"Memuji suami tepatnya Lam, bukan orang lain..dan aku memuji suamiku sendiri tanpa ada kebohongan." Jawab Fazrani dengan tatapan lembut.
Allam terdiam menyimpan rasa kebahagiaannya dalam hati.
"Terimakasih Zra, kamu telah membahagiakan hatiku walau mungkin hanya sesaat." ucap Allam dalam hati menahan rasa sakit pada luka di dadanya yang membuatnya kesulitan untuk bernafas.
"Aku akan merawatmu biar terlihat segar Lam." ucap Fazrani berniat turun dari balai bambu.
"Jangan kemana-mana Zra, tetaplah di sini sampai dokter datang." ucap Allam lirih sambil menggenggam tangan Fazrani dengan erat. Rasa takut menyelimuti hati Allam akan meninggal tanpa ada Fazrani di sisinya.
"Baiklah Lam, aku tidak akan kemana-mana sebelum dokter datang." ucap Fazrani merasakan ketakutan Allam dengan memeluk tubuh Allam dalam rasa kasih sayangnya.
"Fazrani." panggil Allam mengangkat wajahnya menatap wajah Fazrani dengan tatapan sendu.
"Ya Lam." jawab Fazrani dengan hati yang berdebar-debar mungkinkah perasaan cintanya pada Hafiz begitu cepat hilang dan berpaling pada seorang Allam.
"Aku minta maaf padamu, kalau aku telah banyak menyakiti hatimu ya Zra?" ucap Allam dengan tatapan penuh penyesalan.
Fazrani terdiam, apa yang harus di katakannya antara rasa kecewa dan kasihannya atau atau rasa benci dan sayangnya. Semua perasaan itu masih membelenggu hati Fazrani.
"Fazrani, jawab aku..kamu mau memaafkan aku kan?" tanya Allam dengan nafasnya yang semakin berat dia rasakan. Allam merasa hidupnya tidak akan lama lagi, dan kata maaf dari Fazrani sangat di harapkannya.
"Aku sudah memaafkanmu Lam, kamu jangan berpikir hal itu lagi ya? kita lupakan saja semuanya dan kita memulai dengan awal yang baru." jawab Fazrani memeluk tubuh Allam dengan erat saat melihat ada airmata yang menetes di kedua sudut mata Fazrani.
"Terimakasih Zra, kamu sangat baik." ucap Allam perlahan mengangkat tangan mengusap wajah Fazrani untuk pertama kalinya di saat Fazrani menatapnya.
Entah kenapa Fazrani merasakan sesuatu hal yang lain yang dia rasakan dengan sikap dan tatapan Allam.
Apalagi saat tangan Allam mengusap wajahnya dengan sangat lembut serta tatapan mata Allam yang begitu sarat dengan cinta.
"Aku mencintaimu sepenuh hatiku Fazrani." ucap Allam dengan sebuah senyum di bibirnya.
Fazrani menatap Allam dengan mata yang berkaca-kaca, kenapa di saat dia mendengar Allam mengatakan cintanya airmatanya malah bertumpah ruah.
"Aku tahu kamu belum bisa mencintaiku Fazrani tapi ini sudah cukup bagiku merasa bahagia bisa mengatakan perasaanku padamu dan merasakan pelukan kasih sayangmu seperti ini. Aku ikhlas jika aku harus pergi walau masih belum bisa membahagiakanmu, mungkin kita berjodoh hanya sampai di sini." bisik suara hati Allam masih menatap kedua mata Fazrani tanpa berkedip seolah membingkai wajah Fazrani dalam ingatannya.
"Kamu jangan menatapku seperti itu Lam, jangan membuatku cemas." ucap Fazrani merasakan takut kehilangan yang sangat besar.
"Aku tidak apa-apa Zra." ucap Allam dengan tersenyum lembut, sambil berusaha menarik nafasnya yang semakin berat.
"Assalamualaikum Neng." panggil Laila datang bersama dokter desa. Laila menjemput dokter desa pagi-pagi karena tidak ingin terjadi apa-apa pada Allam.
"Waalaikumsallam Ummi." jawab Fazrani kemudian melepas pelukannya dengan pelan karena ada Dokter desa yang bisa akan memeriksa Allam.
"Aku sudah mendengar cerita dari Ummi Laila tentang keadaan Allam, aku akan memeriksa lukanya sekarang." ucap Dokter desa mendekati Allam dan duduk di sampingnya.
Dengan seksama Dokter desa memeriksa seluruh luka Allam terutama pada luka dada Allam yang memang dalam serta denyut nadi Allam yang semakin lemah.
