Lima tahun telah berlalu.
Aku berusia 7 tahun sekarang, namun sepertinya perayaan ulang tahun bukan
merupakan kebiasaan di dunia ini. Sebenarnya, mereka bahkan tidak mencatat
tanggal lahirku. Sebagai gantinya, mereka menggunakan metode tradisional
untuk menghitung umur seseorang. Bayi baru lahir dihitung berusia "satu
tahun", lalu 2 tahun di tahun berikutnya
Adapun alasannya kenapa tidak dimulai dari nol. Awalnya aku menduga kalau
mereka belum mengenal konsep angka nol maupun notasi nilai tempat
1 . Namun ternyata, mereka sudah memiliki keduanya. Hanya saja bayi baru
lahir diberi umur "satu" merupakan peninggalan dari masa lalu, sebelum angka
"nol" hadir di dalam budaya mereka. Kebiasaan lama memang susah
dihilangkan.
Dengan perhitungan dunia ini maka aku sudah berumur delapan tahun sekarang,
dengan "satu" ditambahkan tujuh tahun umurku. Cukup sederhana sejauh ini.
Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah kapan tahun baru sebenarnya
dimulai. Jawaban untuk pertanyaan itu yang mencengangkan, tak seorang pun
yang tahu.
Tidak, secara teknis semua orang tahu kapan tahun baru dimulai, yakni pada hari
terpendek dengan malam terpanjang. Hari ketika matahari berada pada titik
terlemahnya, dan hari dimana matahari mulai memulihkan kekuatannya. Dengan
kata lain, titik balik matahari musim dingin, yang menandai awal musim semi.
Namun karena kami berada di pinggiran sebuah kota reruntuhan, yang jauh dari lingkungan manusia. Bukan cuma karena mereka tidak terlalu peduli pada
kalender, namun setelah menjadi undead, mereka tidak memiliki sensitifitas
terhadap perubahan suhu juga. Oleh sebab itu, pemahaman mereka terhadap
waktu tak lebih dari, "Oh, bunga sudah mulai bermekaran," "Mataharinya terang
sekali," "Daun-daun telah berubah menjadi merah dan kuning," dan terakhir,
"Tak terasa sudah musim salju saja."
Hidup mereka disini tidak memiliki interaksi dengan dunia luar. Jadi apa
gunanya memantau pergerakan alam? Aku tidak tahu berapa lama mereka sudah
tinggal disini, namun yang jelas cuma butuh sedikit kelalaian atau kemalasan
yang menyebabkan mereka sampai melupakan tanggal. Jika kejadiannya seperti
itu, maka keakuratan mereka dalam menghitung waktu akan berakhir.
Yah terserahlah, kita akhiri topik ini. Aku telah berusaha mengumpulkan banyak
informasi melalui belajar dan bertanya, jadi biarkan aku menjelaskan secara
singkat mengenai situasiku saat ini.
Aku agak ragu mengenai pendapatku sejauh ini. Bahkan sekarang aku masih
menahan untuk mengakuinya. Meski begitu, semuanya nampak persis, dan inilah
waktu untuk mengatakannya.
Aku telah terlahir kembali.
Kelahiran kembali, reinkarnasi, samsara… tak penting bagaimana kau
menyebutnya. Singkatnya, ingatanku ini berasal dari kehidupan sebelumnya.
Aku telah mati dan terlahir kembali. Terlebih lagi, terlahir di dunia lain.
Mengasumsikan aku bisa mempercayai ingatan yang tersisa sebelum aku mati,
sihir tentunya tidak nyata di duniaku sebelumnya, dan tidak ada kerangka
ataupun hantu yang dapat berkeliaran. Mereka semua hanyalah hasil dari
khayalan semata. Meskipun memiliki beberapa kesamaan umum, dunia ini dan
duniaku sebelumnya jelas berbeda.
Jadi kesimpulannya aku telah berieinkarnasi. Reinkarnasi ke dunia lain, tak salah
lagi.
Jelas tak ada keraguan mengenai kesimpulan ini, namun aku masih belum yakin.
