Chereads / amarah bahagia / Chapter 9 - Bukan branded.

Chapter 9 - Bukan branded.

Pangeran casual menelusuri koridor kantor, diantara langkah tegas dan tubuh tegapnya, ia berwibawa, datar dan terlihat dingin.

jelas ini berbanding terbalik dg sikap sesungguhnya, sebuah keharusan dia adalah seorang atasan disana, dia direktur utama, dia bertahta di bawah naungan sang ayah yg kebetulan adalah raja di kantor itu.

"Selamat pagi pak.."Seorang security menyapa ramah dg sedikit menunduk.

Namun pria itu di buat kehabisan akal direktur tampan hari ini terlihat lain dari biasanya, apa dia salah liat atau memang berhalusinasi, kenapa direktur tiba tiba mendadak berpenampilan seperti ini, apa dia kerasukan roh pangeran casual?

Tentunya satpam bertubuh besar dan tegap itu takkan berani menegur atau pun menyapa, dia sang atasan manusia yg paling berkuasa atas dirinya, bisa bisa pagi ini ending tak di inginkan yg akan terjadi.

"Sshut, liat tu apa dia direktur keren kita?"

"Oh God, jangan sampai aku pingsan?"

"Cool boy, handsome boy, jadikan aku miliknya tuhan"

"Aku bahkan ikhlas jika hanya di jadikan simpanan semalam saja"

"Hari ini dia kerasukan apa, dia bak bintang bersinar di pagi hari"

"Ngacok, ini benar benar gila, sumpah keren"

"Tapi gaes? dia bukankah mengedepankan kerapian dan formalitas kerja?:penampilan adalah hal yg terpenting baginya, tapi kenapa hari ini dia terlihat seperti ini? ya walaupun sangat keren, tetap saja, ha mau mati aja rasanya"

"Bos mah bebas, kalau dia mau dg ku, dunia akan ku traktir"

Seperti itu lah gibah gibah receh dari mulut mulut wanita elegan, pintar dan cantik di kantor, mereka karyawan tapi seketika mendadak menjadi penggemar absurt.

Jangan heran, dari awal pria itu menjejaki tempat ini mereka memang menempatkannya sebagai idola, bukannya atasan, dia superstar, tanpa perlu sensasi segala mulut akan tetap berbicara dan menjadi tranding terhangat di lingkungan ini.

Jangan kira sang direktur tampan tak peduli dan tidak tau menau soal itu, hanya saja persetan dg semua itu, wajar dia bintang nya hal semacam ini adalah konsekuensi yg harus di terima kala menjebak diri sebagai manusia tertampan sejagat.

"Pagi pak bani..."seorang wanita seksi mengenakan baju yg membentuk lekuk tubuh, di tambah gelagatnya yg menggoda menambah sensualitas nya semakin ketara.

"Ya pagi"jawab sang pangeran wajahnya sangat datar dan dingin.

Direktur itu terus melangkah tegas ke arah ruangan khusus dirinya, tanpa lagi peduli dg keriuhan yg mendadak ia ciptakan sendiri pagi ini.

Menghempaskan pelan pantatnya pada kursi kebanggaan itu, diam sejenak, menarik nafas dalam dalam, hari ini benar benar terasa menyesakkan.

Dari ujung sana, seorang pria tak kalah tampan namun dia bukan idola tapi pria paling di takuti, di jauhi, apa dia hantu?

Tidak dia sang manager pangeran kedua di kantor tersebut, semua memanggilnya antagonis, manusia yg menjadi sasaran kebencian.

"Apa apaan ini? bubar... bubar..ini kantor bukan pasar...kalian kira ini warung? kalau ingin bergosip pulang saja..."pria itu berteriak di wajah tampan yg mengganas dan tegas.

Mendiamkan seisi koridor menertibkan para murit murit nakal tsb, menciptakan keheningan seketika.

