Chereads / the faraway paladin / Chapter 7 - Episode 1 part 2

Chapter 7 - Episode 1 part 2

Lima tahun telah berlalu.

Aku berusia 7 tahun sekarang, namun sepertinya perayaan ulang tahun bukan

merupakan kebiasaan di dunia ini. Sebenarnya, mereka bahkan tidak mencatat

tanggal lahirku. Sebagai gantinya, mereka menggunakan metode tradisional

untuk menghitung umur seseorang. Bayi baru lahir dihitung berusia "satu

tahun", lalu 2 tahun di tahun berikutnya

Adapun alasannya kenapa tidak dimulai dari nol. Awalnya aku menduga kalau

mereka belum mengenal konsep angka nol maupun notasi nilai tempat

1 . Namun ternyata, mereka sudah memiliki keduanya. Hanya saja bayi baru

lahir diberi umur "satu" merupakan peninggalan dari masa lalu, sebelum angka

"nol" hadir di dalam budaya mereka. Kebiasaan lama memang susah

dihilangkan.

Dengan perhitungan dunia ini maka aku sudah berumur delapan tahun sekarang,

dengan "satu" ditambahkan tujuh tahun umurku. Cukup sederhana sejauh ini.

Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah kapan tahun baru sebenarnya

dimulai. Jawaban untuk pertanyaan itu yang mencengangkan, tak seorang pun

yang tahu.

Tidak, secara teknis semua orang tahu kapan tahun baru dimulai, yakni pada hari

terpendek dengan malam terpanjang. Hari ketika matahari berada pada titik

terlemahnya, dan hari dimana matahari mulai memulihkan kekuatannya. Dengan

kata lain, titik balik matahari musim dingin, yang menandai awal musim semi.

Namun karena kami berada di pinggiran sebuah kota reruntuhan, yang jauh dari lingkungan manusia. Bukan cuma karena mereka tidak terlalu peduli pada

kalender, namun setelah menjadi undead, mereka tidak memiliki sensitifitas

terhadap perubahan suhu juga. Oleh sebab itu, pemahaman mereka terhadap

waktu tak lebih dari, "Oh, bunga sudah mulai bermekaran," "Mataharinya terang

sekali," "Daun-daun telah berubah menjadi merah dan kuning," dan terakhir,

"Tak terasa sudah musim salju saja."

Hidup mereka disini tidak memiliki interaksi dengan dunia luar. Jadi apa

gunanya memantau pergerakan alam? Aku tidak tahu berapa lama mereka sudah

tinggal disini, namun yang jelas cuma butuh sedikit kelalaian atau kemalasan

yang menyebabkan mereka sampai melupakan tanggal. Jika kejadiannya seperti

itu, maka keakuratan mereka dalam menghitung waktu akan berakhir.

Yah terserahlah, kita akhiri topik ini. Aku telah berusaha mengumpulkan banyak

informasi melalui belajar dan bertanya, jadi biarkan aku menjelaskan secara

singkat mengenai situasiku saat ini.

Aku agak ragu mengenai pendapatku sejauh ini. Bahkan sekarang aku masih

menahan untuk mengakuinya. Meski begitu, semuanya nampak persis, dan inilah

waktu untuk mengatakannya.

Aku telah terlahir kembali.

Kelahiran kembali, reinkarnasi, samsara… tak penting bagaimana kau

menyebutnya. Singkatnya, ingatanku ini berasal dari kehidupan sebelumnya.

Aku telah mati dan terlahir kembali. Terlebih lagi, terlahir di dunia lain.

Mengasumsikan aku bisa mempercayai ingatan yang tersisa sebelum aku mati,

sihir tentunya tidak nyata di duniaku sebelumnya, dan tidak ada kerangka

ataupun hantu yang dapat berkeliaran. Mereka semua hanyalah hasil dari

khayalan semata. Meskipun memiliki beberapa kesamaan umum, dunia ini dan

duniaku sebelumnya jelas berbeda.

Jadi kesimpulannya aku telah berieinkarnasi. Reinkarnasi ke dunia lain, tak salah

lagi.