"Fazrani, aku mendengar kamu akan ke kota untuk membeli obat yang bagus buat Allam, dan sebenarnya Allam bukan saja memerlukan obat yang bagus saja tapi peralatan medis yang menunjang pernafasan Allam yang sangat tidak baik, luka dada Allam sudah infeksi dan menjalar ke paru-paru Allam. Karena hal itu membuat Allam kesulitan bernafas. Allam harusnya kita bawa ke rumah sakit kota." jelas Dokter desa yang sebenarnya juga menyesalkan hukum adat yang tidak bisa di patahkan oleh siapapun termasuk Hafiz yang sudah berusaha untuk mematahkannya.
"Dokter tolong berikan aku resepnya, aku akan pergi ke kota sekarang setelah itu baru aku ke Tetua untuk meminta kebijakan buat Allam." ucap Fazrani dengan hati yang makin kalut dengan penjelasan dokter desa.
Dengan cepat dokter desa menuliskan obat-obat yang di butuhkan Allam dan diserahkannya pada Fazrani.
"Terimakasih dokter, aku akan berangkat sekarang." ucap Fazrani kemudian mendekati Allam yang sudah terpejam matanya dan terlihat lemas dalam pelukan Laila.
"Allam buka matamu sebentar." ucap Fazrani dengan tatapan sedih.
Perlahan Allam membuka matanya menatap Fazrani dengan tatapan yang meredup.
"Bertahan ya? aku segera kembali." ucap Fazrani dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Allam tersenyum di ujung bibirnya.
Fazrani sudah tidak kuasa menahan kesedihannya melihat keadaan Allam di peluknya Allam dengan erat sangat tidak tega meninggalkan Allam sendirian tanpa dirinya.
"Aku pergi sebentar ya Lam." ucap Fazrani seraya mengecup kening Allam untuk pertama kalinya dengan penuh perasaan.
Hati Allam menangis tidak bisa menahan kebahagiaannya bisa merasakan kecupan lembut Fazrani di saat terakhirnya dalam hidupnya.
"Assalamualaikum Ummi, Dokter." ucap Fazrani meninggalkan Allam dengan sejuta doa dan harapan agar Allam bisa bertahan.
***
Dengan tergesa-gesa Fazrani pergi ke rumah Abah Husnan untuk meminta antar ke Kota karena Abi Affandi dalam keadaan tidak sehat.
"Dek Fazrani." panggil Hafiz yang baru keluar dari rumah.
"Mas Hafiz, aku mencari Abah untuk meminta tolong mengantarku ke kota untuk membeli obat yang bagus buat Allam saat ini Allam membutuhkannya." ucap Fazrani dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Abah sedang di rumah Tetua, ini juga aku mau ke sana di suruh Abah." ucap Hafiz yang berencana membahas kembali soal kebijakan hukum adat yang terlalu keras buat warga desa Kunjang.
"Aku harus ke kota sekarang Mas." ucap Fazrani yang bingung harus minta tolong pada siapa lagi.
"Ayo Dek, biar aku antar." ucap Hafiz seraya berjalan masuk ke dalam mobilnya.
"Tapi Mas Hafiz bukannya harus ke rumah Tetua?" ucap Fazrani merasa tidak enak telah merepotkan Hafiz.
"Tidak apa-apa, ayo cepat." ucap Hafiz sambil menyalakan mobilnya.
Fazrani masuk ke dalam mobil dan mengucap syukur karena ada yang bisa mengantarnya ke kota.
Tiba di kota Kunjang Fazrani secepatnya masuk ke dalam Apotik yang cukup besar dan memberikan resepnya pada apotekernya.
Hampir setengah jam menunggu akhirnya Fazrani bisa mendapatkan obat yang di butuhkan Allam.
"Mari Mas Hafiz, kita langsung ke rumah suci." ucap Fazrani pada Hafiz yang menunggu di luar.
Dengan kecepatan tinggi Hafiz menjalankan mobilnya menuju ke rumah suci.
Sampai di rumah suci, Fazrani keluar dari mobil dan melihat beberapa orang berkerumun di luar rumah suci.
"Ada apa ya pak?" tanya Fazrani dengan jantung berdebar pada salah satu orang yang tidak di kenalnya.
"Nak Allam telah meninggal Neng." jawab orang itu yang belum tahu kalau Fazrani sudah menikah dengan Allam.
Tubuh Fazrani sedikit limbung, namun Fazrani berusaha kuat dan berpegangan pada sebuah tiang bambu.
"Webnovel kontrak"