Chloe mengangkat lututnya berniat untuk menghajar selangkangan Marco tapi Marco menjepitnya dengan kedua kakinya, bertumpu pada satu kakinya yang masih bebas Chloe melompat hendak menghantam kepala suaminya dengan kepalanya tapi Marco memundurkan kepalanya dan melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Chloe lalu menahan lehernya dan 'cup', bibirnya menempel di bibir istrinya. Chloe sepenuhnya terperangkap dalam pelukan suaminya dan bibirnya di lahap.
Rahang Laura sudah hampir jatuh, matanya melotot tidak percaya, tangannya berkeringat dan lututnya gemetar, sepertinya dunia benar-benar akan kiamat, bosnya yang dingin mencium pacarnya di depan umum, eh...sebenarnya bukan di depan umum sih karna penontonnya cuma dia dan adik bos, tapi tetap saja ada orang lain selain mereka kan dan bosnya benar-benar en....melahap bibir pacarnya tanpa ragu-ragu.....beeeh...kalau semua wanita yang selama ini mengejar bosnya melihat ini mereka pasti muntah darah.
Jason yang sudah sering melihat kemesraan mereka berdua juga masih merasa canggung saat melihat apa yang di lakukan pasangan itu terlebih lagi Laura. Jason merasa kasian pada Laura, pasti dia syok melihat hal ini. Dengan penuh pengertian Jason menepuk punggung Laura pelan, memberi kode padanya untuk pergi dari situ dan menutup pintu. Tapi Laura yang masih syok menoleh padanya dengan linglung.
"kalian masih di sini ?" tiba-tiba suara dingin Marco terdengar di telinga dua orang yang sedang termangu di pintu. Chloe ada dalam pelukannya tidak bisa bergerak.
"oh.....eh.....anu.....en....pak....itu...."
Laura jadi gagap karna syok "aish....puk...puk...puk...puk..." Laura menepuk pipinya dan menarik nafas "semua peserta rapat sudah siap, tinggal tunggu bapak saja"
"hmmm....dan kamu ?" mata dingin Marco beralih ke Jason
"aku ?" Jason menunjuk hidungnya "tadi aku ketemu Chloe di lift dan..." Jason melihat kakaknya melotot "ah....ya.....ya.....kakak ipar.....dan aku ikut dia ke sini untuk melihatmu di hajar sama dia he.....he.....he..."
Mendengar jawaban adiknya mata Marco menyipit
"oke....oke.....papa suruh aku ngecek apa hari ini kami datang ke kantor, kalau datang nanti siang sebelum rapat pemegang saham papa mau ngajak makan bersama dan berhubung pesan sudah ku sampaikan serta tontonan gratisnya sudah berakhir jadi aku pamit dulu" Jason berjalan meninggalkan ruangan kakaknya tapi beberapa detik kemudian dia kembali "kak....boleh aku ikut rapat persiapan ultah ?"
"terserah" jawab Marco sambil melepaskan pelukannya dan menarik tangan istrinya. "ayo ikut rapat"
"hah ?....tidak mau.....itu tidak ada hubungannya denganku.....lepaskan tanganku, aku mau kembali ke toko" protes Chloe sambil berusaha menarik tangannya dari genggaman suaminya
"kamu tidak akan kembali ke toko, sudah nurut saja ikuti aku" jawab Marco tanpa melepaskan tangan istrinya
"oke...oke....aku ikut tapi lepaskan tanganku" pinta Chloe setengah memohon, dia berencana ketika suaminya melepaskan tangannya dia akan kabur.
Marco berhenti dan menoleh menatap mata istrinya "kamu mau kabur ? jangan harap, sekarang kamu pilih biarkan aku menggandengmu atau aku akan menggendongmu ke tempat rapat ?"
"gandeng" jawab Chloe tanpa berpikir dua kali, karna dia tau kalau dia menjawab yang kedua suaminya pasti akan melakukannya, dan kalau itu terjadi dengan apa dia akan menutupi rasa malunya nanti.
Mendengar jawaban istrinya Marco tersenyum puas.
💞💞💞💞💞
Sampai di depan ruang rapat Chloe kembali berusaha melepaskan diri "ehm...Marco aku tidak...ehm.....bajuku tidak cocok untuk ikut rapat, lihat aku pakai pakaian non formal" dalih Chloe sambil menunjuk kaosnya.
Marco berhenti, menatap baju istrinya lalu dia melepaskan jasnya kini dia juga hanya mengenakan kaos oblong, kemudian dia melirik Jason.
Jason mengerti dan melakukan hal yang sama dengan kakaknya.
"sekarang kita sama hanya jeans dan kaos oblong" kata Marco sambil mengangkat sebelah alisnya.
"en...." Chloe kehabisan kata-kata, akhirnya dengan pasrah dia mengikuti suaminya masuk ke ruang rapat, Jason menyusul di belakangnya.
Sampai di depan ruang rapat Chloe kembali berusaha melepaskan diri "ehm...Marco aku tidak...ehm.....bajuku tidak cocok untuk ikut rapat, lihat aku pakai pakaian non formal" dalih Chloe sambil menunjuk kaosnya.
Marco berhenti, menatap baju istrinya lalu dia melepaskan jasnya kini dia juga hanya mengenakan kaos oblong, kemudian dia melirik Jason.