Jelas tak ada keraguan mengenai kesimpulan ini, namun aku masih belum yakin.

Alasannya karena aku masih bisa membayangkan banyak kemungkinan lain

yang mungkin saja terjadi.

Bisa saja dunia ini memiliki beberapa teknologi tak dikenal yang nampak seperti

sihir bagiku. Dan bisa saja ingatanku ini palsu yang sengaja ditanamkan padaku.

Bisa juga aku mengalami gangguan kejiwaan yang membuatku mengalami

delusi aneh. Mengingat mereka adalah hantu, mungkin juga aku tidak

bereinkarnasi, namun ini merupakan fenomena seperti "dihantui" atau

"kerasukan", dimana kepribadianku telah diambil alih oleh tubuh orang lain.

Atau mungkin aku berada disini hanya merupakan halusinasi semata, dan otak

dari orang yang kukenal sebagai diriku saat ini tengah mengambang di sebuah

tangki raboratorium. Bisa saja, bisa saja, bisa saja.

Aku bisa saja mengurutkan segala kemungkinan yang ada selamanya. Beneran

lho, selamanya. Sebagai buktinya, contoh memikirkan kalau aku dipaksa melalui

eksperimen otak di dalam tangki. Ini hanya pendapatku saja, setelah kau mulai

mempertimbangkan pernyataan tidak bermutu seperti itu, kau mungkin akan

menyerah juga. Kau tidak akan mencapai jawaban. Itulah kenapa untuk

sementara aku menyimpulkan kalau aku telah bereinkarnasi ke dunia lain, dan

kebetulan saja aku memiliki ingatan kehidupanku sebelumnya. Ini merupakan

jawaban yang paling aman. Dengan begitu, setidaknya ini tidak akan

mengganggu keadaan mentalku.

Aku sebenarnya tidak mau tahu, semisalnya saja, aku sebenarnya merupakan roh

jahat yang merasuki tubuh seorang bayi yang tidak bersalah dan mengendalikan

dirinya. Bukan berarti aku akan terbebani karena merasa sangat berdosa. Namun

setidaknya aku akan merasa tertekan setelah mengetahui kalau ternyata dunia ini

tidak membutuhkanku.

Maka dari itu aku berdoa, semoga hari itu tak pernah datang, saat kebenaran

yang mengejutkan terungkap, dan saat selanjutnya, aku mengetahui kalau diriku

hanyalah sebuah otak di dalam tangki.

"Flammo Ignis… Waaagh?!" Terjadi sebuah ledakan.

Saat aku tersentak dan terhuyung-huyung mundur, Gus segera merapalkan Kata

Pelenyap (Word of Erasure), menyingkirkan api yang berada di depanku. "Dasar

bodoh! Jangan mengatakannya terlalu jelas!" Dia memarahiku.

"Kau mungkin memiliki bakat Will, tapi jika kau tidak terbiasa menyesuaikan

ketelitianmu, kau akan mati!"

Benar sekali, dunia ini, tempat aku terlahir kembali delapan tahun lalu (menurut

perhitungan mereka) merupakan tempat yang berbahaya. Tak ada keraguan

untuk itu. Misalnya saja, sihir dan Kata-kata Penciptaan yang baru saja

kupelajari.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, aku saat ini berlatih di luar kuil,

meski begitu aku belum terlalu ada kemajuan.

"Gus, aku gagal mulu. Gak ada cara lain napa?"

"Tidak ada. Karena memang begitu cara kerjanya. Kau harus membiasakannya

Will."

Aku baru tahu kalau ternyata sihir itu tidak reproduktif. Aku bisa berhasil

melakukan sesuatu, mencobanya lagi di hari berikutnya, dan kemudian tidak

pernah mendapatkan hasil yang sama dengan hari sebelumnya…

"Mari mengulas. Jelaskan proses pelepasan sihir!"

"Umm, semuanya ada tiga tahap. Merasakan mana yang mengisi dunia ini,

mengambilnya bersama-sama seirama dengan mana milikmu sendiri, lalu

mengucapkannya atau menuliskan Kata-kata Penciptaan.'

