Chapter 6 - 6

Bella berdiri di depan sebuah ruangan bertuliskan "Klub Menggambar." Setelah semalaman berpikir, Bella akhirnya memilih klub menggambar. Dia tahu dia tidak berbakat di bidang ini, tapi menurutnya tidak salah untuk mencoba hal baru.

Padahal kemarin dia mendapat tawaran dari klub renang dan lari. Meski terlihat lemah, Bella adalah atlit di SMP. Dia berhasil membawa pulang medali emas untuk kejuaraan seprovinsi. Sekarang dia ingin mencoba hal baru. Dia memang tidak ingin berurusan dengan dunia atlit lagi.

Menarik napas dalam untuk menenangkan kegugupannya, Bella mengetuk pintu.

Klek

Pintu terbuka dan seorang pemuda menyapanya.

"Ada perlu apa?"

Bella menatap pemuda itu dengan bingung. Baru kali ini dia melihat ada orang berpenampilan suram seperti anime kesukaannya. Tinggi pemuda itu hampir sama dengan Johan. Rambutnya dibiarkan panjang, poninya menutupi mata dan rambut belakangnya menutupi leher.

Tubuhnya putih pucat, ditambah seragam yang sedikit berantakkan. Dari sana, urat tangannya dapat terlihat dengan jelas, serta noda di ujung jari. Suaranya juga rendah dan terkesan datar.

"Aku anggota baru."

"Hah?"

"Selamat sore kak, maaf tidak sopan. Nama saya Bella, saya akan bergabung di klub menggambar mulai hari ini, mohon bantuannya." Bella menunduk dan memperkenalkan diri dengan sopan.

"Jadi kau anggota baru itu, ayo masuk." Pemuda itu berbalik dengan tampang malas.

"Masuklah, taruh tasmu di mana saja, dan kita bebas menggambar apapun di sini. Peralatan sudah tersedia di meja dan hanya ada tiga anggota di sini jika ditambah denganmu." Pemuda itu berjalan ke sudut ruangan dan melanjutkan aktivitasnya. "Kegiatan klub kita akan serius jika ada perlombaan."

"Um nama kakak siapa?" Bella menaruh tas di dekat sofa.

"Aku Ferdi."

"Kakak kelas berapa?" Sekali lagi Bella memberanikan diri untuk bertanya.

"Aku kelas tiga."

"Um kak boleh ak..."

"Bisa diam nggak? Lukisan ini harus jadi hari ini juga."

Sebuah bentakkan membuat nyali Bella ciut. Padahal dia hanya ingin akrab, mungkin belum waktunya.

"Maaf kak."

Bella melihat-lihat ruangan minimalis yang terlihat sedikit berantakkan itu. Ruangannya berada di lantai tiga, dari sana dia bisa melihat lapangan olahraga dengan jelas. Sofa diletakkan di dekat jendela hingga orang yang duduk di sana bisa terkena angin.

Bella ingin mencoba duduk di sana. Karena Ferdi sibuk dengan lukisannya, Bella berjalan pelan dan duduk di sofa. Angin yang berhembus pelan langsung membelai wajahnya. Bella tersenyum, dia berbalik, melihat lapangan yang penuh dengan anggota klub sepakbola.

Pandangannya terhenti di sudut lapangan, Johan berdiri di sana sambil memegang kamera. Tampaknya dia sedang memotret klub sepakbola. Matahari sore tepat mengenai wajah Johan. Tanpa sadar Bella terus memperhatikannya. Tak lama kemudian Johan tersenyum, membuat Bella ikut tersenyum.

"Dia memang tampan, wajar disukai banyak orang. Aku jadi iri."

Bella berbalik ketika mendengar bisikkan di telinganya.

"Aa kak." Dia salah tingkah, tidak tahu harus melakukan apa. Ada pria asing di sampingnya, dan tampak lebih tua darinya.

"Revan, ketua klub menggambar. Kau anggota baru itu kan. Terima kasih karena telah bergabung di sini. Aku sampai putus asa karena kekurangan anggota." Pemuda itu tersenyum ramah sambil memperkenalkan diri. "Namamu Bella, tidak apa kan jika kupanggil begitu?" Dia menerima formulir anggota yang dibawa Bella.

"Ferdi sibuk menyelesaikan lukisan untuk lomba. Jadi sekarang kita akan melakukan apa?" Revan membaca formulir Bella, tak lama kemudian dia mengerutkan kening.

"Err kau tidak bisa menggambar?"

Bella mengangguk sebagai jawaban.

"Lantas, kenapa kau ingin bergabung dengan klub ini?" Revan menatap Bella tidak percaya.

"Aku ingin mendapat pengalaman baru, dan belajar menggambar. Tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika berusaha kan kak." Bella berkata dengan semangat. Awal dia bergabung di klub renang dan lari juga karena dia ingin coba-coba. Setelah berlatih dia tahu dia bisa melampaui batas tubuhnya.

"Hm jadi sekarang aku akan mengajarimu dasar menggambar. Tidak masalah kau bisa menggambar atau tidak, kau menyelamatkan klub ini." Revan tenggelam dalam euforia. Pemuda itu memeluk Bella dan menepuk kepalanya sambil mengucap syukur.

"Kak Revan bi-bisa lepaskan aku. Napasku sesak." Bella memukul lengan Revan karena pelukkannya terlalu kuat.

"Anak baru bisa mati Revan." Ferdi dengan wajah malasnya menarik Revan dan dibalas dengan senyuman tidak bersalah pemuda itu.

"Kau sudah bertekad untuk belajar menggambar kan?"

Bella mengangguk sebagai jawaban.

"Aku suka semangat itu, aku akan mengajarimu dengan baik junior." Revan membuka salah satu lemari dan mengeluarkan beberapa buku dari sana. Dia menaruh buku itu di samping sofa.

"Sebagai dasar, kau harus mempelajari ini semua."

"Se-sebanyak ini?"

"Tentu saja."

Sekarang senyuman Revan terlihat seperti iblis.

* * *