Chereads / Jongil : Jomlo Tengil / Chapter 8 - Bab 08

Chapter 8 - Bab 08

~~~

Cinta itu bahagia. Hidup dalam rona merah dan ikatan erat layaknya darah.

~~~~

Risya sudah sampai rumah. Ia berjalan ke kamarnya, mandi, dan berganti pakaian sebelum menjatuhkan diri di atas ranjang.

Papa dan Mamanya masih belum pulang dan ia anak tunggal. Risya langsung mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Whatsapp. Mencari nomor Daffa dan langsung mengirimi laki-laki itu pesan.

Daffa pasti masih di jalan, rumah mereka kan berjauhan.

Risya : Udah sampai rumah belom? Udah jam enam tuh!

Risya tak mengharapkan jawabannya sekarang, tapi ponselnya langsung berdering mendapat jawaban seketika.

Daffa : Masih di jalan, Sya.

Bibir gadis itu melengkungkan sebuah senyum.

Risya : Hati-hati Daff, bentar lagi kayaknya mau hujan.

Daffa : Iya, udah dingin banget udaranya.

Lo kok tahu kalau mau hujan?

Jangan bilang, lo lagi di luar rumah ya sekarang?

Risya tertawa dan ia tidak membalasnya. Memilih mengabaikan Daffa untuk sementara. Gadis itu membuang ponselnya agak jauh dari tubuh.

Dengan tubuh telentang, mata menatap langit-langit yang berwarna putih tapi dalam gelap ruangan. Bibirnya kembali melengkungkan sebuah senyuman.

Ini seperti mimpi.

Ketika hari-hari biasanya, Daffa terlihat biasa saja dengannya, tiba-tiba kini laki-laki itu berubah menjadi manis dan perhatian padanya. Sebuah keajaiban, jika sebelumnya mereka tak lebih dari sekadar teman sekelas yang jarang bertegur sapa.

"Sebenernya, ini ada apa?" tanyanya entah pada siapa dalam remang cahaya di antara dirinya, ruang, dan malam.

Di seberang sana Daffa berdecak, pesan itu sudah dibaca tapi Risya tak ada membalasnya.

Daffa : Sya, lo marah sama gue ya?

Atau lo beneran ada di luar rumah sekarang?

Sya please, jangan bikin gue bingung mau ngapain nih? Apa gue balik aja ke rumah lo lagi?

Mumpung masih di jalan pulang.

Sya!

Tak ada jawaban. Tak ada pula pesan itu dibaca oleh orang di seberang sana. Daffa tersenyum. Mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berkata, "Mungkin dia lagi sibuk, makan atau belajar kalik ya?"

Lalu ia kembali menatap jalanan di hadapannya. Masih cukup jauh untuknya sampai rumah. Ia berhenti karena ia merasakan getaran di saku seragamnya dan memutuskan untuk mengecek isinya.

Ternyata dari Risya, gadis itu menanyakan keberadaannya. Tipe gadis yang sepertinya sangat perhatian pada pasangannya.

Apa Dirga selalu mendapat perhatian Risya selama ini?

Daffa tersenyum kecut. Pastinya begitu, mereka berdua kan deket banget kayak rambut sama kutu. Nggak akan terpisah walau waktu telah berada di ujung tanduk.

Dan Daffa melanjutkan perjalannya.

Malamnya, Daffa kembali mengecek ponselnya sehabis mandi. Risya ternyata telah membalas isi pesannya dengan emoticon senyum serta kata maaf.

Risya : :) Maaf, gue pikir lo lagi di jalan dan pastinya sibuk. Makanya gue nggak balesin lo, takutnya lo makin nggak pulang-pulang.

Oh ya, elo udah pulang kan sekarang?

Benar kan kata Daffa, Risya ini anaknya memang perhatian, tapi sifat perhatiannya tertutupi oleh sifat jahilnya yang tidak ada habisnya.

Daffa : Ini baru mandi, maaf lupa ngasih kabar. Lagi sibuk nggak? Belajar atau makan gitu, gue mau telepon lo nih, nggak enak chat mulu.

Risya : Telepon aja, atau lo mau gue yang nelepon duluan. Hahaha XD

Daffa : Jangan! Ada baiknya cowok yang modal, bukannya cewek yang modalin cowoknya. Bentar ya, gue pakai baju dulu!

Risya : Dih, belum pakai baju udah ganguuin anak orang mulu!

Dafda tak membalas, ia mengenakan kaos dan mulai menghubungi sosok di seberang sana. "Hai! Gue beneran nggak lagi ngeganggu elo kan?"

"Gue kalik yang gangguin lo. Pak Ketua kelas nggak ada ngerjain PR emangnya?"

"Emang ada PR?"

"Bahasa Indonesia kayaknya ada deh, coba dibuka dulu bukunya!"

Daffa mencari-cari buku bahasa Indonesianya dan ketika ketemu ia langsung membuka buku itu dengan kening mengerut.

Ia bahkan lupa PR dari mata pelajaran itu. "Sya, lo lagi belajar ya sekarang?"

"Enggak kok."

"Tapi, kok lo tahu kalau ada PR bahasa? Gue aja udah lupa loh?"

"Gue baru aja masukin buku. Lihat jadwal dan besok ada bahasa Indonesia, jadi ya gue tanyain aja kan? Daripada garing?"

"Iya juga sih."

Daffa berdecak kesal di dalam hatinya. Kini, ia ada waktu untuk pendekatan dengan Risya, walau hanya dari telepon kan tetap saja ini namanya pendekatan.

Namun kok PR-nya kayak ngehalangin niat Daffa supaya bisa dekat sama Risya, ya?

Daffa mengembuskan napas kasar dan hal itu membuat Risya penasaran. "Kenapa Daff? Nggak bisa ngerjain? Mau dibantuin?"

"Emang lo udah ngerjain semua?" tanyanya penasaran.

Ia tahu Risya anak pandai, tapi setahunya Risya masuk golongan anak pemalas sekelas Dirga. Pandainya Risya itu cuma pas ulangan aja.

"Udah separo, yang separonya males, ntar nilai gue bagus, banyak yang ngiri lagi."

Risya tertawa dan Daffa meringis mendengarnya. Jadi begitu, alasan mengapa nilai harian Risya tampak biasa saja daripada anak lainnya yang mengerjakan PR dengan niat mulia.

"Nggak deh, gue ngerjain sendiri aja. Mau ditutup teleponnya atau--"

Tok... tok....

"Risya, waktunya makan malem Nak! Keluar dari kamar kamu sekarang juga!"

"Iya Ma, bentar ya!"

"Kayaknya kita udah tahu jawabannya deh. Semangat ya Daff, kalau ada yang bingung tanya aja. Ntar gue bantuin jawabnya, bye! Jumpa besok di sekolah."

Sambungan telepon terputus. Daffa langsung tersenyum. Pacaran sama Risya bisa membawa pengaruh bagus padanya, terutama nilai-nilainya.

Semoga saja, ia lekas mendapatkan Risya tuk menjadi pacar barunya.