"Bella..."
"Bella..."
"Oy Bella..."
"Ehh?!"
"Masih pagi jangan melamun."
Sebuah ketukan hinggap di dahi Bella, membuat gadis itu mengerucutkan bibir tidak suka. Meski terlihat pelan, dahinya terasa sangat sakit. Kadang Johan seperti ini, bercanda tanpa menurunkan kekuatannya. Bagaimanapun juga, kekuatan remaja enam belas tahun tidak bisa ditandingi gadis seusianya.
"Sakit Johan."
"Salah sendiri melamun, kau tahu, dari tadi aku mendapat tatapan menusuk dari fansmu."
"Hee fans apa? Aku bukan artis yang punya banyak penggemar." Bella berbalik dan terpaku melihat tatapan teman-teman di kelas yang mengarah ke mereka.
"Mereka kenapa?" Bella menarik kerah Johan lalu berbisik pelan.
"Mereka tidak suka kau memilih duduk di sebelahku. Aku tahu kita beruntung bisa sekelas lagi, tapi kenapa kau harus duduk denganku juga Bella?!" Johan ikut berbisik, sambil mengeraskan giginya. "Pesonaku jadi tertutupi dan tidak akan ada perempuan yang mau mendekatiku."
"Kok kamu jahat."
Bella tidak menyangka Johan akan mengatakan hal seperti ini.
"Ingat apa yang kau katakan sebelum kita masuk SMA?" Johan menumpu kepala di meja.
"Err aku akan mendapatkan banyak teman?" Bella berusaha menebak maksud Johan.
"Hn lalu?"
"Aku tidak akan bergantung padamu lagi." Bella menunduk.
Dia dan Johan sudah bersama sejak kecil, sifat Johan yang pemberani sangat bertolak belakang dengannya. Tapi Johan selalu ada, membantu di saat Bella kesulitan. Waktu terus berlalu dan tanpa sadar, Bella sudah sangat bergantung dengan Johan.
Dia tidak akan bisa berbaur dengan orang lain jika tidak ada Johan. Beruntung, Bella memiliki prestasi di beberapa bidang. Membuatnya terkenal dan mendapat banyak perhatian. Meskipun begitu, dia tetap tidak bisa lepas dari bayang-bayang Johan.
Hari ini, saat pertama kali masuk SMA, Bella senang karena bisa sekelas lagi dengan Johan. Karena belum terbiasa dengan teman-teman baru, gadis itu memilih untuk duduk dengan Johan. Hal itu justru membuat Johan menjadi sasaran orang-orang dalam kelas. Meski dia tidak memperdulikannya.
"Maaf."
Suara Bella terdengar seperti cicitan.
"Haha kamu manis kalau kayak gini." Johan berbalik, menatap Bella dengan senyum. Sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela di samping tempat duduk mereka ikut memperindah pemandangan itu. Matahari sedang berpihak pada Johan hari ini.
"Johan."
Bella menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memanas. Dia malu jika dipuji. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi kalau sudah seperti itu.
"Sudah, fokus. Guru wali kelas kita datang."
Johan mengubah posisi ketika pintu depan terbuka. Seorang pria paruh baya muncul sambil membawa beberapa buku di tangan.
"Selamat pagi anak-anak, perkenalkan saya Yanto. Guru yang bertanggung jawab untuk kelas ini."
* * *
Pelajaran pertama berlangsung lama dan membosankan. Kita semua selalu mengulang ritual yang sama saat memulai tahun ajaran baru. Bel istirahat berbunyi dan murid-murid mulai
berhamburan ke luar. Banyak dari mereka membentuk kelompok masing-masing.
Dua perempuan datang ke meja Bella.
"Kamu Bella yang menang lomba renang waktu SMP kan? Perkenalkan aku Safira. Senang bisa sekelas sama kamu tahun ini." Gadis berambut panjang ikal mengulurkan tangan dan disambut Bella dengan senyuman.
"Aku Maria. Kita satu SMP loh, sudah lama aku pingin sekelas sama kamu."
"Mau ke kantin bareng?" Bella senang ada yang mendekatinya.
Dengan begini, dia bisa menepati janji untuk tidak bergantung pada Johan.
Ketiga gadis itu berlalu ke kantin, Bella sempat berbalik ingin melihat Johan. Namun pemuda itu sudah pergi, mungkin dia bertemu teman-teman lamanya.
"Apa kamu pacaran dengan Johan?"
Pertanyaan Maria membuat Bella menghentikan gerakannya. Bella tidak pernah memikirkan hal seperti pacaran sebelumnya.
"Tidak mungkin, kami tidak mungkin punya hubungan seperti itu. Kami hanya dekat sejak kecil." Bella menggeleng keras, dia tidak ingin ada gosip yang beredar soal hubungannya dengan Johan.
"Kenapa? Johan itu ganteng loh. Banyak anak gadis menyukainya, bahkan anak-anak dari sekolah lain." Maria tertawa melihat reaksi Bella yang seperti sedang panik.
"Benarkah? Aku tidak pernah mendengar berita itu."
"Mungkin karena kau selalu dekat dengan Johan. Bagaimana menurutmu Safira?"
"Bener, Johan ganteng banget, apalagi senyumnya. Masa kamu nggak ada perasaan lebih ke dia." Safira menjawab dengan semangat.
"Haha entah."
Bella berbalik, dan matanya melihat Johan tengah makan bersama murid laki-laki lainnya. Dia perhatikan Johan yang tengah tertawa.
"Aku tidak pernah memikirkannya."
* * *