Chereads / amarah bahagia / Chapter 10 - Janji Bani.

Chapter 10 - Janji Bani.

Sang direktur berlagak layaknya direktur, dia telah mengganti style menghebohkan hari ini dg semua pakaian yg di bawa oleh sang manager.

Jas abu tua berpadan kemeja navi, selengkap nya semua terlihat sempurna meski hanyalah sebuah barang murahan baginya, setidak nya hari ini direktur utama tidak akan di permalukan justru mungkin mendapat kembali pujian.

"Apa gue lebih baik?"tanya direktur itu kemudian.

"Ok bangat lu keren bos"jawab Farel, tersenyum sangat puas disertai anggukan.

"Siap tempur adik?"sang direktur tersenyum licik, bukan itu sebuah senyuman penyemangat bagi lawan bicaranya.

"Yeah,of course"jawab pangeran kedua itu dg pasti.

"Ok! sebelum kita menuju medan tempur hari ini, gue mau berterimakasih sama lu"

"What?"pangeran kedua mengerinyit, tak biasanya pangeran utama berucap demikian, meski sederet prestasi yg telah ia raih selama menjadi manager di perusahaan tsb.

"Ya lu udah nyelamatin harga diri gue hari ini, lu bisa gue andalkan, lu adik terbaik gue"Bani menepuk pelan pundak manager itu.

"Ha itu, tapi apa cuman terimakasih aja nih yg gue dapat?"Farel tersenyum seringai, dia mengharapkan lebih dari ini.

"Gak, bukan itu saja, seandainya kita menang hari ini lu gue kasih mahar"

"What? mahar? lu mau ngelamar gue?"mata Farel melebar.

"Tidak, sekian lama menjadi adik gue lu masih aja gak ngerti bahasa kakak lu ya?"Bani kembali menjitak pangeran kedua, pria itu mengusap kening nya, sedikit perih disana.

"Maharnya itu gue janji sama lu seandainya kita menang hari ini dan bule jerman itu tunduk terhadap kita, gue bakal kabulin apapun keinginan lu, terserah lu mau mintak apa?"ucap pangeran utama tegas.

Sebuah janji besar, dalam benar, apa tidak akan menimbulkan masalah nanti nya di kemudian hari.

Seperti nya direktur muda ini benar benar serius dg ucapanya, tanpa memikirkan akibat dari janji nya tersebut.

Manager itu mendadak sumringah dg mulut ternganga, haruskah bahagia dg ungkapan barusan? atau jangan mempercayainya? tapi dia seperti nya serius dg ucapanya?

"Lu yakin bos?"Farel menekankan dg tegas, menatap pria itu dg pekat.

"Ya lu mau apa? rumah mewah, mansion, apartemen, penthouse atau lu mau mobil sport keluaran terbaru, katakan saja semua gue kasih, tapi ya syaratnya seperti yg gue katakan tadi "Bani tersenyum miring.

"Ok gue terima tantangan lu, gue bakal bikin itu bule bertekuk lutut di hadapan kita ha,jangan ingkar ya, awas kalau lu nanti ingkar gue pecat lu jadi kakak gue"ancaman macam apa itu? pengeran kedua memang konyol, tapi itu cukup serius meski terdengar seperti guyonan semata.

"Emangnya Lo mintak apa dari gue?"

"Nanti aja, habis perang selesai dan gue keluar sebagai pemenangnya"Farel tersenyum licik, disambut hangat oleh sang direktur utama.

Ini hal yg sangat di inginkan oleh sang direktur semangat manager cerdas yg menggelora tiada tara membatunya menghilangkan sedikit rasa pesimis itu.

Ungkapan barusan seperti amunisi penting yg akan membuat pria itu takluk dan mengikuti semua keinginannya tanpa ajuan syarat apapun lagi, anggap saja itu sebuah motivasi berani seorang direktur utama.

