Chereads / CINTA SUCI HATI WANITA : JODOH TIDAK TERTUKAR / Chapter 3 - SUATU PEMBELAJARAN

Chapter 3 - SUATU PEMBELAJARAN

"Maafkan aku." ucap Allam dengan suaranya yang berat.

"Di maafkan." balas Fazrani tanpa membalas uluran tangan Allam.

"Kamu memang dasar anak yang tidak tahu agama, di larang bersentuhan jika bukan muhrim tahu tidak." ucap Laila sambil memukul punggung tangan Allam.

Wajah Allam memerah mendengar ucapan Laila, kemudian berjalan dengan limbung masuk ke dalam rumah.

"Tolong di maafkan anak Ummi yang Neng, Ummi sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membuat Allam menjadi anak yang baik lagi, padahal Abi nya sudah sangat keras dalam mendidiknya apalagi kalau sedang marah hukuman apapun sudah pernah di berikan sampai pernah di strum tetap saja tidak mengubah sikapnya." ucap Laila dengan matanya yang berkaca-kaca.

Fazrani terdiam mendengar cerita Laila yang tak lain adalah Ummi Allam laki-laki yang tidak baik di matanya.

"Bersabar ya Bu, semoga anak Ibu segera mendapatkan hidayah secepatnya, dan menjadi anak kebanggaan Ibu." ucap Fazrani berusaha menenangkan hati Laila.

"Aamiin neng, panggil saja Ummi neng jangan Ibu lagi dan terimakasih telah memaafkan Allam anak Ummi." ucap Laila entah kenapa sangat suka sekali dengan sosok Fazrani yang anggun dan baik hati.

"Sama-sama Ummi, saya permisi dulu. Assalamualaikum." ucap Fazrani yang harus cepat-cepat pulang untuk bercerita pada Nur tentang cerita Amalia.

"Waalaikumsallam." balas Laila kemudian masuk kembali ke dalam toko.

Di atas jendela kamar Allam di lantai dua, Allam melihat Fazrani dengan hatinya yang berdebar-debar.

"Fazrani, apa mungkin aku bisa memilikimu? sedangkan sedikitpun kamu tidak pernah menatapku, aku menyukaimu pada pandangan pertamaku." gumam Allam berdiri di jendela kamarnya menatap kepergian Fazrani.

***

"Assalamualaikum Nur." sapa Fazrani dalam teleponnya saat sampai di rumah dan masuk ke dalam kamarnya.

"Waalaikumsallam Zra, tidak biasanya kamu meneleponku?" tanya Nuraini yang masih sibuk membuat soal anak didiknya.

"Ada yang ingin aku tanyakan padamu, mengenai wanita yang bernama Amalia, apa kamu mengenalnya Nur?" tanya Fazrani pada Nur sahabatnya sekaligus saudara sepupu Hafiz.

"Amalia, oh..dia wanita yang suka sama Mas Hafiz, ada apa memang Zra?" tanya Nur sedikit heran.

"Ya Nur, aku sedikit mendengar cerita tentang Amalia dan aku tidak mau setengah-setengah mengetahui ceritanya agar tidak menimbulkan fitnah jelek dalam pikiranku tentang Mas Hafiz." ucap Fazrani dengan hati yang sedikit gelisah.

Sungguh hatinya sedikit bertanya-tanya kenapa Amalia begitu beraninya mendatangi Hafiz di kamarnya jika Amalia tidak pernah dekat.

"Astaghfirullah, Ya Allah..aku berpikir jelek lagi tentang Mas Hafiz." gumam Fazrani dalam hati.

"Begini saja Zra, daripada kamu mempunyai pikiran yang negatif pada Mas Hafiz sebaiknya kamu bertanya langsung pada orangnya, ini ada Mas Hafiz yang lagi istirahat di sini." ucap Nuraini yang membuat Fazrani menjadi malu.

"Mas Hafiz sudah datang ya Nur? syukurlah kalau sudah sampai di kota dengan selamat." ucap Fazrani yang merasa tidak enak pada Hafiz mengenai Amalia.

"Ini Zra, Mas Hafiz." ucap Nur tanpa memberi kesempatan pada Fazrani untuk menenangkan hatinya.

"Assalamualaikum Dek Fazra." sapa Hafiz yang baru selesai mandi.

"Waalaikumsallam Mas, baru sampai Mas?" tanya Fazrani sebagai hatinya yang berdebar-debar kembali.

"Alhamdulillah sudah Dek, kata Nur dek Fazra ada mau bertanya, bertanya tentang apa Dek?" tanya Hafiz dengan tenang.