Alasannya karena aku masih bisa membayangkan banyak kemungkinan lain
yang mungkin saja terjadi.
Bisa saja dunia ini memiliki beberapa teknologi tak dikenal yang nampak seperti
sihir bagiku. Dan bisa saja ingatanku ini palsu yang sengaja ditanamkan padaku.
Bisa juga aku mengalami gangguan kejiwaan yang membuatku mengalami
delusi aneh. Mengingat mereka adalah hantu, mungkin juga aku tidak
bereinkarnasi, namun ini merupakan fenomena seperti "dihantui" atau
"kerasukan", dimana kepribadianku telah diambil alih oleh tubuh orang lain.
Atau mungkin aku berada disini hanya merupakan halusinasi semata, dan otak
dari orang yang kukenal sebagai diriku saat ini tengah mengambang di sebuah
tangki raboratorium. Bisa saja, bisa saja, bisa saja.
Aku bisa saja mengurutkan segala kemungkinan yang ada selamanya. Beneran
lho, selamanya. Sebagai buktinya, contoh memikirkan kalau aku dipaksa melalui
eksperimen otak di dalam tangki. Ini hanya pendapatku saja, setelah kau mulai
mempertimbangkan pernyataan tidak bermutu seperti itu, kau mungkin akan
menyerah juga. Kau tidak akan mencapai jawaban. Itulah kenapa untuk
sementara aku menyimpulkan kalau aku telah bereinkarnasi ke dunia lain, dan
kebetulan saja aku memiliki ingatan kehidupanku sebelumnya. Ini merupakan
jawaban yang paling aman. Dengan begitu, setidaknya ini tidak akan
mengganggu keadaan mentalku.
Aku sebenarnya tidak mau tahu, semisalnya saja, aku sebenarnya merupakan roh
jahat yang merasuki tubuh seorang bayi yang tidak bersalah dan mengendalikan
dirinya. Bukan berarti aku akan terbebani karena merasa sangat berdosa. Namun
setidaknya aku akan merasa tertekan setelah mengetahui kalau ternyata dunia ini
tidak membutuhkanku.
Maka dari itu aku berdoa, semoga hari itu tak pernah datang, saat kebenaran
yang mengejutkan terungkap, dan saat selanjutnya, aku mengetahui kalau diriku
hanyalah sebuah otak di dalam tangki.
◆
"Flammo Ignis… Waaagh?!" Terjadi sebuah ledakan.
Saat aku tersentak dan terhuyung-huyung mundur, Gus segera merapalkan Kata
Pelenyap (Word of Erasure), menyingkirkan api yang berada di depanku. "Dasar
bodoh! Jangan mengatakannya terlalu jelas!" Dia memarahiku.
"Kau mungkin memiliki bakat Will, tapi jika kau tidak terbiasa menyesuaikan
ketelitianmu, kau akan mati!"
Benar sekali, dunia ini, tempat aku terlahir kembali delapan tahun lalu (menurut
perhitungan mereka) merupakan tempat yang berbahaya. Tak ada keraguan
untuk itu. Misalnya saja, sihir dan Kata-kata Penciptaan yang baru saja
kupelajari.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, aku saat ini berlatih di luar kuil,
meski begitu aku belum terlalu ada kemajuan.
"Gus, aku gagal mulu. Gak ada cara lain napa?"
"Tidak ada. Karena memang begitu cara kerjanya. Kau harus membiasakannya
Will."
Aku baru tahu kalau ternyata sihir itu tidak reproduktif. Aku bisa berhasil
melakukan sesuatu, mencobanya lagi di hari berikutnya, dan kemudian tidak
pernah mendapatkan hasil yang sama dengan hari sebelumnya…
"Mari mengulas. Jelaskan proses pelepasan sihir!"
"Umm, semuanya ada tiga tahap. Merasakan mana yang mengisi dunia ini,
mengambilnya bersama-sama seirama dengan mana milikmu sendiri, lalu
mengucapkannya atau menuliskan Kata-kata Penciptaan.'
