Chereads / How to be Your Girlfriend? / Chapter 8 - Part 07

Chapter 8 - Part 07

Kim Namjoon.

Pria yang sudah lama mengejar gadis yang bernama Kim Yewon itu. Mari kita flash back tentang hubungan mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sejak kecil, Namjoon sering bermain bersama Yewon. Itu terhitung setiap hari. Namjoon selalu datang ke rumah Yewon untuk sekedar bertemu keluarga Yewon ataupun main ke luar membawa Yewon. Ya, bisa dibilang mereka bersahabat sejak kecil. Karenanya, orang tua Namjoon terlalu sibuk. Jadi, ayah dan ibunya menitipkan Namjoon bermain di rumah Yewon. Dan-----orangtua Yewon juga tidak keberatan. Mereka sangat kenal dan bahkan dekat dengan pria itu.

Sampai sekarang pun, Namjoon dan Yewon tumbuh besar bersama. Sejak sekolah dasar, mereka selalu satu sekolah. Hubungan mereka sangat dekat. Sampai dikira mereka pacaran. Huh! Sebetulnya Yewon lelah dan malas mendengar gosip konyol itu dari mulut-mulut murid lain.

Dia, hanya mencintai Min Yoongi. Itu sangat.

Soal orangtua Yewon, mereka tentu sangat menyetujui hubungan anaknya dengan Namjoon. Bahkan setelah lulus, rencananya mereka akan menjodohkan Yewon dengan pria itu. Tapi, baru rencana. Jika mereka sudah menemukan pasangan terbaik masing-masing, mungkin orangtuanya akan menerima keputusan itu.

Soal teman-temannya Yewon?

Kalau mereka, jangan ditanya lagi. Sudah pasti lebih mendukung Yewon dengan Namjoon itu. Padahal, sering kali mereka kesal dengan sikap baiknya Yewon terhadap Yoongi. Kelewat baik malah. Mereka tidak suka Yewon dengan pria Min itu sedari dulu. Mereka bilang, Yoongi tidak pernah ramah ke Yewon. Selalu membuat sahabatnya itu menangis.

Sojeong, Eunha, Yerin, Yuju, dan Eunbi sering kali memergoki Yewon menangis sendirian di tempat sepi. Tipe macam Yewon, sulit untuk diajak bersikap terbuka. Hatinya mudah terluka. Justru itu mereka bingung, mengapa gadis itu masih saja bertahan menghadapi Min Yoongi?

Apalagi Eunbi?

Dia itu anti sekali dengan Min Yoongi. Setiap bertemu pasti bertengkar. Dia sama sekali tidak pernah terima kalau Yewon diperlakukan begitu dengan Yoongi.

Ya, begitulah. Semuanya lebih mendukung gadis itu dengan Kim Namjoon. Hatinya saja yang salah, karena mencintai Min Yoongi. Tidak ada yang berada di pihak Yewon.

.

.

.

.

.

.

.

"Yewon-ah! Namjoon memanggilmu. Apa kau tidak dengar?" celetuk salah satu temannya, Eunbi.

Yewon terkejut bukan main saat Eunbi menggebrak meja tepat di hadapannya. Membuat gadis itu langsung tersadar setelah lumayan lama dia hanya terdiam. Melamun.

Pria berlesung pipi itu tersenyum menatap Yewon. Manis sekali. Lubang itu semakin terlihat jelas di kedua pipinya.

"Eoh, Namjoon? Ada apa?" Yewon langsung memutar tubuhnya menghadap pria Kim itu.

Menyodorkan sebuah novel kepada Yewon, "Kemarin, kau bilang suka novel yang ini kan? Aku membelinya semalam." titah Namjoon seraya tersenyum menatap Yewon.

"Ah, tapi aku kan tidak bilang ingin membelinya. Kenapa malah kamu membeli untukku?"

Namjoon mengelus perlahan surai gadis itu, "Tidak apa. Aku tahu kau suka membaca novel. Sahabat macam apa yang tidak ingin mengerti sahabatnya sendiri?"

Yewon terdiam.