Wajah mereka berubah masam, di tekuk, mulut mengerucut, menggumel dalam hati, mendongkol tanpa berani menjawab sepatah katapun, merundukkan kepala kembali ketempat masing masing.

Para pria mereka semua menahan tawa, betapa tidak gadis gadis yg ada di kantor itu tak melirik mereka sama sekali.

Belakangan gosip selalu mengenai direktur keren seperti tidak adalagi topik yg harus di bahas selain itu, jelas para pria berkelas dan cerdas itu kepanasan di ruangan full AC tersebut.

Sang manager melangkah ke ruangan nya setelah berhasil menciptakan kebisuan sesaat.

"Tin..tin..tin.."Ponsel manager itu berdering.

"Hallo...ya baiklah"dia menutup tlp itu, tangan pria ini tak jadi menyentuh handle pintu ruangan nya dan malah mengarah ke arah lain, seperti telepon barusan adalah dalangnya.

Sang manager nyaris menjatuhkan bola mata dg mulut ternganga, mendapati seseorang yg sangat di kenal nya terlihat aneh saat ini.

"Ha..bos..lo amankan? apa ada gitu hari kencan sedunia? ha?"dia tersenyum miring.

"Diam Lo?"jawaban ketus sang direktur.

"Apa gue harus diam?"manager itu mengedikan bahunya.

"Lo tau kan, hari ini meeting penting? harga diri gue?"

"Ya gue tau, lalu?"manager itu mengerinyit.

"Lo pikirin deh gimana caranya menyulap gue menjadi seorang direktur?"sebuah ungkapan yg membuat akal sehat sang manager terlindas, berguling guling tak karuan, sulit sekali di cerna.

"Bos lu, ini masih pagi jangan paksa gue dg bahasa isyarat lu yg aneh itu?"rengek nya kemudian.

"Liat penampilan gue? adik tolol? farel ku tercinta"dia menjitak kening manager itu.

"Ya lo keren, ganteng banget pokoknya hehe"jawaban yg polos.

"Mungkin gak gue seperti ini menemui client kita?"Bani melotot tajam.

"Hmm tau hari ini meeting penting, tapi Lu malah dandan seperti ini? gue bisa apa sekarang? apa lu mau minjam baju gue?"

"Ha lu emangnya gak ikut presentasi hari ini?"

"Iya, habisnya lu membingungkan?"

"Pokonya pikirin sendiri, gue gak mau tau kalau gak lu gue pecat "sebuah ancaman yg membuat Farel bergidik ngeri.

apa semua bisa di katakan kesalahan nya, orang ini otoriter sekali dg hidupnya, seenaknya mentang mentang dia direktur.

Namun manger tampan ini harus berfikir mau tak mau, dan akhirnya memukan sebuah ide, yg membuat nya tersenyum manis.

"Mintak duit?"kemudian menampungkan sebelah tangannya ke arah Bani.

"Seriously?"Bani mengerinyit.

"Iya cepat, buruan, kita di kejar nih sama bule jerman, ayo?"desak nya di ikuti rengekan manja.

Bani merogok koceknya, dan melirik disana, tak ada selembar kes pun yg ia punya, dia lantas menatap Farel mengerinyit.

"Sini ATM, credit card, ah pokoknya yg bisa menghasilkan duit?"sergahnya lagi.

Pangeran itu dg pasrah memberikan ATM miliknya kepada manger tsb di wajah yg polos dan tak mengerti, namun terbesik sedikit keyakinan menager itu tak mungkin akan menyesatkan dirinya.

Farel tersenyum licik, menatap dg tajam, dia berlalu pergi membawa ATM milik direkturnya tsb.

*

Fauziah melangkah bimbang ke arah sebuah kantor yg sangat besar, itu gedung seperti pencakar langit saja, sangat besar ini kantor berlogo AA, mungkin itu nama perusahaan yg akan ia jejaki.

