Awal pagi yang indah, Fazrani bangun pagi-pagi sekali untuk sholat subuh di rumah saja. Sebenarnya ingin sekali Fazrani sholat subuh berjamaah di Mushola yang tidak jauh dari rumahnya, ada beberapa orang baik itu wanita atau laki-laki yang melewati rumahnya saat berangkat dan pulang selesai sholat berjamaah di Mushola termasuk Ummi Laila yang sudah selesai sholat subuh menyapanya saat dia membuang sampah di halaman depan.
"Assalamualaikum Nak Fazrani, tidak sholat subuh di Mushola nak?" tanya Laila dengan ramah.
"Waalaikumsallam Ummi, sementara di rumah dulu Ummi, masih sibuk berbenah." jawab Fazrani dengan sopan.
"Ya sudah, Ummi jalan dulu ya." ucap Ummi berjalan mengikuti suaminya Pak Affandi yang berjalan lebih dulu di depan.
Masih teringat dengan jelas di ingatan Fazrani saat Hafiz bilang padanya kalau Allam adalah anak dari Pak Affandi.
Dengan semangat baru dan suasana hati yang baik Fazrani membersihkan rumah seorang diri hingga tanpa terasa hari mulai terang.
Matahari sudah menampakkan sinarnya. Dengan tubuh yang penuh keringat Fazrani mengambil handuk yang basah dan berniat untuk mencucinya.
"Tok..Tok..Tok"
Pintu depan terketuk, kening Fazrani mengkerut berpikir siapa yang datang.
"Siapa ya?" gumam Fazrani seraya memakai cadarnya.
Dengan hati yang penuh tanda tanya, Fazrani membuka pintunya dan tampak sangat terkejut dan sedikit takut dengan kedatangan Allam yang tidak di sangka-sangkanya.
"Kamu? apa ada sesuatu hingga kamu kemari?" tanya Fazrani sedikit ketakutan membuat Allam mundur beberapa langkah agar Fazrani tidak merasa takut.
"Kamu jangan takut, aku hanya mengantar ini untuk kamu dari Ummi." ucap Allam meletakkan sebuah rantang di atas kursi teras.
"Oh, dari Ummi...terimakasih ya." ucap Fazrani seraya melihat isi rantang tersebut berisi sayur nangka dan beberapa dadar jagung dan ikan mujair.
"Kelihatannya enak sekali, dan ikan mujair ini kesukaanku." ucap Fazrani dengan wajah yang terlihat senang.
"Ikan mujair itu hasil aku memancing di sungai, aku tidak tahu kalau kamu menyukainya." ucap Allam dengan suara beratnya yang khas.
"Oh... terimakasih ya, bilangkan Ummi terimakasih untuk makanannya." ucap Fazrani yang tidak menyuruh Allam masuk ke dalam karena merasa takut terjadi fitnah.
"Akan aku sampaikan, aku pulang dulu." ucap Allam tanpa mengucapkan salam. Dan Fazrani yang memberi salam.
"Assalamualaikum." ucap Fazrani menatap punggung Allam yang sudah mau keluar pagar.
Allam menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Fazrani.
"Waalaikumsallam." ucap Allam seraya berbalik lagi dan berjalan meninggalkan Fazrani yang masih berdiri di depan pintu.
"Aku rasa Allam itu aneh, dan mungkin benar kata Mas Hafiz kalau semua orang mengucilkannya, karena dia sepertinya juga menjaga jarak pada semua orang." ucap Fazrani dalam hati kemudian masuk ke dalam rumah.
Diletakkannya rantang makanan di atas meja, Fazrani melanjutkan bersih-bersih rumahnya.
Baru menjelang Ashar pekerjaan Fazrani telah selesai. Perutnya yang terasa lapar akhirnya terobati dengan menghabiskan makanan dari Ummi Laila.
Selesai makan, Fazrani melanjutkan dengan mandi baru setelah itu menjalankan sholat Ashar.
Setelah semuanya selesai, Fazrani berniat mengembalikan rantang yang sudah bersih ke Laila, sekalian berbelanja.
"Assalamualaikum Ummi." sapa Fazrani saat tiba di toko Laila. Dan Fazrani sedikit terkejut ada Allam yang duduk di teras yang sedang memainkan gitarnya.
"Waalaikumsallam Neng Fazrani cantik." jawab Laila sebagai wajah yang selalu bahagia jika bertemu Fazrani.
"Ini Ummi, saya mau mengembalikan rantang makanan dari Ummi, terimakasih atas masakannya sangat enak sekali pas dengan lidah saya, dan maaf Ummi saya tidak bisa mengganti apa-apa selain terimakasih." ucap seraya memberikan rantang kosong pada Laila.