Arche, kekacauan di zaman kuno: mana. Dengan merasakannya, lalu mencapai

resonansi dan korvengensi. Selanjutnya, dengan mengucapkan atau menuliskan

Kata-kata Penciptaan, menetapkan mana ke dalam beberapa bentuk, singkatnya,

bentuk api. Diatas kertas itu sederhana. Namun tidak ada ruang nyata untuk

kreatifitas, dan tidak ada jalan untuk mencapai hasil yang lebih reproduktif.

"Yang kau katakan itu benar. Dan ada banyak percobaan dalam sejarah untuk

mencapai hasil yang tetap dari sihir. Banyak sage cenderung mengalami

kesulitan pada tahap ini, namun ada banyak yang berhasil. Dengan

mengalaminya secara langsung, aku berharap kau bisa memahaminya."

"Yah itu. Masalah terbesarnya terletak pada tidak stabilnya mana."

Dalam beberapa tahun ke belakang, aku telah belajar menajamkan persepsiku

dibawah asuhan Gus. Dan untungnya, aku memiliki beberapa bakat, dan mampu

merasakan kehadiran mana, sesuatu yang membentuk sihir seperti bahan bakar.

Seharusnya, dunia ini dipenuhi oleh mana, namun yang kutemukan ternyata

tingkatan mana tidak sama di setiap tempat. Mengumpamakan tinta yang

diteteskan ke dalam air. Tinta hanya akan terkonsentrasi di beberapa tempat dan

menipis di tempat lainnya. Selain itu, bentuknya akan menjadi tidak beraturan.

"Mhmm. Aku telah mencoba berulang kali untuk membuat mana agar stabil dari

lingkungan sekitar. Menyatukan alat, singkatnya permata murni, besi murni,

kayu yang sangat tua. Tapi aku takut… "

"Hasilnya tidak sesuai harapan?"

"Mmm.. 'mana' di dalam tubuh manusia juga mengalir kan? Ada batasan yang

bisa dicapai hanya dengan menyatukan atmosfir 'mana'saja."

Sekalipun kau berusaha mempertahankan konsistensi mana pada tingkat tertentu

di dalam tubuhmu, mana pengguna sihir sendiri, yang perlu di-resonansi dengan

itu, masih tidak akan stabil. Mirip dengan mana dari luar, di dalam tubuh

konsentrasinya bervariasi seperti air dan tinta yang ku-umpakan sebelumnya.

"Sudah kubahas sebelumnya, ketidakstabilan itu mempunyai beberapa efek.

Tongkat yang terbuat dari kayu kuno, permata murni, dan logam-logam murni

adalah simbol para penyihir."

Sepertinya gagasan seorang penyihir memegang tongkat juga ada di dunia ini.

"Kenapa kau tidak memakai tongkat Gus?"

Aku setidaknya telah melihat Gus memegang sebuah tongkat beberapa kali

sebelumnya. Tongkatnya bertahtakan zamrud dan memiliki pegangan di bagian

atasnya berbentuk paruh bebek.

"Tongkat yang terlalu bagus akan menarik perhatian. Dalam pertempuran, tidak

hanya kau akan mudah ditemukan sebagai seorang penyihir, namun

menggunakan alat konvergensi membuat musuh lebih mudah untuk menentukan

sumber sihirmu."

Alasannya sangat berdasar dan tepat sasaran yang membuatku kurang merasa

nyaman.

"Hmmm, kita mulai melenceng. Saat ini kita sedang membahas ketidakstabilan

dalam sihir. Mana yang mengisi dunia ini dan yang di dalam tubuh alirannya

tidak tetap. Setelah berusaha menstabilkannya, ternyata ada batasan yang

mampu dicapai. Dan ketidaktetapan ini juga muncul dalam berbicara dan

menulis dalam diri manusia. Lebih tepatnya, manusia tidak pernah berbicara

sama persis pada perkataan yang kedua kalinya."

Aku mengerti yang dia maksud. Sekalipun orang yang sama mengucapkan kata

yang sama kedua kalinya, bentuk gelombang suara akan berbeda dari keduanya.

