Chapter 8 - Bab 7

Seorang pria berpakaian pengantar pizza tampak memasuki kepolisian Tokyo. Wajahnya terlihat ditutupi sebuah topi bertuliskan I ♥ JAPAN. Pria itu melangkah dengan ringannya dengan memegang kotak-kotak pizza melewati para polisi yang bertugas malam itu di tiap ruangnya.

"Hai..siapa yang pesan pizza?" Seorang detektif yang memakai jaketnya, berdiri dan bertanya keras pada mereka yang ada di ruangan itu ketika melihat seorang pengantar pizza melewati ruangan mereka.

Pria pengantar pizza menjawab tanpa menghentikan langkahnya. "Seorang polisi di tingkat atas memesannya, Sir."

"Dan kau berani begitu saja berjalan di sini?" Suara detektif tadi yang bernada bergurau disambut gelak tawa para temannya.

Pria pengantar pizza itu kembali menjawab sebelum menghilang di belokan. "Seorang pengantar pizza membutuhkan tip." Suara tawa berkumandang di belakangnya.

Pengantar pizza itu terus berjalan menuju sebuah lorong panjang yang sepi di lantai itu. Terdapat beberapa ruang berjeruji di sepanjang lorong tersebut. Kebanyakan terlihat kosong dan hanya terisi oleh beberapa para tersangka sebuah kasus yang belum dilimpahkan ke pengadilan negeri untuk mengisi penjara negara Jepang.

Tampak pengantar pizza itu menuju ruangan paling ujung yang ditempati Jiro Miura. Dia berhenti di depan ruangan berjeruji itu dan memperhatikan Jiro tidur meringkuk di dalam ruangan sempit itu.

Dia menyentuhkan gelangnya pada salah satu jeruji yang membuat Jiro terbangun. Pria itu membuka matanya dan memandang sosok remang-remang yang berdiri di depan jerujinya. Dia bangkit duduk mencoba untuk mengenali sosok yang berdiri tegak itu.

Pengantar pizza itu mengangkat sedikit ujung topinya yang membuat Jiro tertawa girang. Dia bangkit dari duduknya dan mendekati jeruji.

"Ternyata kau. Aku tahu kau bakal datang..." suara Jiro terhenti seketika. Matanya melotot saat merasakan rasa panas menembus jantungnya. Dia terhuyung ke belakang dan mendekap dadanya yang kini telah penuh darah akibat tembakan jarak dekat oleh sebuah Baretta 92 otomatis yang berada di dalam kotak pizza. Tidak ada suara yang terdengar.

Pengantar pizza misterius itu mendorong tubuh Jiro dengan ujung pistolnya yang berasap. Pria malang itu terjatuh ke lantai yang dingin dengan posisi yang aneh. Dia mati seketika dengan mata terbuka. Mata yang sudah tak bersinar lagi.

Tanpa memperdulikan pria malang yang barusan dibunuhnya, pengantar pizza itu menurunkan kembali ujung topinya. Dia berjalan meninggalkan mayat Jiro di dalam kamar tahanannya dengan santai sambil memeluk kotak-kotak pizzanya. Baretta 92 miliknya sudah terselip rapi di balik jaket pizzanya.

Tanpa terburu-buru, pria pengantar pizza itu melewati para petugas polisi yang tampak bercakap-cakap sambil bekerja di depan komputer. Salah seorang yang tadi menegur tampak memperhatikan pengantar pizza yang terlihat memegang kotak-kotak pizza.

"Hei! Apa mereka di atas tidak jadi makan pizza?" tegur detektif itu curiga.

Pengantar pizza itu menoleh sekilas. "Mereka tidak menginginkan pizza dengan kotaknya." Setelah berkata begitu, dia mempercepat langkahnya menuju pintu keluar.

Detektif itu mengangkat bahu dan kembali bercakap-cakap dengan rekannya. Malam itu mereka cukup santai. Dari pantauan lalu lintas tidak ada hal yang salah begitu juga dengan laporan kejahatan. Malam itu begitu sepi oleh kejadian sehingga membuat para polisi itu sedikit lengah. Tidak memperhatikan layar CCTV di area tahanan.

Pengantar pizza itu setengah berlari menuruni tangga kepolisian. Dia menoleh CCTV yang berada di halaman muka gedung kepolisian. Yakin bahwa dirinya masih terlihat sebagai pengantar pizza, dia kembali berjalan menuju ke luar dari halaman gedung.

Dia berbelok di bagian samping gedung kepolisian yang terdapat sebuah tong sampah besar. Tangannya bergerak cepat membuang semua kotak-kotak pizza kosong itu disusul jaket pizza dan topi I ♥ JAPAN ( Baretta 92 sudah disembunyikannya di balik celana panjangnya ketika berjalan melewati ruangan para detektif tadi). Dia juga membuang sarung tangan silikon berwarna kulit yang dikenakannya. Sebelum dia pergi, dia mengeluarkan sebuah kantong plastik kecil yang berisi cairan pekat. Dilemparnya kantong itu ke dalam tong sampah. Kemudian sebagai penutup, dia mengambil sebuah pematik dari saku celananya. Dihidupkannya dan dilemparkannya juga pematik yang masih menyala ke dalam tong sampah.

Tampak cahaya api muncul berkobar di dalam tong sampah dipicu oleh cairan bensin di dalam kantong plastik tadi. Suara ledakan terdengar di dalam tong sampah itu diikuti kobaran api yang menjalar cepat melahap semua yang ada di dalam tong sampah.

Pria itu menatap pergerakan api yang mulai membesar dan menimbulkan asap pekat ke udara. Dia mendengar suara-suara para pejalan kaki yang berteriak mendekat membuat dia berjalan memutar.

Dalam sekejab sudah banyak yang berkerumun mencoba memadamkan kobaran api yang memakan tong sampah itu. Ada beberapa orang berlari ke kantor kepolisian Tokyo yang berada tepat di samping tong sampah itu. Mereka panik dan tidak menyadari bahwa di antara kerumunan itu tampak pria pengantar pizza itu hilang di antara orang-orang.

Ketika sebagian polisi mencoba memadamkan api saat itulah datang laporan dari polisi yang berkeliling memeriksa tahanan mengatakan bahwa Jiro Miura telah tewas tertembak di dalam selnya.