Johan menggantung foto yang baru saja dia cetak ke tembok. Senyum berkembang ketika melihat hasil potretan pertamanya. Sudah lama dia ingin menangkap beberapa momen dengan tangannya sendiri.
"Anak baru ini kemampannya bagus ya." Seorang senior mengomentari foto Johan.
"Terima kasih kak, sudah lama aku ingin mencoba hal seperti ini. Aku bahkan sudah menabung untuk membeli kamera ini." Johan mengangkat kamera yang tergantung di lehernya. Dia bangga karena bisa membeli apa yang dia mau tanpa meminta dari orang tua. Meski yang dia kumpulkan juga uang jajannya.
"Kerja bagus."
Johan tersenyum, dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Dengan cepat pemuda itu membereskan tasnya lalu berlari ke lantai tiga. Bella pasti sudah menunggu untuk pulang bersama.
Benar saja, di depan ruang klub menggambar, Bella berdiri dengan memegang sebuah buku tebal. Di sampingnya ada dua pemuda yang belum pernah johan lihat sebelumnya. Salah satu dari mereka tampak sedang menepuk kepala Bella akrab.
"Bella ayo pulang."
Johan menarik tangan Bella, menjauhkannya dari kedua pemuda itu.
"Kami ada acara makan malam bersama. Bisakah kau pulang sendiri saja?" Revan menatap Johan tajam, dia tidak suka dengan sikap kasarnya barusan.
"Kalau begitu aku akan ikut juga, Bella tanggung jawabku, jadi aku harus memastikan dia pulang dengan selamat." Johan menatap Revan sengit.
"Tidak masalah, kami tidak keberatan menambah seorang lagi." Ferdi berjalan tanpa peduli adegan dramatis di depannya. Yang ada di pikirannya adalah cepat makan dan pulang. Otaknya terlalu lelah untuk berpikir, membuat lukisan dalam waktu singkat sangat tidak bagus untuk otak.
"Ayo jalan, kita bisa pulang malam kalau tidak pergi sekarang."
"Baiklah." Revan berjalan menyusul Ferdi dengan tampang malas.
Bagaimanapun juga, Ferdi adalah orang tertua di sini. Dia selalu menunjukkan sikap hormat pada senior.
* * *
"Ayo duduk semuanya, ini warung makan paling enak di sekitar sini. Aku paling suka makanannya."
Sesampainya di warung yang berjarak tidak jauh dari sekolah. Revan mengajak mereka ke tempat duduk yang paling dekat dengan jendela. Dari sana mereka bisa melihat laut dengan jelas. Tempatnya berada di atas bukit sehingga pemandangannya jauh lebih bagus.
Angin berhembus pelan dan aroma garam tercium jelas. Benar-benar tempat yang bagus untuk menikmati pemandangan dan menyantap makanan.
"Pesan yang seperti biasa ya, untuk empat orang."
Revan kembali ke tempat duduk setelah memesan. Dia duduk di samping Bella sambil menatap Johan tidak suka. Rupanya dia masih marah karena kejadian tadi.
"Johan, nanti kita ke sini lagi ya, aku baru tahu ada tempat makan sebagus ini." Bella menatap laut sambil tersenyum senang.
"Baiklah kalau ada waktu aku akan membawamu ke sini." Johan menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari laut. Dia juga menikmati keindahan tempat ini. Bahkan dia melupakan kehadiran Revan dan Ferdi.
"Aku sudah tidak tahan lagi, Bella apa dia pacarmu?"
Revan memukul meja dan berhasil mendapatkan perhatian semua orang di tempat duduk itu.
"Tidak."
"Kalau iya kenapa?"
Bella dan Johan menjawab bersamaan. Keduanya saling berpandangan setelahnya. Bella dengan wajah bingung dan Johan dengan wajah kesal.
"Apa yang kau katakan Johan? Kita tidak punya hubungan seperti itu." Bella berbisik pelan.
"Dia ini mencurigakan, kurasa dia orang jahat. Jadi biarkan aku melindungimu." Johan membalas dengan yakin.
"Jangan berlebihan Johan, Kak Revan bukan orang jahat, dia mau mengajariku menggambar." Bella menatap tidak suka pada Johan. Menurutnya tidak baik berprasangka buruk pada orang yang baru kau temui.
"Hei hei aku mendengar pembicaraan kalian. Kau, beraninya berpikir seperti itu. Aku ini orang yang sangat baik, benarkan Ferdi?"
Pertanyaan Revan hanya dijawab dengan anggukkan pelan oleh Ferdi. Dia tidak tertarik bergabung dalam perkelahian anak kecil seperti ini.
"Tsk wajahmu saja terlihat seperti om-om yang suka dengan anak kecil." Tidak ingin kalah, Johan ikut mengatai Revan. Keduanya saling berpandangan tidak suka.
"Sudah makan dulu, ikannya sudah jadi."
Pelayan datang dan menaruh piring berisi ikan panggang di tengah meja. Ikan besar itu diselimuti bumbu dan aroma lezat terkuar di sekitarnya. Membuat perhatian mereka tertuju pada sang ikan.
"Ini nasinya."
Dengan lincah, pelayan menaruh empat piring nasi putih beserta sambal di meja.
"Aku yang traktir kali ini, silakan makan sepuasnya. Tapi bocah, kau jangan terlalu banyak makan." Revan berkata dengan bangga sambil menunjuk Johan.
"Aku tidak mungkin menolak pemberian selezat ini." Johan tersenyum sinis lalu mulai menyantap makanan dengan cepat. Bella dan Ferdi hanya bisa menatap kelakuan dua remaja yang masih seperti bocah itu.
"Oy sisakan untuk Bella jangan makan semuanya." Revan menatap Johan tidak suka.
"Bella hanya tertawa lalu mengambil beberapa potong ikan untuknya."
Napsu makannya memang sedikit sejak dulu, jadi tidak masalah, dia cepat kenyang.
"Bella selamat bergabung di klub kami."
Ferdi mengucapkan selamat di tengah kericuhan itu. Mereka bahkan lupa tujuan sebenarnya datang ke tempat ini. Yah anak muda memang selalu seperti itu.
* * *