"Besar sekali? apa ini kantor yg di rekomendasikan Bani buat aku? apa aku salah alamat ya?"gadis itu mengerinyit.

Dia melangkah menanyai seseorang disana, menunjukkan alamat yg ia bawa, dan benar orang tsb mengangguk.

"Maaf pak, saya mau melamar pekerjaan disini"gadis itu bertanya ragu ke pada security berdiri tepat di depan pintu masuk.

"Oh ya nona, silahkan saya antar ke sekretarisnya manager"jawab ramah satpam tersebut.

Fauziah mengikuti debaran jantung nya yg kian tak menentu, benarkah tempat ini akan memberikan kehidupan layak baginya atau ini sebuah mimpi lagi?

Namun gadis ini harus paham ini kantor besar tempat dimana para manusia manusia pintar, cerdas berpendidikan berada, dia harus mengikuti setidak nya berlaku selayaknya agar tidak terlihat bodoh.

Fauziah sedikit kagum, di arah koridor sepintas Mata indahnya di manjakan dg orang orang berpakaian rapi, cantik, keren sibuk dg tugas masing masing, tak sedikitpun melirik ke arah lain, mereka terlihat very smart di mata gadis polos ini, apa bisa Fauziah kampungan bergabung dg mereka?

"Maaf buk Leena? ini mungkin karyawan baru yg di bilang pak direktur kemaren?" satpam tadi menyerahkan fauziah kepada wanita sexi sekretaris manager di kantor itu.

"Oh, ya..waw very beautiful, ok!"Leena melirik gadis itu mengitari seluruh lekuk tubuh Fauziah dari bawah hingga atas.

Sang satpam berlalu pergi, Leena mendekati gadis itu pandangannya saja membuat Fauziah kikuk dan gugup, wanita sexi ini apa yg akan di lakukan nya? tatapan nya seperti silet saja, ngeri? pikir si polos itu.

"Silahkan duduk dulu, manager sedang ada urusan, tunggu sebentar ya"ucap nya kemudian dg ramah.

Meski ragu Fauziah hempas pelan pantat nya di sofa empuk itu, Leena si sexi kembali ke arah meja kerjanya, seperti nya gadis ini banyak pekerjaan yg harus di selesaikan nya hari ini.

Fauziah menatap sekretaris itu yg sibuk memilah milah beberapa file yg entah apa, sepertinya sangat penting .

Melihat wajah serius wanita itu seketika si polos ini tersenyum manis, Leena terlihat cantik kalau lagi serius seperti itu, dia sangat berkelas, kompeten dan bertanggung jawab, itulah anggapan pertama gadis lugu ini terhadap sekretaris tsb.

*

Farel memasuki ruangan direktur dg menenteng beberapa paper bag, sedikit membuat pangeran casual tersentak.

"Nah ini dia? semua nya lengkap, lu bersiap deh sekarang"Farel tersenyum seringai sembari menyodorkan tentengan yg ia bawa.

"Wah...lu memang kebanggaan gue, lu dapat dari mana? ini bukan branded?"Bani mengeluarkan semua isi paper bag tsb, dia takjub namun terdengar seperti sindiran.

"Memang bukan branded, ini semua gue beli di seberang kantor, ya setidaknya ini lebih baik dari pada lu dibilang meremehkan para bule itu?"jawab sang manager.

"Ya lo benar"Bani mengangguk.

"Cepat ganti pakaian lu"desak Farel kemudian.

Sang direktur menurut tanpa protes lagi, apalagi waktu semakin dekat, Farel kemudian menduduki kursi direktur itu, tersenyum dan berbangga bangga diri.

Entah apa yg ada dalam fikiran mereka, dua pimpinan yg terlihat tanpa jarak.

kesempatan berdua menghilangkan formalitas mereka masing masing, wajah dingin, wajah seram yg biasa mereka tunjukkan kepada para karyawan lain seakan lenyap tanpa syarat.