Persahabatan, kencan, pacar, lalu patah hati, dan bunuh diri.
~~~
"Sumpah ya, elo jadi cowok pinter banget caper di depan orang tua. Untung aja lo nggak punya pacar, kalau lo punya pacar, gue kasihan sama cewek-cewek lo nantinya!" omongan Risya hanya ditanggapi Dirga dengan tawa.
"Emang kenapa lo bisa kasihan? Bukannya malah enakan gitu, ortunya ngedukung gue buat pacaran sama anaknya!"
Risya menatap Dirga dengan delikan matanya. "Jujur aja deh sama gue. Lo emangnya mau terus-terusan pacaran sama orang yang tingkat kecocokan kalian masih di balik tanda tanya? Gue selalu mikir, seandainya lo itu suka pacaran. Paling-paling mantan lo sekarang udah segudang!"
Dirga tersenyum. Dia memang tidak suka pacaran walau banyak anak perempuan di sekolah yang mengejar dirinya untuk bisa dijadikan pacar.
Dirga bukan orang yang pintar. Itulah alasan yang membuatnya enggan memiliki pacar, karena dia sudah memiliki pacar paling setia di hidupnya, yaitu buku pelajaran. Maka dari itu, ia menolak semua perempuan yang menyatakan cinta padanya atau membiarkan mereka menyimpan rasa padanya tanpa ada niatan untuk membalas.
Dirga membiarkan semuanya, karena tujuan hidupnya bukan untuk mempunyai mantan pacar sebanyak-banyaknya di waktu muda. Yang ia inginkan hanyalah kecerdasan, ilmu, dan pendidikan tinggi untuk bekalnya nanti di hari tua.
"Untungnya gue nggak suka pacaran kan?" tanyanya balik sambil tertawa meledek. "Dan gue nggak ada niat buat punya pacar."
Risya mendengus. Ia ingin sekali menonjok Dirga. Memukul atau sekadar menginjak kakinya seperti hari-hari biasa. Namun sekarang bukan waktu yang tepat.
Mereka ada di tengah jalan dan Dirga menyetir mobil dengan laju cukup kencang. Jika Risya melakukannya, maka mereka bisa kecelakaan lalu masuk rumah sakit atau mati di tempat.
Mati dalam keadaan jones bukanlah pilihan yang tepat bagi Risya. Apalagi mereka masih muda. AMIT-AMIT UDAH!
"Kita mau ke mana deh, Ga? Udah malem gini?" tanya Risya sewaktu mereka belum sampai-sampai ke tempat tujuan.
"Nonton, tapi gue bingung mau nonton di mana."
Mata Risya memelototi laki-laki itu sebelum berteriak, "Terus, lo dari tadi cuma ngajakin gue muter-muter doang, hah!"
Dirga mengangguk dengan polosnya. "Iya, gue bingung. Wajar aja sih, jarang malam mingguan."
Bibir Risya berkedut mendengar kata jarang keluar dari bibir sahabatnya. "Jarang atau emang nggak pernah?"
"Sekarang lagi malam mingguan. Berarti udah pernah!"
"DIRGA!" teriak Risya kesal dan Dirga hanya tertawa mendengarnya.
"Lo mau ke bioskop mana? Gue turutin ini. Karena, emang lagi nggak tahu mau ke mana?"
"Balik lagi dah, ke bioskop yang tadi aja. Pala gue pusing ngelihatin mobil yang mondar-mandir mulu dari tadi," jawaban Risya langsung ditanggapi Dirga dengan memutar balik arah di belokan depan.
"Lo sama Daffa apa kabar? Dia nggak ada nge-chat lo gitu malam ini?" tanya Dirga sewaktu mobilnya telah berhenti di parkiran.
Ia menoleh ke arah Risya, menunggu jawaban gadis itu sebelum mereka keluar dari mobil.
"Lo ngomong gitu, gue jadi kepikiran buat ngecek hp. Wait...."
Risya mengeluarkan ponselnya, mengecek isi pesan Whatsapp-nya yang tak ada pesan dari Daffa sama sekali. Laki-laki itu tak menghubunginya, padahal kemarin mereka sangat dekat di sana.
Lalu ia menoleh pada Dirga. "Nggak ada pesan, mungkin aja dia lagi belajar." Risya mengangkat bahunya tak acuh. "Ayo pergi, kemaleman makin nggak pulang-pulang lagi!"
Dirga mengangguk dan keluar dari sana. Keduanya berjalan berdampingan, sebelum membuat kesepakatan.
"Lo ngantre tiket masuk sana, pilih-pilih aja lo mau nonton film apa. Gue pergi nyari popcorn sama cola bentar!"
Risya mengangguk dan Dirga meninggalkannya di antrean tiket yang panjang sekali. Risya mendesah, sendirian tak ada teman. Padahal niatnya kemari untuk malam mingguan, tapi entah kenapa ini tak ada bedanya dengan nonton sendirian.
Lalu matanya tanpa sengaja melihat bayangan Daffa melintas, walau hanya sekelebat saja, tapi ia merasa bahwa itu benar-benar Daffa.
Ia mencoba mengikuti arah di mana bayangan itu menghilang. Namun ia tak menemukan apa-apa. Tak ada Daffa di sana.
Akan tetapi, mengapa Daffa bisa berada di sini? Apa dia bersama cewek lain atau cewek siang tadi?
Risya tidak tahu dan semoga saja tidak begitu.