"Tidak apa Neng, kalau Neng Fazrani suka dengan masakan Ummi biar Allam yang akan mengantarnya tiap hari kita kan tetangga dekat." ucap Laila sembari menerima rantang kosong dari Fazrani.
"Jangan Ummi, saya tidak ingin merepotkan siapapun, dan ini sekalian saya mau beli sabun cuci dan telor." sahut Fazrani yang merasa tidak enak jika Laila terlalu baik padanya.
"Tentu saja tidak Neng, anggap saja Ummi ibunya Neng Fazrani, lagian Ummi juga tidak punya anak perempuan Neng, ada satu Allam ya seperti itu juga tidak bisa di banggakan." ucap Laila dengan tatapan penuh kekecewaan.
Allam yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam tidak bereaksi apa-apa.
Dari kejauhan Allam melihat Bunda Habibah Bundanya Hafiz. Ada sesuatu kekuatiran yang Allam rasakan saat Habibah masuk ke dalam toko Umminya.
"Assalamualaikum Laila." ucap Habibah dan sangat terkejut saat Fazrani membalas salamnya.
"Nak Fazrani? kamu ada di sini?" tanya Habibah sedikit terkejut.
"Waalaikumsallam Habibah, memang kamu sudah kenal dengan Neng Fazrani?" tanya Laila yang juga terkejut.
"Ya tentu aku mengenalnya Habibah, Nak Fazrani ini calon mantu, tinggal tunggu Hafiz Minggu depan kembali ke sini dan melamar Fazrani." jelas Habibah yang mengagetkan Laila terutama Allam.
Tangan Allam gemetar, ternyata apa yang di pikirkannya ternyata benar. Dengan perasaan yang tidak menentu Allam masuk ke dalam rumah dan pergi ke kamarnya menenggelamkan diri dalam minuman agar hatinya sedikit tenang.
Tidak jauh beda dengan keadaan Allam, keinginan hati Laila yang menginginkan Fazrani untuk di jadikan menantu pun runtuh saat itu juga.
"Apa itu benar Neng Fazrani?" tanya Laila dengan tatapan putus asa, berharap dengan adanya Fazrani kehidupan Allam akan berubah.
Fazrani menatap Laila kemudian beralih pada Habibah.
"Insyaallah itu benar Ummi, Minggu besok Mas Hafiz datang untuk menunggu jawaban dari saya." ucap Fazrani dengan jujur.
"Jadi Neng Fazrani masih belum ada hubungan apa-apa dengan Nak Hafiz?" tanya Laila dengan hati yang penuh dengan harapan.
"Untuk saat ini belum Ummi, tapi Insyaallah saya sudah mendapatkan jawabannya karena saya mencari Imam buat saya." jawab Fazrani dengan jujur pula.
Habibah tersenyum mendengar jawaban dari Fazrani.
"Calon mantu yang Solehah, Nak Fazrani mau ke rumah Bunda sekarang? ada Humairah adiknya Hafiz datang dari Jakarta biar bisa saling mengenal." ucap Habibah dengan hati yang di penuh kebahagiaan.
Sedangkan hati Laila kembali menangis dalam hati.
"Laila, bisa minta tolong nanti di kirim satu karung beras ke rumah ya." ucap Habibah dengan tersenyum.
"Ya...nanti biar di antar sama Abi agak sore ya." jawab Laila dengan tatapan sedih.
"Ya sudah Laila aku pulang dulu, Assalamualaikum..Ayo Nak Fazrani." ucap Habibah berpamitan pada Laila dan menggandeng tangan Fazrani untuk di ajaknya ke rumah.
"Waalaikumsallam." jawab Laila dengan tubuh yang terasa lemas, pupus sudah harapannya untuk menjadikan Fazrani sebagai menantunya.
Di kamar Allam sudah menghabiskan beberapa botol minuman keras yang di simpannya di bawah dalam almari pakaiannya.
Dan Allam baru bisa meminumnya di saat Abi nya pergi keluar kota, seperti saat ini.
"Fazrani kamu akan menikah dengan Hafiz laki-laki yang baik, tidak sepertiku laki-laki yang tidak berguna yang tidak bisa membawamu ke surga..aku ikut bahagia, tapi aku tetap merasa sakit di sini, hidupku memang sangat tidak berarti tidak ada yang menginginkan aku untuk hidup lebih baik selain hanya membenciku bahkan orang tuaku sendiri yang selalu bangga pada Hafiz dan tidak padaku." gumam Allam sambil menghabiskan sisa minuman dalam botolnya.
"Webnovel kontrak"