Sebetulnya dia ingin sekali memiliki novel romance itu. Hanya saja, waktu itu dia kehabisan stok novel di toko buku langganannya. Padahal, novel itu baru terbit satu bulan yang lalu. Tapi, ketika Yewon dan Namjoon pergi ke toko buku langganan mereka tiba-tiba novel itu kosong. Habis sama sekali. Maklum, novel itu karya terbaru dari seorang penulis sekaligus mantan idol. Mungkin para fans nya berbondong-bondong untuk memborong novel itu. Tidak ingin kehabisan. Sama seperti Yewon.

"Kenapa kau bisa menemukan novel ini? Padahal, itu kan sudah soul'd out." ujar Yewon heran.

Namjoon terkekeh. Memperlihatkan senyuman penuh rahasia, "Ada. Aku mencarinya di sekeliling toko buku Seoul. Akhirnya dapat juga."

Yewon hanya kembali terdiam seraya menangguk pelan.

_____***_____

"Aish, perhatian sekali uri Namjoon-----"

Sial. Mulut ember teman-temannya itu selalu membuat suasana menjadi canggug diantara mereka. Yewon kesal sekali. Kan, tidak enak dengan pria itu. Setelah puas meledek, Yewon melirik sinis menatap sahabat-sahabatnya seperti mengintimidasi.

"Astaga----, matamu kenapa Yewon-ah? Sakit, eoh?" celoteh Eunbi.

Dia tahu Yewon kesal. Makanya, berusaha menenangkan gadis itu yang tengah berusaha menahan amarah dengan mengucapkan perkataan konyol. Iya, meledeknya.

Sedangkan, pria itu-----hanya menundukkan kepalanya. Menatap ujung sepatu. Tersipu malu, mungkin. Yewon bisa lihat pipinya yang sudah memerah.

"Ah, sudah tidak apa. Hehe----" Yewon tersenyum kecut. Malu dengan tingkah teman-temannya barusan. Jika tidak ada Namjoon disini, mungkin mereka sudah main jenggut-jenggutan.

"Terimakasih, Namjoonie----" ujar Yewon seraya tersenyum pada pria Kim itu.

Mengusak pucuk kepala gadisnya perlahan, "Kau senang, tidak?"

"Sangat!" Jeda, "Hehe.. Terimakasih Kim Namjoon. Kau memang yang terbaik." sahut Yewon.

Namjoon mengangguk seraya tersenyum manis. Masih menatap gadis itu. "Jangan lupa makan siang nanti, ne? Bawa bekal kan?"

"Tadinya bawa. Tapi-----" Yewon berhenti bicara, karena pria itu langsung memotongnya.

"Memberi ke Yoongi lagi?"

Tersenyum kecut. Gadis itu takut sahabatnya marah lagi. Sering dibilang. Jangan lagi mengejar pria dingin itu. Namjoon bahkan juga selalu memberinya saran untuk segera menjauhi pria itu. Namun, Yewon masih keras. Selalu mengabaikan perkataannya.

Namjoon membuang pandangannya asal ke sembarang arah. Sebetulnya dia ingin marah ke Yewon. Tapi, tidak mungkin di depan sahabat-sahabatnya, kan? Akhirnya, dia harus sabar. Menahan amarahnya.

"Ini yang terakhir. Besok-besok, jangan memberi perhatian lagi padanya." pekik Namjoon dengan wajah ketusnya.

_____***_____

Selalu bilang begitu.

Namjoon sebenarnya bosan mengucap kata-kata itu pada Yewon. Ah, begini----, sebetulnya Namjoon tidak bisa marah ke Yewon. Selama ini pria itu selalu memberikan banyak cinta pada Yewon. Tidak pernah memarahinya. Yewon salah, Namjoon tidak marah. Hanya menasehatinya. Selalu begitu. Jujur, memang pria itu tidak bisa meluapkan amarahnya pada Yewon. Entah mengapa?

Tapi, di sisi lain dia juga tidak terima jika Yewon diperlakukan cuek pada Yoongi terus. Kesal. Jadi, Namjoon hanya bisa bilang begitu lagi... lagi... dan lagi.

"Kalau begitu, makan siang bersamaku saja." Yewon mengangguk.

