Chereads / the faraway paladin / Chapter 2 - bagian 2

Chapter 2 - bagian 2

"Wah…"

Aku bangun dari ingatan samar dan kacauku.

Hal pertama yang kulihat adalah langit-langit yang gelap… dan dari kegelapan

itu, sebuah tengkorak membayangi di depanku. Dengan cahaya api berwarna

biru mengisi lubang matanya yang kosong. Tulang rahangnya bergerincing,

kerangka itu perlahan merentangkan tangannya ke arahku. Lantas saja aku

berteriak. Suara yang aku keluarkan bernada tinggi dan tampak tidak biasa.

Seperti anak kecil, pikirku. Selanjutnya, aku menyadari kalau bukan hanya

suaraku saja yang yang tampak aneh. Lengan di depan ku yang bergerak secara

reflek secara mengejutkan tampak kecil dan pendek. Itu gemuk, pendek dan

kecil, sebenarnya. Lebih tepat dengan menyebutnya lengan seorang bayi.

Tengkorak! Lupakan soal lengan! Fokus pada tengkorak! Dan dimana aku? Apa

yang terjadi? Pemikiran panik ku meloncat dari tempat ke tempat, menolak

untuk diam. Aku putuskan mencoba untuk tenang sesaat. Aku ingin tenang dan

secara rasional[4] mengamati situasinya.

"$&$&':"%…"

Dan kemudian kerangka itu menjejakan ujung jari tulangnya di kulitku.

"Waaaahhhh?!"

Sebagian otakku mulai menghinaku. Kita dalam situasi seperti ini, dan kau

mengharapkanku untuk tetap tenang?! Aku meronta-ronta mencoba melarikan

diri. Mahluk ini adalah kerangka yang bisa bergerak. Seekor monster. Sebuah

penyimpangan. Sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini.

Pertemuan tiba-tiba dengan mahluk semacam ini pasti akan membuat siapa pun

merasa takut. Aku tidak berbeda. Yang lebih penting lagi, aku tampak jauh lebih

kecil dan lebih muda dari yang aku ingat. Ingatanku begitu samar, namun

setidaknya aku bisa ingat kalau aku sedikit kurus dan jauh lebih tinggi. Meski begitu, ingatanku tidak sesuai dengan anatomi tubuhku saat ini.

Membayangkan dirimu, sebagai orang dewasa, duduk diatas sepeda roda tiga

dan bermain seperti anak kecil. Rasanya seperti itu, namun jauh lebih buruk.

"%#%$&&…"

Seolah takut kehilangan ku kerangka itu menekanku ke dadanya dengan salah

satu lengan, dan kemudian secara berirama mulai menimang ku maju mundur.

Tidak peduli seberapa keras aku berjuang dalam pelukannya, dia terus

menimang ku, ketekunannya tidak berkurang sedikit pun.

"Ah…"

Akhirnya aku sadar. Perilaku aneh kerangka ini pada dasarnya adalah kebaikan.

Dia melakukannya agak kasar. Kerangka itu tampaknya hanya memiliki sedikit

pengalaman dalam hal semacam ini, dan lengan tulangnya itu terasa tidak

nyaman. Meski begitu, dia tampaknya tidak bermaksud, katakanlah, cara terbaik

untuk memakan ku. Yah, mungkin tidak.

Tentu saja, aku tidak memiliki kemampuan pengamatan yang cukup untuk

membaca apa pun yang melewati ekspresi wajah tengkorak. Aku tidak bisa

benar-benar yakin dengan pendapat ku, dan aku pun tak bisa menurunkan

kewaspadaan. Meski begitu rasanya kerangka ini bekerja dengan penuh cinta.

Saat aku melihat lebih dekat kedalam cahaya api di lubang matanya, aku

merasakan seolah mata-mata itu mungkin saja memiliki kehangatan

persahabatan. Pikiran itu membuatku sedikit tenang.

Bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi, aku mengalihkan pandangan ku dari

kerangka itu untuk sementara dan terfokus pada lingkungan sekitar. Kepalaku

tidak bisa bergerak bebas, tapi aku bisa melihat beberapa pilar besar yang

megah, dan banyak lengkungan. Ada sebuah oculus di tengah langit-langit

kubah, yang daripadanya cahaya samar terpancar.

Aku merasa cukup yakin kalau aku berada di dalam ruangan, namun tempatnya

tampak sangat kuno dan mengesankan. Ini mengingatkan ku dengan Pantheon[6] dari Romawi kuno, yang pernah kulihat di foto. Namun aku tidak bisa

mengetahui apapun lebih dari itu. Sesuatu yang seharusnya sudah mati bergerak

untuk beberapa alasan, dan sepertinya aku menjadi jauh lebih kecil dan lebih

muda. Aku mengatur apa yang ku ketahui di belakang kepalaku, namun sebelum

aku bisa menemukan petunjuk lebih lanjut, pikiran ku mulai menjadi tidak jelas.

Bergerak-gerak telah membuatku lelah.

Kerangka itu masih berusaha dengan caranya sendiri yang kaku, untuk

membuatku tertidur. Tubuhku berayun perlahan, sekarang aku merasa seolah-

olah di belai oleh ombak yang lembut. Aku membiarkan ombak itu membawa

ku, dan perlahan aku mulai melayang.