Arche, kekacauan di zaman kuno: mana. Dengan merasakannya, lalu mencapai
resonansi dan korvengensi. Selanjutnya, dengan mengucapkan atau menuliskan
Kata-kata Penciptaan, menetapkan mana ke dalam beberapa bentuk, singkatnya,
bentuk api. Diatas kertas itu sederhana. Namun tidak ada ruang nyata untuk
kreatifitas, dan tidak ada jalan untuk mencapai hasil yang lebih reproduktif.
"Yang kau katakan itu benar. Dan ada banyak percobaan dalam sejarah untuk
mencapai hasil yang tetap dari sihir. Banyak sage cenderung mengalami
kesulitan pada tahap ini, namun ada banyak yang berhasil. Dengan
mengalaminya secara langsung, aku berharap kau bisa memahaminya."
"Yah itu. Masalah terbesarnya terletak pada tidak stabilnya mana."
Dalam beberapa tahun ke belakang, aku telah belajar menajamkan persepsiku
dibawah asuhan Gus. Dan untungnya, aku memiliki beberapa bakat, dan mampu
merasakan kehadiran mana, sesuatu yang membentuk sihir seperti bahan bakar.
Seharusnya, dunia ini dipenuhi oleh mana, namun yang kutemukan ternyata
tingkatan mana tidak sama di setiap tempat. Mengumpamakan tinta yang
diteteskan ke dalam air. Tinta hanya akan terkonsentrasi di beberapa tempat dan
menipis di tempat lainnya. Selain itu, bentuknya akan menjadi tidak beraturan.
"Mhmm. Aku telah mencoba berulang kali untuk membuat mana agar stabil dari
lingkungan sekitar. Menyatukan alat, singkatnya permata murni, besi murni,
kayu yang sangat tua. Tapi aku takut… "
"Hasilnya tidak sesuai harapan?"
"Mmm.. 'mana' di dalam tubuh manusia juga mengalir kan? Ada batasan yang
bisa dicapai hanya dengan menyatukan atmosfir 'mana'saja."
Sekalipun kau berusaha mempertahankan konsistensi mana pada tingkat tertentu
di dalam tubuhmu, mana pengguna sihir sendiri, yang perlu di-resonansi dengan
itu, masih tidak akan stabil. Mirip dengan mana dari luar, di dalam tubuh
konsentrasinya bervariasi seperti air dan tinta yang ku-umpakan sebelumnya.
"Sudah kubahas sebelumnya, ketidakstabilan itu mempunyai beberapa efek.
Tongkat yang terbuat dari kayu kuno, permata murni, dan logam-logam murni
adalah simbol para penyihir."
Sepertinya gagasan seorang penyihir memegang tongkat juga ada di dunia ini.
"Kenapa kau tidak memakai tongkat Gus?"
Aku setidaknya telah melihat Gus memegang sebuah tongkat beberapa kali
sebelumnya. Tongkatnya bertahtakan zamrud dan memiliki pegangan di bagian
atasnya berbentuk paruh bebek.
"Tongkat yang terlalu bagus akan menarik perhatian. Dalam pertempuran, tidak
hanya kau akan mudah ditemukan sebagai seorang penyihir, namun
menggunakan alat konvergensi membuat musuh lebih mudah untuk menentukan
sumber sihirmu."
Alasannya sangat berdasar dan tepat sasaran yang membuatku kurang merasa
nyaman.
"Hmmm, kita mulai melenceng. Saat ini kita sedang membahas ketidakstabilan
dalam sihir. Mana yang mengisi dunia ini dan yang di dalam tubuh alirannya
tidak tetap. Setelah berusaha menstabilkannya, ternyata ada batasan yang
mampu dicapai. Dan ketidaktetapan ini juga muncul dalam berbicara dan
menulis dalam diri manusia. Lebih tepatnya, manusia tidak pernah berbicara
sama persis pada perkataan yang kedua kalinya."
Aku mengerti yang dia maksud. Sekalipun orang yang sama mengucapkan kata
yang sama kedua kalinya, bentuk gelombang suara akan berbeda dari keduanya.
