Setelah makan Marco memeluk istrinya dengan satu tangan, sedang tangan yang lain memegang dokumen berisi perencanaan acara ulang tahun perusahaan bulan depan.
Chloe bersandar pada suaminya sambil memainkan ponsel
"sayang....."
"hmmm....." jawab Chloe tanpa sadar, bibir Marco berkedut, biasanya kalau di panggil 'sayang' dia protes, tapi kali ini dia menjawab seakan itu sudah menjadi panggilan sehari-harinya.
"kamu ada ide tentang tema acara ulang tahun sebuah perusahaan yang ke 25 tahun tidak ?" lanjut Marco tanpa ada niat mengganti panggilan mesranya pada istrinya.
"perusahaannya siapa ?" tanya Chloe masih dengan mengutak-atik ponselnya
"sudah jawab saja, kamu ada ide tidak ?"
"25 tahun, berarti perak ya, mungkin bisa kalau pesta topeng dengan warna silver, lalu undang penyanyi yang sudah meniti karir selama 25 tahun atau mereka yang berumur 25 tahun, kalau mau pake dorprice bikin undian dengan nilai nominal ada 25 nya, misalnya mulai dari harga Rp.250.000 sampai 25 jt, atau undian untuk karyawan yang sudah bekerja selama 25 tahun, beri mereka rumah atau mobil, atau liburan dan semacamnya" jelas Chloe dalam satu nafas
Marco terpana "apa ide itu ada di dalam ponselmu ?"
"apa maksudmu ?" tanya Chloe bingung sambil mendongak menatap wajah suaminya.
"bagaimana kamu bisa menyemburkan ide dalam satu nafas sambil main game ?" Marco menatap mata istrinya yang ada di bawahnya
"itu kelebihan seorang wanita, melakukan dua hal secara bersamaan, makanya jangan menganggap remeh seorang wanita"
Chloe kembali menatap ponselnya tapi Marco menghentikannya, tangan Marco menahan dagu istrinya dan menurunkan kepalanya mencium bibirnya.
Saat ciuman mereka semakin panas, Chloe mendorong Marco dengan nafas terengah-engah dan bibir bengkak "sudah cukup, aku harus kembali bekerja" Chloe melompat berdiri dari sofa
"tapi kita belum berolah raga, apa kamu tidak takut gemuk ?" tanya Marco dengan ekspresi kecewa
"aku tidak akan gemuk, karna aku lebih banyak berdiri sepanjang hari" bela Chloe sambil meraih gagang pintu dan siap melangkah keluar
"dan sekarang kamu meninggalkanku setelah aki berdiri ?" kata Marco dengan senyum licik.
Chloe menatap suaminya yang masih duduk di sofa dengan mata menyipit, mencoba memahami apa maksud dengan kata-katanya, setelah memahaminya semburat merah muncul di wajahnya "brengsek...otakmu memang terlalu kotor, pergi saja ke laut !" geram Chloe sambil membanting pintu, Marco tersenyum makin lebar.
Yola yang duduk di depan ruangan bosnya juga sempat mendengar obrolan terakhir pasangan itu, dan dia tersenyum. Sejak menikah dengan Chloe, bos jadi memiliki emosi manusia, apa lagi kalau dia habis mengusili istrinya seperti sekarang.
💞💞💞💞💞
Keesokan harinya setelah memasang drawing pad baru ke komputer di ruangannya Marco menerima telpon dari Laura sekretarisnya di Pt. Maju Jaya.
"pak jam 10.45 ada rapat tentang acara ulang tahun perusahaan" Laura mengingatkan lewat telpon
"hmmm....."
"ibu Jocelyn berharap bapak bisa datang"
"hmmm...."
"jadi apa yang perlu saya persiapkan pak ?"
"nanti saya yang traktir peserta rapat kopi"
"en.....baik....."
tut....tut....tut.....
Laura belum selesai menjawab tapi Marco sudah memutuskan sambungan. Laura menghela nafas.
Saat duduk di mobil yang terparkir di depan coffe shop Marco menelpon Stefan
"yup" sapa Stefan
"aku pesan capucino 25 cup, dobel ekspreso 2 cup, antar ke Pt. Maju Jaya jam 11.00, biar Chloe yang antar kasi pinjam mobilmu"
"kenapa..."
tut.....tut.....tut
"dasar orang ini" Stefan mengomeli ponselnya, lalu melihat jam di ponselnya jam sudah jam 10.00.
'apa-apaan orang ini, sudah jam 10.00 dan dia baru memesan sekarang, lalu minta di antar jam 11.00 padahal perjalanan dari toko ke Pt. Maju Jaya kurang lebih 45 menit' Stefan menggerutu di dalam hati, lalu bergegas turun untuk membantu Chloe menyiapkan pesanan.
Tepat jam 11.00 Chloe sampai di Pt. Maju Jaya, dia menghela nafas lega. Tidak mudah ngebut di jalan raya yang padat apa lagi dengan mengendarai rubicon. Itu juga salah satu alasan Chloe lebih suka naik motor saat dia terpaksa mengantar pesanan seperti ini. Tapi pelanggan hari ini benar-benar membuatnya geram, tidak hanya meminta dia sendiri yang harus mengantar pesanan, bahkan dia tidak mau pesanannya dia antar pake motor dengan alasan tidak higienis saat terpapar udara di jalan, yah itu yang di katakan Stefan yang dengan berat hati menyerahkan kunci rubiconnya padanya. Dia tidak tau itu benar atau cuma alasan, di tambah lagi dia tidak mengenal pelanggannya, tapi kenapa dia di minta untuk mengantarnya secara pribadi ?