Dan pria Kim itu mengusak kepala gadisnya sekali lagi. Tapi, kali ini bersama dengan senyuman khasnya. Manis. Lesung pipi itu akhirnya terlihat lagi. "Aku keluar, ya?"

Yewon membalas senyumannya seraya mengangguk. Membiarkan pria itu pergi main bersama teman-temannya.

.

.

.

.

.

.

.

"Kalian semakin manis saja dilihat." ujar sahabatnya, Yerin. Dari tadi gadis itu hanya menompang dagu, memperhatikan perlakuan manis mereka.

"Iya, seperti Romeo dan Juliet. Cocok sekali." sambung Eunha.

Yewon terdiam. Malas saja menyahut  jika teman-temannya membahas topik itu. "Sudah ku bilang berkali-kali, dia hanya menganggapku sahabatnya. Masih juga tidak mengerti?"

"Hm----kelewat perhatian seperti itu namanya sahabat, ya?" celetuk Yerin.

.

.

.

.

.

.

.

Pletakk!

Satu sentilan keras sudah mendarat di kening Yerin. Yewon menyentilnya. "Akkh----sakit, tahu!" pekik Yerin.

"Masih ingin menggangguku?"

Yerin terdiam. Mempoutkan bibirnya ke depan seraya menekuk kedua tangannya di dada. Ngambek.

"Kim Yewon,----semua yang dikatakan mereka benar. Namjoon itu sangat peduli padamu. Tidak mungkin dia hanya menganggapmu sahabat. Lihat, memang ada, sahabat yang perhatian penuh seperti itu?" titah sahabatnya lagi. Sojeong.

Gadis itu menarik tubuh Sojeong ke dalam pelukannya. Ya, Yewon memeluk Sojeong. "Haaaa-----bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan, Sojeong-ah?" lirih gadis itu.

Mulai.

Sisi manjanya mulai muncul kalau sudah merengek seperti 아기  "agi" begini. "Dasar, maknae jadi-jadian!" pekiknya.

Yewon terkekeh.

"Yewon, mau ku nasehati sekali lagi?" ujar Sojeong kembali.

Gadis itu menarik bibirnya lebar-lebar. Alisnya ditarik ke atas, matanya  membulat menatap Sojeong. "Hm?"

"Aku serius, Kim Yewon."

Yewon mendengus, "Oke, apa?"

"Berhenti mengejar Yoongi."

Eunbi yang tengah asyik meminum banana uyu, langsung dilepasnya begitu saja dari genggamannya "Yaps, lebih tepatnya disini meninggalkannya." singkat gadis itu.

"Kau tahu, Yewon? Kamu itu adalah gadis terbodoh yang pernah ku kenal. Lihat, berapa banyak gadis-gadis yang mengejar Yoongi? Dan----bagaimana cara dia memperlakukan mereka juga?" Jeda, "Apa mereka sampai sekarang masih tetap keras mengejar pria dingin itu? Bahkan sekarang dia musuh terbesar para gadis-gadis di sekolah ini. Sikapnya cuek. Gadis mana yang tahan menghadapi sikapnya itu?" celoteh Sojeong.

"Dan kau, satu-satunya gadis yang keras kepala! Masih saja mau mendekatinya. Hatimu terbuat dari apa sih?" sambung Yuju.

Bibir Yewon membeku.

Sebenarnya, dirinya sakit hati dengan apa yang mereka katakan. Mungkin benar. Mereka mengatakan yang sebenarnya. Dia harus mengenal kata menyerah mendekati pria Min itu. Kebaikannya pun tidak pernah dianggap oleh Yoongi. Sering kali Yewon memperlihatkan sisi perhatiannya kepada pria itu. Namun, apa Yoongi akhirnya luluh juga? Tidak.

Bahkan, Yoongi sering mengucap kata 'Tidak akan pernah mencintainya' di hadapan Yewon. Membuat hatinya sakit yang kesekian kali olehnya.

"Yewon-ah, kau dengar tidak?"

Yewon sontak terkejut saat tiba-tiba Yuju menyenggol lengannya. "Ah, iya?"