Tidak peduli berapa banyak seseorang menuliskan kalimat yang sama, tidak
akan pernah sama persis tiap kali melakukannya. Karena bagaimanapun juga,
manusia bukanlah mesin.
"Karena itulah, konsensus umum pada akhirnya yang menggunakan intuisi
mereka untuk menentukan kapan situasi yang benar6."
Jadi satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik adalah mengolah sihir secara
berulang-ulang dan konsisten adalah mustahil.
"Ini menggelikan."
"Memang begitu."
Dugaanku sekarang benar. Ini bukanlah sihir seperti dalam game komputer, yang
bisa dengan bebas kau keluarkan dengan menghabiskan MP. Ini lebih dekat
dengan kekuatan sihir dalam fantasi klasik.
"Kau tidak boleh mengucapkan Kata-kata itu asal-asalan. Ini akan sangat
berbahaya. Yah, kurasa aku sudah mengatakannya berulang kali padamu."
Memang benar, dia sudah berulang kali mengingatkanku.
Menurut penuturan Mary and Blood, tidak berlebihan menyebut Gus layak
mendapat julukan Penyihir Agung. Mereka mengatakannya padaku dengan
penuh keyakinan, bahwa meskipun sikapnya yang biasa tidak sedikitpun
mengisyaratkan hal itu, dia adalah kekuatan yang harus diperhitungkan ketika
memutuskan untuk menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.
Gus sendiri tak pernah menyombongkan diri mengenai itu. Sebaliknya, cerita
yang ia sampaikan selalu berupa peringatan, dan dimaksudkan untuk memberi
pelajaran. Ada banyak kisahnya. Seorang penyihir yang mencoba membentuk
kembali tanah lapang, yang memicu gempa besar dan menelannya ke dalam
bumi. Penyihir lainnya secara berkala memanipulasi cuaca, dan berakhir
mengacaukan iklim di daerah sekitarnya sehingga menyebabkan kelaparan.
Seorang penyihir berhasil mengubah dirinya menjadi seekor hewan dan malah
terjebak dalam bentuk itu. Seorang penyihir merapalkan sihir penguraian yang
kuat ke arah musuhnya, dan malah meleburkan dirinya. Bahkan ada juga seorang
penyihir yang membuka portal ke dimensi lain dan malah dimakan oleh sesuatu
di dalamnya.
"Belajarlah menggunakan sihir seminim mungkin, masuk akal dan sesuai
kebutuhan.Dan jika memungkinkan, carilah cara lain tanpa menggunakan sihir
sama sekali."
Sihir dalam skala kecil berguna untuk menyalakan api, mengusir serangga,
memanipulasi persepsi, atau pun mencari sesuatu. Meskipun efeknya kecil,
resiko kegagalan juga kecil.
Menurut penuturan Gus, penyihir sejati idealnya tidak memakai sihir sama
sekali, dan pada saat sihir dibutuhkan, dia mampu menggunakan sihir dengan
kemungkinan berhasil tinggi. Kekuatan sihir terlalu besar untuk dimiliki satu
orang, dan karena peluang kecelakaan akibat kesalahan manusia kerap kali
terjadi, argumennya ini sangat masuk akal. Tidak ada kesalahan.
"Singkatnya, gunakan seperti uang."
Gus akan mencampur logika miliknya untuk mencapai kesimpulan yang luar
biasa.
"Ini lagi?"
"Ya, lagi. Ini yang terpenting." Dia menegaskan, dengan serius dan keras kepala
seperti biasa. "Jika kau ingin mengerjakan sesuatu, kau tidak boleh
menggunakan sihir. Kau hanya perlu membeli peralatan yang kau butuhkan atau
memperkerjakan beberapa orang. Membentuk kembali tanah lapang itu memakai
sihir yang kuat, tapi jika kau memakai uang, kau bisa menyuruh orang
mengerjakannya sesuai keinginanmu. Tanpa membuat kesalahan." Dia sedikit
bergerak kearahku menekankan. "Menghasilkan uang dan bijak dalam
menggunakannya sama pentingnya dengan sihir!" Aku tersentak. "Pernah
dengar seorang hantu yang tergila-gila dengan uang?" Tanyaku.