"Em, tidak ada Mas.. maksudnya tidak jadi karena takut membuat Mas Hafiz tersinggung." jawab Fazrani yang tidak ingin Hafiz berpikir yang tidak-tidak.

"Kenapa meragu dek Fazra? bertanyalah sekiranya aku bisa menjawabnya Insyaallah aku akan menjawabnya." ucap Hafiz berusaha tetap tenang.

"Maaf sebelumnya Mas, aku mau bertanya soal Amalia siapakah Amalia?" tanya Fazrani langsung pada pokoknya.

Terdengar suara helaan nafas panjang Hafiz.

"Amalia dulu bekerja di Yayasan, dan entah sejak kapan Amalia menyukaiku tanpa aku tahu, dan Dek Fazra sendiri tahu bagaimana sikapku pada semua guru Yayasan di sini tidak beda dengan sikapku di Desa Kunjang.

Dan suatu hari saat aku ada rapat sampai larut malam aku menginap di Kantor Yayasan dan situlah awal terjadinya Amalia yang memasuki kamarku dan menciumku di saat aku telah tertidur dan untungnya ada Pak Ahmad yang mengetahuinya. Amalia di hukum oleh Tetua desa dua puluh cambukan kemudian di kurung satu hari dengan hukum pasung untuk bertobat kemudian di usir dari Desa." cerita Hafiz panjang lebar tanpa mengurangi sedikitpun.

Hati Fazrani bergidik ngeri dengan hukuman Tetua Desa Kunjang.

"Apakah hukuman itu selalu di lakukan Mas? apa dua puluh cambukan itu tidak terlalu banyak?" tanya Fazrani dengan hati yang ikut sedih atas hal yang menimpa pada Amalia.

"Dua puluh cambukan itu di lakukan pada wanita, berbeda lagi hukumannya pada kaum laki-laki mereka akan mendapat hukuman lima puluh cambukan dan tiga hari di hukum pasung untuk bertobat kemudian di usir dari Desa jika orang-orang desa mengusirnya." jelas Hafiz lagi dengan panjang lebar.

"Bagaimana dengan laki-laki yang tidak baik seperti yang pernah kita temui yang suka mabuk?" tanya Fazrani yang tiba-tiba ingat dengan lima laki-laki yang tidak baik.

"Empat orang itu bukan warga desa Kunjang, jadi mereka hanya bisa mengusirnya jika mereka melakukan kesalahan, dan untuk Allam warga desa sudah menghukumnya dengan tidak boleh satupun warga yang mendekatinya atau mengajaknya bicara, dan jika Allam suatu saat melakukan kesalahan bisa jadi akan di hukum cambuk dan pasung juga." ucap Hafiz sedikit menguap karena sudah teramat lelah.

"Sangat menakutkan hukuman dari Tetua ya Mas?" ucap Fazrani yang sudah menahan kantuk juga.

"Ya begitulah Dek Fazrani karena di sana masih ada Tetua yang masih hidup dan masih berpegang teguh pada adat dan aturan hukum Desa Kunjang." Jawab Hafiz yang sudah menahan kantukmya.

"Baiklah Mas Hafiz terimakasih atas semua ceritanya moga hal yang pernah terjadi tidak akan terjadi lagi di Desa Kunjang." ucap Fazrani dengan hati yang sudah tenang.

"Aamiin, sama-sama Dek Fazra.. sekarang dek Fazra bisa tenang dan bisa istirahat tanpa ada pikiran yang tidak-tidak lagi." ucap Hafiz dengan tersenyum karena sangat tahu ada kecemburuan di hati Fazrani walau tidak kentara.

Wajah Fazrani sedikit memerah dan itu tidak terlihat tapi Hafiz bisa merasakannya.

"Ya Mas, Mas Hafiz benar saya tidak bisa tidur memikirkannya, dan sekarang aku bisa tenang dan tidak berpikir yang macam-macam lagi." sahut Fazrani dengan jujur.

"Apa yang aku ceritakan tadi Dek Fazrani bisa di ambil sebagai pembelajaran, agar Dek Fazrani juga harus berhati-hati di Desa orang lain." ucap Hafiz dengan serius.

"Insyaallah Mas Hafiz, akan aku jadikan pembelajaran atas semua yang terjadi." ucap Fazrani semakin yakin dengan Hafiz yang sangat pantas untuk menjadi Imam dalam hidupnya.

"Syukurlah Dek Fazrani, sudah dulu ya Dek Fazra...aku mau istirahat dulu, sampai Minggu depan Dek, Assalamualaikum." ucap Hafiz dengan hati bahagia.

"Waalaikumsallam Mas." jawab Fazrani dengan hati yang sangat lega.

"Webnovel kontrak"