Chloe membawa pesanan ke resepsionis
"permisi mbak saya...."
"anda dari coffee art ?" sebelum Chloe menyelesaikan pertanyaannya seirang wanita etnis China yang cantik menyapanya.
"iya, anda ibu Laura..." Chloe menatap wanita itu dan "eh....bukannya kamu yang kemarin..." Chloe menunjuk Laura kaget
"en.....anda juga.....ah...ayo.....ayo.....ikut aku"
Laura akhirnya mengerti mengapa bosnya memintanya untuk menjemput langsung orang yang akan mengantarkan kopi.
Jadi jangan-jangan betul gadis kopi ini pacar bos ?. Kemarin Laura berniat untuk mengorek keterangan tentang gadis ini pada Yola ketika dia mengantarkan dokumen, tapi ternyata Yola sangat terburu-buru jadi dia tidak bisa menahannya.
Laura membawa Chloe masuk ke dalam lift. Hanya mereka berdua di dalam lift, Chloe berdiri di belakang Laura sambil menenteng dua dus kemasan kopi. Dari pantulan dinding lift Laura mengamati penampilan Chloe yang kasual, celana jeans, kaos warna abu-abu, sepatu kets warna oranye, rambut di ikat ekor kuda, ini adalah tipe gadis kuliahan, apa benar bosnya yang angkuh dan dingin yang tak tersentuh oleh wanita secantik super star pacaran dengan gadis biasa yang masih berstatus mahasiswa, dan kelihatannya dia bukan dari keluarga berada, mungkin dia kuliah sambil bekerja di coffee shop.
"en.....ibu Laura boleh saya tanya ? kenapa saya harus mengantar pesanannya sendiri, selain kemarin apa kita pernah bertemu sebelumnya ?" tanya Chloe penasaran sambil mengamati Laura
"eh....itu sebenarnya....."
ting
Sebelum Laura menjawab pintu lift terbuka dan seorang pria masuk ke dalam
"yah....Jason ?"
Setelah pria itu masuk dan pintu lift tertutup Chloe menyapa Jason dengan kening berkerut.
Jason menoleh dan matanya langsung berbinar saat melihat orang yang menyapanya "Chloe.....bagaimana kamu ada di sini ?" Jason melihat tangan Chloe yang penuh "kamu mengantar pesanan secara pribadi ?" tanyanya dengan mengelus dagunya lalu menoleh pada Laura "apa bosmu hari ini datang ?"
Laura mengangguk "dan beliau yang memesan kopi untuk peserta rapat" jelas Laura, jadi benar gadis ini adalah pacar bos, buktinya adik bos mengenalnya.
"ho....ho.....aku tau" Jason meringis "sini aku bantu bawa kopinya" kata Jason sambil meraih satu dus kopi di tangan Chloe
"jadi ini tempatmu bekerja ?" tanya Chloe
"yup....ini perusahaan keluarga kita" jelas Jason
"tunggu.....perusahaan keluarga ? apa kakakmu juga punya jabatan di sini ?"
"yup.....dan dia bos dari nona Laura" jawab Jason dengan senyum manis.
Wajah Chloe langsung berubah gelap. Brengsek, harusnya dia sudah curiga sejak awal, kenapa Stefan menyuruhnya mengantar pesanan secara pribadi, bahkan melepaskan rubicon kesayangannya ke tangannya, jadi sejak awal mereka memang bekerja sama untuk mengerjainya, membuatnya pontang-panting menyiapkan pesanan dan ngebut di jalanan demi mengantar pesanan tepat waktu, padahal jelas-jelas si pelanggan yang terlambat membuat pesanan, ternyata itu ulah suaminya yang menjahilinya, hmmm...tunggu saja.....lihat bagaimana aku akan membalasnya sebentar lagi, batin Chloe dengan geram.
Jason melirik kakak iparnya yang murung dan dia bersorak dalam hati, dia sangat menantikan melihat kakaknya yang selalu menggertaknya di gertak oleh istri tercintanya ha....ha.....ha.....
Keluar dari lift Laura membimbing Chloe ke ruangan Marco, Jason mengikuti di belakangnya dengan santai.
Sampai di depan meja sekretaris Laura meminta rekannya untuk membawa kopi ke ruang rapat dan memisahkan yang dobel ekspreso untuk bosnya dan orang yang akan duduk di sebelahnya, lalu Laura mengetuk pintu ruangan bosnya.
"pak nona yang mengantar kopi sudah datang" kata Laura setelah membuka pintu.
"hmmm....." jawab Marco sambil berdiri dari kursinya dan berjalan mengitari meja kerjanya, tiba-tiba sebuah bayangan melesat ke arahnya, dengan gesit Marco menangkap tangan yang terkepal di depan mukanya dengan satu tangan dan tangannya yang lain menangkap pinggang si penyerang. Dengan seringai di wajahnya dia berkata "ini masih siang dan kamu sudah semangat untuk berolah raga, kita bahkan belum makan siang untuk mengisi tenaga, apa tadi pagi aku belum cukup memuaskanmu ?"
"brengsek" geram Chloe
Laura yang masih berdiri di ambang pintu terpana dengan mulut terbuka, apa yang terjadi pada bosnya ?????