"Situ kagak pernah paham menderitanya diriku! Daku tidak bisa memegang
emas ataupun harta, daku tidak pernah bisa merasakannya diantara jari-jariku…
"
"Dia udah gak waras!"
"Siapa yang situ panggil gak waras?"
"Lu!"
"Wokeh, ubah rencana! Kita habiskan seharian penuh mempelajari uang dan hal-
hal shubarashi-"
"Gak mau! Aku ingin legenda! Kita udah rencanain mempelajari legenda hari
ini!"
"Bukanya situ juga setuju kalo duit itu lebih penting? '
"Cuma lu doang, lu gak boleh ubah rencana seenaknya!"
"Mhmmm…. Situ ada benernya. Duit bisa nunggu nanti…
Gus terkadang bertingkah gila seperti ini. Beneran, apa yang membuat penyihir tak berbadan berprilaku gila seperti ini? Meski begitu, tak ada keraguan tentang
kebenaran cerita Gus. Banyak cerita yang lucu juga.
"Sebelumnya aku pernah menceritakan kelahiran dewa-dewa jahat yang
membunuh Sang Pencipta, benar?"
"Yeah."
"Itu bermula pada masa konflik antara dewa-dewa baik dan dewa-dewa jahat.
Jika menyebut yang paling terkenal diantara mereka… Hmmm, oke. Will.
Pernahkah kau melihat patung itu? "
"Hah?"
"Patung di kuil, pria yang memegang pedang dan timbangan."
Aku mengingatnya. Ini adalah patung yang memiliki nuansa khidmat. Seorang
pria yang memegang pedang berbentuk petir di tangan kananya, dan membawa
satu set timbangan di tangan kirinya
"Aku ingat."
"Dia adalah dewa halilintar, Volt-sang pemimpin dewa-dewa yang agung. Yang
memerintah dan yang menghakimi. Dia juga suami sang Ibu-Bumi, Mater, dewi
yang sangat dipuja Mary."
Menarik. Aku dulu penasaran dewa mana yang paling unggul diantara
semuanya. Kalau dipikir-pikir, dewa halilintar memegang poisisi penting dalam
banyak mitologi dari kehidupanku sebelumnya juga.
"Volt mempunyai seorang saudara, yang tentu juga seorang dewa. Illtreat, sang
dewa perang, yang menguasai tirani. Dia menaiki kereta yang ditarik oleh dua
kuda ilahi, Greed dan Wrath, yang melaju dengan kecepatan badai yang
mengamuk."
Gus melanjutkan, "Mereka berdua memimpin pengikut mereka dalam
pertarungan yang tak terhitung jumlahnya. Meski begitu mereka semua selalu mengikuti pola yang sama. Sang kakak, Illtreat, mendapatkan keuntungan
selama babak pertempuran dimulai, namun Sang Ibu-Bumi yang baik hati,
Mater, memberi suaminya perlindungan sewaktu krisis. Dengan pedang
halilintarnya yang diberikan perlindungan dewi, Volt mulai melawan balik, dan
pada akhirnya memukul mundur Illtreat. Namun, Illtreat terus bersembunyi di
dalam bumi, dan ketika tiba saatnya ia mendapatkan kembali kekuatannya
selama berbulan-bulan, dia menunggu adik laki-lakinya menunjukan kelemahan
dalam situasi damai. Lalu menantangnya lagi untuk bertempur. "
Gus memilin salah satu jarinya membentuk lingkaran. "Dan dengan begitu
perputaran terus berlanjut."
Aku mengangguk paham. Halilintar tidak selalu melambangkan teror dan
kekuatan absolut dari langit. Apabila pertanian berlangsung baik, petir
membawa berkah dari hujan.