"Ck, mau berpura-pura lagi dia." Eunbi memperlihatkan senyum miringnya.

Mereka menghela nafasnya kasar secara bersamaan, "Jujur, kami lebih mendukungmu supaya bisa berpacaran dengan Namjoon."

"Wae?" sahut Yewon seraya mendengus.

"Karena Namjoon lebih perhatian padamu, Yewon-ah! Tidak peka, eoh?" ketus Eunbi.

Wah, dialah yang rajanya marah-marah kalau hatinya benar-benar sudah kesal. Karena, tipe macam Eunbi itu akan bilang apa adanya jika itu yang hadir di dalam hatinya. Eunbi tidak suka berpura-pura. Bahkan, ucapannya sering kali savage. Membuat kami canggung seketika.

"Pikirkan matang-matang lagi. Apa habis ini kau masih ingin mengejar Yoongi?" ujar Sojeong.

Eunha pun sama. Gadis itu juga memilih untuk menasehati Yewon. Padahal, dia yang paling pendiam diantara kami semua. "Ya, coba kau perhatikan sikapnya Namjoon padamu selama ini." Jeda, "Dia selalu ada untukmu. Menjagamu di setiap saat kau meminta bantuan. Dia tidak pernah marah-marah dan bersikap kasar padamu, kan? Tidak seperti Min Yoongi itu!" ujarnya seraya menunjuk ke arah Yoongi.

Yoongi tahu, mereka semua tengah menggosipi dirinya. Tapi, Yoongi strong. Sudah biasa dibicarakan seperti itu setiap hari. Akhirnya, dia terlihat biasa saja dan selalu sama. Mukanya datar----tanpa ekspresi.

"Kurang baik apa lagi Namjoon terhadapmu, hah?" Jeda, "Ah, Kim Yewon-----kau benar-benar membuatmu emosi setiap kali membahas Min Yoongi itu." Eunbi memejamkan mata, seraya memijat keningnya perlahan.

Mengambil snack ditangan Eunbi, "Ya, segeralah jauhi Yoongi. Kami lebih setuju jika kau pacaran dengan Namjoon. Titik." pekik Yerin.

"Namjoon itu yang terbaik untukmu, Yewon. Aku yakin, kau akan bahagia bersamanya. Tidak dengan Min Yoongi. Hidupmu akan jauh lebih menderita jika kau dengan pria es itu. Perlakuannya tidak pernah menyenangkan untukmu. Lantas, apa dia mengenal kasih sayang?" celoteh Yuju.

Menggenggam kedua tangan Yewon perlahan, "Kau harus melupakan Yoongi, Yewon-ah---" Jeda, "Waktu belum terlambat. Segeralah bangkit dari sikap bodohmu itu. Aku yakin, hatimu masih bisa tertutup untuk Yoongi. Dan setelah itu, bukalah hatimu untuk Namjoon. Cintai dia seperti kamu mencintai Yoongi sampai sekarang. Kau akan bahagia, Yewon-ah." ujar Sojeong. Seraya tersenyum menatap Yewon manis.

.

.

.

.

.

.

.

Ah, bagaimana ini?

Apa yang harus ia lakukan? Mengapa hatinya diambang penuh dengan kebimbangan sekarang? Yewon bungkam. Rasanya tak ada lagi yang perlu dikatakan sekarang. Semua perkataan teman-temannya benar. Dia merasa tidak pernah bahagia bersama dengan pria Min itu selama ini. Lantas, dia berfikir. Apakah Yoongi benar tidak akan pernah mencintainya? Mungkinkah kali ini hatinya benar-benar akan tertutup untuk Yoongi? Dia masih tidak yakin.

Mungkin jika usaha, akan berhasil melupakan cinta yang bertepuk sebelah tangan itu. Yoongi tidak pernah menerima dirinya. Semua manusia pasti ada titik lemahnya jika dirinya merasa gagal dan tak berdaya lagi dalam mengejar suatu harapan. Oke, Yewon merasa selama ini harapannya terlalu tinggi untuk memiliki pria seperti Min Yoongi itu.

Dia, Kim Yewon----harus segera melupakannya.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~