"Wah…"
Aku bangun dari ingatan samar dan kacauku.
Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit yang gelap… dan dari kegelapan
itu, sebuah tengkorak membayangi di depanku. Dengan cahaya api berwarna
biru mengisi lubang matanya yang kosong. Tulang rahangnya bergerincing,
kerangka itu perlahan merentangkan tangannya ke arahku. Lantas saja aku
berteriak. Suara yang aku keluarkan bernada tinggi dan tampak tidak biasa.
Seperti anak kecil, pikirku. Selanjutnya, aku menyadari kalau bukan hanya
suaraku saja yang yang tampak aneh. Lengan di depan ku yang bergerak secara
reflek secara mengejutkan tampak kecil dan pendek. Itu gemuk, pendek dan
kecil, sebenarnya. Lebih tepat dengan menyebutnya lengan seorang bayi.
Tengkorak! Lupakan soal lengan! Fokus pada tengkorak! Dan dimana aku? Apa
yang terjadi? Pemikiran panik ku meloncat dari tempat ke tempat, menolak
untuk diam. Aku putuskan mencoba untuk tenang sesaat. Aku ingin tenang dan
secara rasional[4] mengamati situasinya.
"$&$&':"%…"
Dan kemudian kerangka itu menjejakan ujung jari tulangnya di kulitku.
"Waaaahhhh?!"
Sebagian otakku mulai menghinaku. Kita dalam situasi seperti ini, dan kau
mengharapkanku untuk tetap tenang?! Aku meronta-ronta mencoba melarikan
diri. Mahluk ini adalah kerangka yang bisa bergerak. Seekor monster. Sebuah
penyimpangan. Sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini.
Pertemuan tiba-tiba dengan mahluk semacam ini pasti akan membuat siapa pun
merasa takut. Aku tidak berbeda. Yang lebih penting lagi, aku tampak jauh lebih
kecil dan lebih muda dari yang aku ingat. Ingatanku begitu samar, namun
setidaknya aku bisa ingat kalau aku sedikit kurus dan jauh lebih tinggi. Meski begitu, ingatanku tidak sesuai dengan anatomi tubuhku saat ini.
Membayangkan dirimu, sebagai orang dewasa, duduk diatas sepeda roda tiga
dan bermain seperti anak kecil. Rasanya seperti itu, namun jauh lebih buruk.
"%#%$&&…"
Seolah takut kehilangan ku kerangka itu menekanku ke dadanya dengan salah
satu lengan, dan kemudian secara berirama mulai menimang ku maju mundur.
Tidak peduli seberapa keras aku berjuang dalam pelukannya, dia terus
menimang ku, ketekunannya tidak berkurang sedikit pun.
"Ah…"
Akhirnya aku sadar. Perilaku aneh kerangka ini pada dasarnya adalah kebaikan.
Dia melakukannya agak kasar. Kerangka itu tampaknya hanya memiliki sedikit
pengalaman dalam hal semacam ini, dan lengan tulangnya itu terasa tidak
nyaman. Meski begitu, dia tampaknya tidak bermaksud, katakanlah, cara terbaik
untuk memakan ku. Yah, mungkin tidak.
Tentu saja, aku tidak memiliki kemampuan pengamatan yang cukup untuk
membaca apa pun yang melewati ekspresi wajah tengkorak. Aku tidak bisa
benar-benar yakin dengan pendapat ku, dan aku pun tak bisa menurunkan
kewaspadaan. Meski begitu rasanya kerangka ini bekerja dengan penuh cinta.
Saat aku melihat lebih dekat kedalam cahaya api di lubang matanya, aku
merasakan seolah mata-mata itu mungkin saja memiliki kehangatan
persahabatan. Pikiran itu membuatku sedikit tenang.
Bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi, aku mengalihkan pandangan ku dari
kerangka itu untuk sementara dan terfokus pada lingkungan sekitar. Kepalaku
tidak bisa bergerak bebas, tapi aku bisa melihat beberapa pilar besar yang
megah, dan banyak lengkungan. Ada sebuah oculus di tengah langit-langit
kubah, yang daripadanya cahaya samar terpancar.
Aku merasa cukup yakin kalau aku berada di dalam ruangan, namun tempatnya
tampak sangat kuno dan mengesankan. Ini mengingatkan ku dengan Pantheon[6] dari Romawi kuno, yang pernah kulihat di foto. Namun aku tidak bisa
mengetahui apapun lebih dari itu. Sesuatu yang seharusnya sudah mati bergerak
untuk beberapa alasan, dan sepertinya aku menjadi jauh lebih kecil dan lebih
muda. Aku mengatur apa yang ku ketahui di belakang kepalaku, namun sebelum
aku bisa menemukan petunjuk lebih lanjut, pikiran ku mulai menjadi tidak jelas.
Bergerak-gerak telah membuatku lelah.
Kerangka itu masih berusaha dengan caranya sendiri yang kaku, untuk
membuatku tertidur. Tubuhku berayun perlahan, sekarang aku merasa seolah-
olah di belai oleh ombak yang lembut. Aku membiarkan ombak itu membawa
ku, dan perlahan aku mulai melayang.