Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 51 - Kapan Berita Baiknya

Chapter 51 - Kapan Berita Baiknya

Hai, readers...

Sebenarnya author ditawari kontrak oleh pihak Web

Tapi author belum setuju, karena pasti nanti cerita ini akan dikunci

Dan author pasti terikat walau akan mendapatkan penghasilan

Menulis adalah hobi dan author nggak mau nantinya menulis dibawah tekanan dikejar-kejar dateline...ribet

Author maunya santai dan semua dapat menikmati

________________________________________________________________________

Brian mendengar isakan halus dari bibir Fatma, dia mengecup puncak kepala Fatma dan melepaskan pelukannya.

" Sudah! Aku tidak mau lagi melihat airmata jatuh di kedua pipimu! Hatiku terasa sakit jika airmatamu sampai jatuh!" ucap Brian lembut sambil menghapus airmata yang menempel di pipi Fatma dengan kedua ibu jarinya.

" Kau mau jalan-jalan?" tanya Brian.

" Apa kamu sedang libur?" tanya Fatma dengan masih malu-malu.

" Bisa dikatakan begitu!" jawab Brian.

" Aku mau kita ke rumah Abi!" kata Fatma.

" Apa kamu rindu sama Abi?" tanya Brian.

" Iya! Aku rindu sekali pada Abi dan Ummi!" kata Fatma dengan wajah berbinar.

" Ganti bajumu! Kita sarapan lalu pergi ke rumahmu!" jawab Brian.

" Trima kasih!" ucap Fatma dengan spontan memeluk Brian.

" Apa istriku sekarang sudah berani menyentuh suaminya?" goda Brian. Dengan cepat Fatma melepas pelukannya dengan kedua pipi yang telah berwarna merah.

" Hahaha! Kamu sangat menggemaskan, sayang!" puji Brian melihat pipi istrinya.

" Kamu selalu menggodaku!" kata Fatma sebel.

" Itu karena aku mencintaimu dengan sepenuh jiwa dan ragaku, melebihi apapun di dunia ini!" tutur Brian membuat Fatma merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia.

" Alhamdulillah! Tapi tidak melebihi cintamu pada Allah, Yan!" kata Fatma.

" Mungkin!" jawab Brian. Fatma hanya tersenyum mendengar jawaban dari suaminya.

" Kita ganti pakaian?" tanya Fatma.

" Apa aku boleh menggantikan pakaianmu?" tanya Brian penuh harap.

" Iya!" jawab Fatma malu-malu. Brian senang mendengar jawaban istrinya, lalu mereka masuk ke dalam walk in closet.

" Aku pilihkan pakaianmu?" tanya Brian lagi.

" Boleh!" jawab Fatma. Kemudian Brian memilihkan pakaian gamis dan khimarnya untuk Fatma, sementara dia mengambil pakaian kaos dan celana jeans. Setelah memakai pakaiannya, Brian meraih pakaian Fatma, perlahan dia melepas khimar dan longdress Fatma hingga menyisakan pakaian dalam saja. Brian menelan salivanya melihat bentuk tubuh Fatma yang padat berisi. Fatma menutup dadanya dengan kedua tangannya karena malu. Sementara pandangan Brian berpindah ke wajah istrinya dia menatap bibir ranum Fatma yang berwarna pink merekah karena Fatma sedikit membuka bibirnya. Perlahan Brian mendekati Fatma dan mengecup bibir Fatma lalu tidak berhenti disitu, dia menangkup wajah Fatma lalu memainkan bibir istrinya yang terasa sangat manis dan membuat dia ketagihan. Fatma memejamkan matanya dan membalas gerak bibir suaminya. Mata Fatma melotot dan desahan lolos secara spontan dari bibirnya saat tangan Brian berpindah ke dadanya.

" Ahhh!" ucap Fatma. Brian merasa gairahnya menggebu di dalam tubuhnya dan miliknya serasa ingin mengeras.

" Yan! Apa kita gak jadi pergi?" tanya Fatma pelan saat Brian menyusuri leher Fatma. Brian menghentikan kegiatannya seketika dan kembali pada kesadarannya.

" Maaf, sayang! Aku tidak bisa menahannya!" kata Brian dengan wajah memerah.

" Apa suamiku sedang malu?" goda Fatma ganti.

" Sayang! Apa kamu mau aku melakukannya sekarang?" balas Brian. Seketika wajah Fatma merona, tubuhnya menegang karena mengingat sakit yang dirasakannya semalam.

" Tidak, tidak! Kita lebih baik pergi ke rumah Abi!" jawab Fatma cepat. Lalu Brian memakaikan pakaian pada Fatma sambil sesekali mengecup wajah dan tubuh istrinya itu. Fatma hanya tersenyum melihat kelakuan suaminya yang menurutnya sedikit nakal itu. Setelah Fatma memoles sedikit wajahnya, dan Brian menyisir rambutnya, mereka lalu keluar dari dalam kamar dan turun untuk sarapan. Brian melingkarkan tangan kirinya ke pinggang Fatma sementara Fatma melingkarkan tangan kanannya ke pingang suaminya. Wardi yang melihat kemesraan mereka semakin merasa muak dan jijik pada Fatma. Gayanya aja sok suci, pake jilbab! Pasti ujung-ujungnya juga gampangan! batin Wardi.