"Jadi … apakah ini kisah pemerintahan yang dimulai dengan penguasa yang
kejam dan tirani, tetapi karena berjalan dengan baik, hukum dan ketertiban
perlahan menyebar melalui masyarakat. Tapi akhirnya itu hancur lagi, dan
revolusi melalui kekerasan menjadi tak terelakkan? "
Mata Gus terbuka lebar. "Kau tajam," katanya, mengangguk. "Pertempuran
antara pengikut di bawah perlindungan Volt dan Illtreat secara kasar mengambil
bentuk itu. Akan masuk akal kalau itu digambarkan sebagai pertempuran antar
dewa. "
"Perlindungan?" Tanyaku.
"Ah…itu merujuk pada kekuatan yang diberikan para dewa pada pengikut
mereka."
"Hah? Um, apa maksudnya?"
"Maksudnya apa? Apa yang membuatmu bingung?"
Gus berbicara seolah ini sudah sangat jelas, namun berdasarkan ingatan dan
persepsiku dari kehidupan sebelumnya, agak sulit membayangkan gambaran dewa yang memberikan kekuatan secara langsung kepada seseorang. Bisa saja
maksudnya memberikan keberuntungan atau keberanian, namun dari cara
bicaranya, aku rasa bukan itu.
Selain itu, aku ingat yang dikatakan Mary sebelumnya kalau mereka bertiga
telah melakukan kontrak dengan dewa undeath. Jika aku menambahkannya, itu
berarti bahwa dewa-dewa di dunia ini setidaknya mampu mengubah manusia
menjadi mayat hidup. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa mereka lakukan, namun
sepertinya mereka mampu secara fisik mempengaruhi realitas. Tetapi bagaimana
prosesnya? Saat aku mulai memikirkan pertanyaan ini Gus berdehem dan
melanjutkan bicara.
"Yah, ini tidak terlalu penting. Perang antar dewa memuncak sampai mereka
berdua saling menghancurkan. Setelahnya, dua kekuatan besar itu menyisakan
dimensi ini, dan sekarang, sulit bagi mereka berdua mengganggu dunia dengan
cara hebat apapun. Yah dan begitulah. Aku yakin kau memahami beberapa poin
setelah mendengarkan cerita ini."
"Apa?"
"Mm," Gus menyeringai dengan lebar. "Segala sesuatu yang "baik" dan "buruk"
keduanya murni hanya menurut pandangan manusia."
"Uh?" Aku membuat suara bodoh, tidak mengerti.
Gus lalu menjelaskannya padaku. "Coba pikir-pikir. Volt, yang memimpin sistem
pemerintahan yang korup, bisa saja yang jadi dewa jahat. Dan Illtreat, yang
memimpin revolusi untuk menggulingkannya, bisa jadi adalah pihak yang baik.
Namun kenyataannya tidak pernah ada yang berbicara buruk tentang Volt, dan
tak pernah ada yang memuji-muji Illtreat. Para pendeta tidak akan terima jika
aku mengatakan ini, namun pada akhirnya, pengelompokan dewa menjadi baik
dan jahat hanyalah sebuah nama yang diberikan pengikut mereka."
Dari wajahnya aku bisa tahu kalau dia serius mengatakan itu.
"Para dewa tidak seperti kita. Pikiran dan tindakan mereka berada pada tingkat
yang sangat jauh berbeda. Aku punya teori yang membuat mereka dipanggil
"dewa baik" adalah karena pemikiran mereka yang cocok dengan orang normal, mereka kooperatif, serta tindakan dan pemikiran mereka tidak membahayakan
manusia. Tentu saja ini hanya pendapatku!" Dia tertawa.
Ini adalah dunia di mana dewa benar-benar ada dan memiliki pengaruh. Orang-
orang tentunya memiliki iman yang mendalam kepada mereka — namun di sini
ada Gus, yang tidak fanatik dan tidak membangkang7.
"Gus, kau…. sangat rock 'n' roll."
"Rock 'n' roll?"
"Maksudku, kau… berbeda. Dalam hal positif."
Setelah mendengar ini, penyihir tua ini tertawa lagi. "Terkadang anak-anak
berbicara aneh… Yah, senang mendengarnya." Dia tampaknya menyukainya.
Tak ada sedikitpun keraguan dalam diriku, dia benar-benar rock 'n' roll.
◆