Tidak peduli berapa banyak seseorang menuliskan kalimat yang sama, tidak

akan pernah sama persis tiap kali melakukannya. Karena bagaimanapun juga,

manusia bukanlah mesin.

"Karena itulah, konsensus umum pada akhirnya yang menggunakan intuisi

mereka untuk menentukan kapan situasi yang benar6."

Jadi satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik adalah mengolah sihir secara

berulang-ulang dan konsisten adalah mustahil.

"Ini menggelikan."

"Memang begitu."

Dugaanku sekarang benar. Ini bukanlah sihir seperti dalam game komputer, yang

bisa dengan bebas kau keluarkan dengan menghabiskan MP. Ini lebih dekat

dengan kekuatan sihir dalam fantasi klasik.

"Kau tidak boleh mengucapkan Kata-kata itu asal-asalan. Ini akan sangat

berbahaya. Yah, kurasa aku sudah mengatakannya berulang kali padamu."

Memang benar, dia sudah berulang kali mengingatkanku.

Menurut penuturan Mary and Blood, tidak berlebihan menyebut Gus layak

mendapat julukan Penyihir Agung. Mereka mengatakannya padaku dengan

penuh keyakinan, bahwa meskipun sikapnya yang biasa tidak sedikitpun

mengisyaratkan hal itu, dia adalah kekuatan yang harus diperhitungkan ketika

memutuskan untuk menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.

Gus sendiri tak pernah menyombongkan diri mengenai itu. Sebaliknya, cerita

yang ia sampaikan selalu berupa peringatan, dan dimaksudkan untuk memberi

pelajaran. Ada banyak kisahnya. Seorang penyihir yang mencoba membentuk

kembali tanah lapang, yang memicu gempa besar dan menelannya ke dalam

bumi. Penyihir lainnya secara berkala memanipulasi cuaca, dan berakhir

mengacaukan iklim di daerah sekitarnya sehingga menyebabkan kelaparan.

Seorang penyihir berhasil mengubah dirinya menjadi seekor hewan dan malah

terjebak dalam bentuk itu. Seorang penyihir merapalkan sihir penguraian yang

kuat ke arah musuhnya, dan malah meleburkan dirinya. Bahkan ada juga seorang

penyihir yang membuka portal ke dimensi lain dan malah dimakan oleh sesuatu

di dalamnya.

"Belajarlah menggunakan sihir seminim mungkin, masuk akal dan sesuai

kebutuhan.Dan jika memungkinkan, carilah cara lain tanpa menggunakan sihir

sama sekali."

Sihir dalam skala kecil berguna untuk menyalakan api, mengusir serangga,

memanipulasi persepsi, atau pun mencari sesuatu. Meskipun efeknya kecil,

resiko kegagalan juga kecil.

Menurut penuturan Gus, penyihir sejati idealnya tidak memakai sihir sama

sekali, dan pada saat sihir dibutuhkan, dia mampu menggunakan sihir dengan

kemungkinan berhasil tinggi. Kekuatan sihir terlalu besar untuk dimiliki satu

orang, dan karena peluang kecelakaan akibat kesalahan manusia kerap kali

terjadi, argumennya ini sangat masuk akal. Tidak ada kesalahan.

"Singkatnya, gunakan seperti uang."

Gus akan mencampur logika miliknya untuk mencapai kesimpulan yang luar

biasa.

"Ini lagi?"

"Ya, lagi. Ini yang terpenting." Dia menegaskan, dengan serius dan keras kepala

seperti biasa. "Jika kau ingin mengerjakan sesuatu, kau tidak boleh

menggunakan sihir. Kau hanya perlu membeli peralatan yang kau butuhkan atau

memperkerjakan beberapa orang. Membentuk kembali tanah lapang itu memakai

sihir yang kuat, tapi jika kau memakai uang, kau bisa menyuruh orang

mengerjakannya sesuai keinginanmu. Tanpa membuat kesalahan." Dia sedikit

bergerak kearahku menekankan. "Menghasilkan uang dan bijak dalam

menggunakannya sama pentingnya dengan sihir!" Aku tersentak. "Pernah

dengar seorang hantu yang tergila-gila dengan uang?" Tanyaku.

