebelah Allam mengulurkan tangannya ke dada Allam.

"Sudah aku katakan aku tidak apa-apa Fazra." ucap Allam menahan tangan Fazrani dengan tangannya.

Hati Allam berdesir, jantungnya terasa berdetak kencang saat kulit tangannya memegang telapak tangan Fazrani.

Fazrani terdiam membiarkan Allam memegang tangannya.

"Maaf, aku hanya tidak ingin kamu menyentuhnya." ucap Allam dengan perasaan bersalah.

"Tapi aku ingin menyentuhnya, biarkan aku melakukan kewajibanku sebagai istri yang merawat suami yang lagi sakit." ucap Fazrani bersikeras membuka perban yang terlihat terbuka.

"Fazrani." panggil Allam dengan perasaan putus asa menghadapi keras kepalanya Fazrani yang masih membuka perbannya.

"Ada apa?" tatap Fazrani menembus relung hati Allam.

"Tolong hentikan, jangan lagi menyiksaku seperti ini." ucap Allam dengan suara bergetar.

"Webnovel kontrak"