Chapter 3 - 3

TK Kuntum Bahagia

Anak-anak tengah bermain di halaman sekolah kala itu. Ada yang main perosotan, ada yang berayun di ayunan, hingga beberapa anak laki-laki yang bergantung di tiang gantung. Mereka tampak asyik dengan kegiatannya.

Di tempat pasir, seorang gadis kecil, duduk sambil memperhatikan pasir di genggamannya. Wajahnya tampak murung, tidak secerah anak lain. Dia adalah Bella.

"Tuan putri tidak suka main pasir?"

Ejekan datang dari anak laki-laki yang sedang begelantungan di tiang. Suaranya disambut dengan tawa teman-teman yang lain.

"Iya nanti kotor kalau dia main pasir." Gelak tawa kembali terdengar.

Bella semakin menunduk, tak lama kemudian, air mata membasahi pipinya. Dia menangis dalam diam, beberapa anak datang dan menendang pasir, membuat rok Bella kotor. Hal itu membuat tangisannya semakin menjadi.

Buk

"Dasar banci, beraninya sama perempuan." Suara dentuman besar terdengar seorang anak laki-laki lain berdiri di depan Bella. Dia mengambil kerikil dan melempar semua anak nakal tadi hingga mereka melarikan diri.

Setelah suasana aman, anak laki-laki itu mendekati Bella lalu membersihkan pasir di roknya.

"Kenapa kau diam saja saat ada yang menjahilimu."

"Aku tidak berani menghadapi mereka." Suara Bella terdengar bergetar. Dia siap untuk menangis lagi, tapi si laki-laki memeluknya dengan erat. Membelai surai hitam tebalnya.

"Tenang saja, ada aku, jika mereka mengganggu lagi panggil saja namaku. Aku Johan pembela kebenaran, akan membersihkan segala kejahatan di muka bumi." Anak kecil itu berkata sambil membuat pose layaknya pahlawan bertopeng di kartun tv.

Di mata Bella, itu adalah kata-kata terkeren dari orang yang melindunginya.

"Jangan bengong ayo kita main pasir, kau mau bentuk apa?"

Begitulah awal pertemuan Bella dan Johan. Siapa yang menyangka hubungan itu aka berlanjut hingga dua belas tahun kemudian. Selama itu pula Bella selalu melihat Johan sebagai pelindung yang selalu mendukungnya dari samping.

Kadang dia salah tingkah dengan sikap perhatian Johan, tapi semua itu dia anggap biasa karena dia tidak pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya.

* * *

"Melamun terus dari pagi, kalau kita cuma berdua fokus dong. Aku tidak suka dicuekin." Johan menarik kedua pipi Bella, berusaha menyadarkannya dari lamunan.

"Uhhh hahit, hehas hohaaannn." (Uhh sakit, lepas Johan)

Bella yang tersadar langsung mencengkram pergelangan tangan Johan, berusaha melepaskan tangan itu dari pipinya. Sejak kapan tangan kecil yang selalu menggandengnya berubah menjadi tangan besar dan keras seperti ini?

Johan telah berkembang dan Bella baru menyadarinya. Mungkin jika Safira dan Maria tidak membicarakannya Bella tidak akan memperhatikan Johan

"Makanya jangan melamun." Johan tertawa, dia melepaskan cubitan di pipi Bella dan menurunkan tangannya tapi Bella menghentikannya. Gadis itu meremas pergelangan Johan dan menatapnya intens. "Kenapa?"

"Coba senyum." Bella menatap Johan tanpa berkedip.

"Seperti ini?" Johan kembali tersenyum tapi kaku kali ini, terlihat seperti canggung dan dipaksakan. "Ke-kenapa Bella?" Johan mengalihkan pandangan ke bawah karena gugup.

"Coba tatap mataku."

"Hn." Perlahan Johan membalikkan pandangan.

Lama mereka saling bertatapan dengan posisi itu. Bella merasa ada rasa geli di perutnya bersamaan dengan denyut nadi Johan yang dia rasakan di tangan.

Wajahnya memanas, entah kenapa Bella merasa wajah Johan semakin maju. Napasnya juga mulai terdengar, Bella tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti ini. Pegangannya di tangan Johan melemah, pemuda itu menyisipkan tangan di leher Bella seolah ingin memeluknya.

Glek

Tuk

Johan mengetuk dahi mereka. Dia tertawa, menunjukkan jejeran gigi putih yang tampak manis, apalagi gigi taring yang sedikit belok ke samping.

"Aku memang ingin diperhatikan tapi tidak seperti itu juga." Johan mengacak rambut Bella lalu berlari menjauh. "Kau ingin datang ke sini kan, ayo airnya panas ha ha."

Bella sadar, mereka sekarang ada di pantai dengan dermaga kecil yang ingin dia datangi pagi tadi. Sepulang sekolah Johan membawanya ke sini, dia tidak sadar karena memikirkan pembicaraan saat istirahat.

"Tunggu aku." Bella tertawa lalu berlari menyusul Johan yang sedang bermain dengan ombak. Layaknya anak kecil yang tidak pernah melihat air, keduanya tampak sangat senang.

"Eit tuan putri tidak boleh masuk ke air dulu." Joan menghentikan Bella yang ingin menceburkan kaki ke dalam laut.

"Kenapa?" Bella mengerucutkan bibir mendapat penolakan itu.

"Buka sepatumu." Johan menunduk dan membuka sepatu Bella. "Tas dan jaketnya juga ya." Bella pasrah ketika Johan membuka tas dan jaketnya lalu dilemparkan ke bawah pohon bersama tas dan sepatu Johan.

"Lalu..."

Johan menunduk, tanpa meminta permisi, dia menggendong Bella ala pengantin dan membawanya ke dalam laut.

"Johan jangan." Bella melingkarkan tangnnya di leher Johan. Dia tidak ingin basah.

"Tidak tuan putriku." Johan menggeleng dan...

Byurr

Johan mencelupkan Bella dalam laut.

"Uhuk, Johan jahat, rasakan ini." Bella menarik Johan hingga dia ikut basah. Karena sudah basah, mereka lanjut bermain air.

* * *