"Situ kagak pernah paham menderitanya diriku! Daku tidak bisa memegang

emas ataupun harta, daku tidak pernah bisa merasakannya diantara jari-jariku…

"

"Dia udah gak waras!"

"Siapa yang situ panggil gak waras?"

"Lu!"

"Wokeh, ubah rencana! Kita habiskan seharian penuh mempelajari uang dan hal-

hal shubarashi-"

"Gak mau! Aku ingin legenda! Kita udah rencanain mempelajari legenda hari

ini!"

"Bukanya situ juga setuju kalo duit itu lebih penting? '

"Cuma lu doang, lu gak boleh ubah rencana seenaknya!"

"Mhmmm…. Situ ada benernya. Duit bisa nunggu nanti…

Gus terkadang bertingkah gila seperti ini. Beneran, apa yang membuat penyihir tak berbadan berprilaku gila seperti ini? Meski begitu, tak ada keraguan tentang

kebenaran cerita Gus. Banyak cerita yang lucu juga.

"Sebelumnya aku pernah menceritakan kelahiran dewa-dewa jahat yang

membunuh Sang Pencipta, benar?"

"Yeah."

"Itu bermula pada masa konflik antara dewa-dewa baik dan dewa-dewa jahat.

Jika menyebut yang paling terkenal diantara mereka… Hmmm, oke. Will.

Pernahkah kau melihat patung itu? "

"Hah?"

"Patung di kuil, pria yang memegang pedang dan timbangan."

Aku mengingatnya. Ini adalah patung yang memiliki nuansa khidmat. Seorang

pria yang memegang pedang berbentuk petir di tangan kananya, dan membawa

satu set timbangan di tangan kirinya

"Aku ingat."

"Dia adalah dewa halilintar, Volt-sang pemimpin dewa-dewa yang agung. Yang

memerintah dan yang menghakimi. Dia juga suami sang Ibu-Bumi, Mater, dewi

yang sangat dipuja Mary."

Menarik. Aku dulu penasaran dewa mana yang paling unggul diantara

semuanya. Kalau dipikir-pikir, dewa halilintar memegang poisisi penting dalam

banyak mitologi dari kehidupanku sebelumnya juga.

"Volt mempunyai seorang saudara, yang tentu juga seorang dewa. Illtreat, sang

dewa perang, yang menguasai tirani. Dia menaiki kereta yang ditarik oleh dua

kuda ilahi, Greed dan Wrath, yang melaju dengan kecepatan badai yang

mengamuk."

Gus melanjutkan, "Mereka berdua memimpin pengikut mereka dalam

pertarungan yang tak terhitung jumlahnya. Meski begitu mereka semua selalu mengikuti pola yang sama. Sang kakak, Illtreat, mendapatkan keuntungan

selama babak pertempuran dimulai, namun Sang Ibu-Bumi yang baik hati,

Mater, memberi suaminya perlindungan sewaktu krisis. Dengan pedang

halilintarnya yang diberikan perlindungan dewi, Volt mulai melawan balik, dan

pada akhirnya memukul mundur Illtreat. Namun, Illtreat terus bersembunyi di

dalam bumi, dan ketika tiba saatnya ia mendapatkan kembali kekuatannya

selama berbulan-bulan, dia menunggu adik laki-lakinya menunjukan kelemahan

dalam situasi damai. Lalu menantangnya lagi untuk bertempur. "

Gus memilin salah satu jarinya membentuk lingkaran. "Dan dengan begitu

perputaran terus berlanjut."

Aku mengangguk paham. Halilintar tidak selalu melambangkan teror dan

kekuatan absolut dari langit. Apabila pertanian berlangsung baik, petir

membawa berkah dari hujan.