Jason mengerti dan melakukan hal yang sama dengan kakaknya.
"sekarang kita sama hanya jeans dan kaos oblong" kata Marco sambil mengangkat sebelah alisnya.
"en...." Chloe kehabisan kata-kata, akhirnya dengan pasrah dia mengikuti suaminya masuk ke ruang rapat, Jason menyusul di belakangnya.
Di dalam ruang rapat semua peserta rapat termasuk Laura sudah menunggu, bahkan Jocelyn juga sudah datang, dia duduk di ujung kepala meja, di sebelahnya adalah sekretarisnya lalu Natasya, dan peserta yang lain juga sudah duduk berjejer mengelilingi meja besar tersebut.
Ketika pintu ruang rapat terbuka semua mata otomatis terfokus kesana karena hanya tinggal satu orang yang mereka tunggu 'Pak Marco', jadi saat beliau masuk suasana di ruang rapat yang semula berisik dengan suara gemerisik langsung berubah hening.
Ketika 'beliau' melangkah masuk di belakangnya ada seorang gadis juga ikut masuk kemudian di susul dengan Pak Jason dan dengan pakaian yang mereka kenakan semua mata terpaku pada mereka. Di dalam benak mereka ada pertanyaan yang sama 'apa yang terjadi, kenapa Pak Marco, adiknya dan seorang gadis asing datang dengan pakaian non formal ? dan siapa gadis itu ?'
Di samping Jocelyn ada dua kursi kosong, Marco memberi kode pada Jason untuk duduk tepat di samping Jocelyn. Sekarang tinggal satu kursi tersisa Marco melirik Laura dan sekretaris yang malang itu tau apa maksud bosnya, depan cekatan dia membereskan Ipad dan beberapa kertas di depannya.
Melihat gerakan Laura, Chloe menahannya
"eh.....tidak perlu pindah, biar aku yang duduk di belakang" kata Chloe dengan sedikit rasa malu, tentu saja dia adalah penyusup, bagaimana mungkin dia dengan tak tau malu menggeser orang yang seharusnya ada dalam rapat ini.
Tapi Marco menarik kursi di belakang dan meletakkannya di samping kursinya dan dengan suara dingin dia memberi perintah pada Laura "geser !" lalu setiap kursi di ruangan itu mulai bergeser makin rapat satu sama lain, memberikan ruang untuk satu kursi lagi untuk masuk.
"duduk !" perintah Marco pada istrinya
"en.....tidak usah, aku duduk di belakang saja" Chloe mencoba mengurangi menarik perhatian.
Tapi siapa sangka suaminya justru mengeluarkan ancaman yang tidak tau malu "mau duduk di sebelahku atau di pangku....."
"bruk....." tanpa menunggu suaminya menyelesaikan ancamannya, Chloe langsung membanting pantatnya di kursi samping suaminya dengan wajah memerah dan bibir cemberut.
"gadis baik" Marco tersenyum puas sambil menepuk kepala istrinya pelan, persis seperti dia menepuk hewan peliharaannya.
Sudut bibir Jason berkedut melihat sikap kakaknya yang memanjakan istrinya di depan semua orang.
Jocelyn menatap Chloe dengan mata penuh kebencian, tanpa dia sadari dia memegang ponselnya dengan erat sampai buku jarinya memutih.
Natasya menatap Marco dengan mata memuja, dalam imajinasinya dialah yang mendapatkan perlakuan manis dari Marco.
Laura dan peserta rapat yang lain melongo dengan mulut sebesar telor.
💞💞💞💞💞
Setelah semua duduk Chloe melihat bahwa di depan semua peserta rapat ada 1 cup kopi yang dia antarkan tadi termasuk di depannya kecuali di depan Jason.
Jadi Chloe menggeser cup kopi miliknya ke depan Jason dengan perlahan tanpa menimbulkan suara.
Pergeseran cup kopi milik Chloe tentu saja melewati Marco yang duduk di antara dia dan Jason, hal itu membuat mata Marco mengikuti di mana cup kopi itu akan berhenti, ketika cup kopi berhenti di depan adiknya Marco memicingkan matanya seakan berkata 'kalau kamu berani mengambilnya kamu mati'.
Tentu saja Jason menyadari arti tatapan mata kakaknya, namun dengan santai dia menerima cup kopi dari kakak iparnya dan berbisik dengan suara lembut dan senyum memikat "terima kasih"
Marco mengangkat tangannya berniat memukul kepala adiknya, namun sebelum tangannya terangkat tinggi Chloe mencubit pahanya dan berbisik di telinga suaminya "jangan pukul dia, aku yang memberikannya dengan suka rela, kalau kamu memukulnya aku akan meninggalkan ruangan ini"
Dengan mata berkedut akhirnya tangan Marco kembali ke lengan kursi, namun matanya masih menatap Jason dengan ancaman mematikan.
Jason tentu saja tidak melewatkan kesempatan itu dengan sorot mata penuh provokasi dia mengambil cup kopi dan menyeruputnya seakan dia menjawab 'kakak iparku membelaku, sekarang kamu mau apa ?'
Mendapat provokasi demikian dari adiknya tangan Marco terkepal, rasanya dia ingin memasukkan adiknya ke dalam karung dan melemparkannya ke laut.