" Selamat Pagi, Tuan! Nyonya!" sapa Isma.

" Selamat Pagi, mbak! Pak Wardi!" jawab Fatma sambil melihat ke arah Isma dan Wardi. Mata Brian langsung melirik ke arah Wardi karena tidak menjawab salam istrinya.

" Selamat Pagi, Tuan! Nyonya!" jawab Wardi. Fatma senang Wardi menjawab salamnya, walau dia tahu jika itu dilakukannya dengan terpaksa. Fatma mengambilkan makan suaminya lalu mengambil makan untuknya. Brian memandangi istrinya selama sarapan pagi itu. Fatma sesekali membalas pandangan suaminya dengan senyuman. Ingin rasanya aku memakanmu sekarang, Za! Aku ingin sekali bisa menyempurnakan setengah agama kita! batin Brian. Tubuh istrinya yang sangat berisi menari-nari di pelupuk matanya. Bilang saja dia mesum, dia tidak perduli, karena tubuh Fatma begitu membuat dirinya lemah.

" Sudah?" tanya Brian saat melihat istrinya telah selesai membantu Isma beres-beres meja.

" Sudah!" jawab Fatma.

" Ayo!" kata Brian mengajak Fatma.

" Iya!" jawab Fatma menyambut uluran tangan Brian.

" Kita pergi membeli oleh-oleh untuk Abi dan Ummi?" tanya Brian.

" Boleh!" jawab Fatma.

" Kita pergi!" kata Brian pada Wardi.

" Iya, Tuan!" jawab Wardi.

" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma diikuti Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Isma. Selama di dalam lift, Brian tidak melepaskan pegangan tangannya dari tangan Fatma. Ponsel Brian bergetar, nama mamanya tertera dilayar ponselnya.

" Assalamu'alaikum, ma!"

- " Wa'alaikumsalam, sayang!" -

" Ada apa, ma? Apa mama sehat?"

- " Mama sehat, sayang! Kapan kamu mengajak menantu mama ke rumah? Mama ingin bertemu dengan dia!" -

" Ma! Aku kan masih baru aja nikah! Aku masih mau berduaan sama istriku!"

- " Baik! Kalo begitu mama secepatnya mau Brian junior segera ada!" -

" Mama minta sama Zahirah saja, ya!"

Fatma yang merasa namanya disebut-sebut jadi menatap suaminya dan menggoyang kan kepalanya kedepan.

" Mama mau ngomong!" kata Brian lalu memberikan ponselnya pada Fatma, Lift mereka telah berada di lantai dasar dan Wardi segera mengambil mobil sementara Fatma dan Brian berdiri di depan lobby apartement.

" Assalamu'alaikum, ma!"

- " Wa'alaikumsalam,sayang! Apa kabar?" -

" Alahamdulillah baik, ma! Mama gimana?"

- " Alhamdulillah mama sehat!" -

" Alhamdulillah! Ada yang bisa Zahirah lakukan, ma?"

- " Mama bilang sama suamimu untuk mengajakmu ke rumah" -

" Ins Yaa Allah jika ada waktu nanti kami akan sempatkan, ma!"

- " Menantu mama memang sangat bijak! Mama kapan dong mendengar kabar baiknya?" -

" Hah? Kabar..baik?"

- " Iya! Mama udah gak sabar mau lihat Brian junior!" -

" Ooo, itu! Ins Yaa Allah jika Allah memberikan kepercayaan pada kami, pasti akan kami kabari!"

- " Baiklah, mama nggak akan mengganggu kalian! Semoga kalian selalu bahagia!" -

" Aamiin! Trima kasih, ma! Mama juga!"

- " Assalamu'alaikum!" -

" Wa'alaikumsalam!"

Fatma menyerahkan ponsel itu pada Brian saat mertuanya menutup panggilannya.

" Apa kata mama?" tanya Brian menggoda.

" Tidak ada!" jawab Fatma malu.

" Bener?" tanya Brian lagi lalu mencium punggung tangan Fatma.

" Iya!" jawab Fatma. Nggak mungkin aku bilang kalo mama pengen bayi, sementara kami belum pernah menyatu! Apalagi ada Pak Wardi disini! batin Fatma.

" Sayang!" panggil Brian.

" Hmm?" sahut Fatma.

" Kita ke rumah mama, ya, setelah ke rumahmu!" kata Brian.

" Iya!" jawab Fatma, lalu mereka sampai di rumah Fatma. Kebetulan hari itu adalah hari minggu, jadi seluruh keluarga berkumpul di rumah.

" Assalamu'alaikum!" salam Fatma diikuti Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab semua penghuni rumah.

" Kakak!" ucap Daffa yang membuka pintu rumah.

" Daffa! Kakak kangen sama kamu!" sahut Fatma lalu memeluk adiknya itu.

" Daffa juga, Kak!" jawab daffa.

" Ehmm!" Brian berdehem, dia tidak suka ada pria lain memeluk istrinya lama-lama walaupun itu hanya keluarganya. Fatma yang tidak menyadari raut kesal suaminya hanya diam dan baru melepas beberapa lama kemudian.