"Jadi … apakah ini kisah pemerintahan yang dimulai dengan penguasa yang

kejam dan tirani, tetapi karena berjalan dengan baik, hukum dan ketertiban

perlahan menyebar melalui masyarakat. Tapi akhirnya itu hancur lagi, dan

revolusi melalui kekerasan menjadi tak terelakkan? "

Mata Gus terbuka lebar. "Kau tajam," katanya, mengangguk. "Pertempuran

antara pengikut di bawah perlindungan Volt dan Illtreat secara kasar mengambil

bentuk itu. Akan masuk akal kalau itu digambarkan sebagai pertempuran antar

dewa. "

"Perlindungan?" Tanyaku.

"Ah…itu merujuk pada kekuatan yang diberikan para dewa pada pengikut

mereka."

"Hah? Um, apa maksudnya?"

"Maksudnya apa? Apa yang membuatmu bingung?"

Gus berbicara seolah ini sudah sangat jelas, namun berdasarkan ingatan dan

persepsiku dari kehidupan sebelumnya, agak sulit membayangkan gambaran dewa yang memberikan kekuatan secara langsung kepada seseorang. Bisa saja

maksudnya memberikan keberuntungan atau keberanian, namun dari cara

bicaranya, aku rasa bukan itu.

Selain itu, aku ingat yang dikatakan Mary sebelumnya kalau mereka bertiga

telah melakukan kontrak dengan dewa undeath. Jika aku menambahkannya, itu

berarti bahwa dewa-dewa di dunia ini setidaknya mampu mengubah manusia

menjadi mayat hidup. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa mereka lakukan, namun

sepertinya mereka mampu secara fisik mempengaruhi realitas. Tetapi bagaimana

prosesnya? Saat aku mulai memikirkan pertanyaan ini Gus berdehem dan

melanjutkan bicara.

"Yah, ini tidak terlalu penting. Perang antar dewa memuncak sampai mereka

berdua saling menghancurkan. Setelahnya, dua kekuatan besar itu menyisakan

dimensi ini, dan sekarang, sulit bagi mereka berdua mengganggu dunia dengan

cara hebat apapun. Yah dan begitulah. Aku yakin kau memahami beberapa poin

setelah mendengarkan cerita ini."

"Apa?"

"Mm," Gus menyeringai dengan lebar. "Segala sesuatu yang "baik" dan "buruk"

keduanya murni hanya menurut pandangan manusia."

"Uh?" Aku membuat suara bodoh, tidak mengerti.

Gus lalu menjelaskannya padaku. "Coba pikir-pikir. Volt, yang memimpin sistem

pemerintahan yang korup, bisa saja yang jadi dewa jahat. Dan Illtreat, yang

memimpin revolusi untuk menggulingkannya, bisa jadi adalah pihak yang baik.

Namun kenyataannya tidak pernah ada yang berbicara buruk tentang Volt, dan

tak pernah ada yang memuji-muji Illtreat. Para pendeta tidak akan terima jika

aku mengatakan ini, namun pada akhirnya, pengelompokan dewa menjadi baik

dan jahat hanyalah sebuah nama yang diberikan pengikut mereka."

Dari wajahnya aku bisa tahu kalau dia serius mengatakan itu.

"Para dewa tidak seperti kita. Pikiran dan tindakan mereka berada pada tingkat

yang sangat jauh berbeda. Aku punya teori yang membuat mereka dipanggil

"dewa baik" adalah karena pemikiran mereka yang cocok dengan orang normal, mereka kooperatif, serta tindakan dan pemikiran mereka tidak membahayakan

manusia. Tentu saja ini hanya pendapatku!" Dia tertawa.

Ini adalah dunia di mana dewa benar-benar ada dan memiliki pengaruh. Orang-

orang tentunya memiliki iman yang mendalam kepada mereka — namun di sini

ada Gus, yang tidak fanatik dan tidak membangkang7.

"Gus, kau…. sangat rock 'n' roll."

"Rock 'n' roll?"

"Maksudku, kau… berbeda. Dalam hal positif."

Setelah mendengar ini, penyihir tua ini tertawa lagi. "Terkadang anak-anak

berbicara aneh… Yah, senang mendengarnya." Dia tampaknya menyukainya.

Tak ada sedikitpun keraguan dalam diriku, dia benar-benar rock 'n' roll.