Jelas betul pangeran utama mengetahui kelemahan sang manager, iming iming yg di katakan barusan di anggap sebagai janji hidup dan mati oleh seorang pangeran kedua tersebut.

"Ayo kita berangkat "ucapan itu seperti mereka akan kelain tempat saja, padahal hanya berada di lantai tiga tepatnya meeting teranyer sepanjang sejarah itu di lakukan.

Saling rangkul dan terlihat sangat akrab sahabat sejati dalam dunia nyata, meski hanya seorang atasan dan bawahan mereka mewakili betapa pentingnya sebuah kerjasama dalam sebuah bisnis.

*

Fauziah mulai sesak, celinguk celinguk tak menentu, dia juga berdiri dari tempat duduk nya saat ini, mengitari lagi daerah sekitar, manager yg sedari tadi di tunggui nyatanya juga tak tampak batang hidungnya.

Sekretaris cantik lagi sexi itu juga meninggalkan nya tanpa sepatah kata seperti lupa kalau gadis itu sedari tadi menunggu disana.

"Huft, gerah, apa seperti ini cara memperlakukan calon karyawan? aku gak di anggap begitu? tau gini mending pulang"upat Fauziah.

Gadis ini belum mengerti bagaimana pedih nya menjadi seorang karyawan baru, kita di tuntut bisa mengerti orang tanpa di mengerti pula oleh mereka, perasaan kita seperti apa, itu bukanlah sebuah hal yg harus di pertanyakan.

"Luvgimana sih? nanti malam itu ada pertemuan penting dg client kita di Kaguya hotel,lu malah berangkat ke Jerman? yg benar aja lu ngebiarin gue sendiri ngurusin ivent itu?"seorang pria berucap demikian, seperti nya pria itu berbicara lewat telpon, kebetulan tanpa di sengaja Fauziah mendengarnya.

Gadis itu seperti mengingat sesuatu kala mendengar percakapan pria barusan, dia mengerinyit heran penuh pertanyaan yg menyelimuti benaknya.

"Apa? Kaguya hotel?"Fauziah memejamkan mata sesaat.

Dalam ingatan gadis ini dia melihat sebuah kamar mewah dari sebuah hotel kenamaan negri, mirisnya Fauziah menangis tersedu sedu disana tanpa tau apa sebabnya.

Dia menangis di kasur dg tubuh yg di tutupi badcover putih yg sangat halus dan lembut, entah siapa yg sedang berada dg nya di kamar itu, sepertinya dia seorang pria berdiri membelakangi gadis itu, clue yg jelas si pria mengenakan kemeja putih.

Ingatan gadis itu seakan mengutuk pria tersebut tentang apa yg terjadi pada dirinya saat itu, sebuah ketaksaan yg luar biasa.

"Apa ini? kau? aku keterlaluan kau tau? ini tidak mungkin? hikhikhik...."gadis itu tersedu sedu, meremas sprei mewah kelas lima yg ia tiduri.

"Ampuni aku Tuhan? siapa keparat itu?tolong kau Carikan dia? Carikan dalang di balik kejadian ini, aku tidak terima, ini menyakitkan"tambahnya lagi, suara gadis itu semakin serak karna tangis yg semakin menjadi.

Fauziah lantas tersentak membuka matanya, nyaris jatuh dari sofa yg ia duduki saat ini, nafas gadis ini seketika memburu dg cepat, keringat mengucur deras di wajah cantik nya.

"Aah ingatan apa barusan? eh apa aku halu? ya Allah, apa yg terjadi dg ku? aku gak tidur tapi kenapa aku malah bermimpi?kejadian aneh apa tadi itu? kenapa? apa aku gila?"Fauziah dirundung rasa ambigu entah perasaan dan ingatan apa barusan itu, miris dan menyakitkan.

Dia tidak sedang tertidur seandainya itu mimpi, halusinasikah? bahkan Fauziah sendiri belum pernah mendengar nama hotel yg barusan di sebut oleh pria itu, apa lagi menjejakinya, dia baru di kota ini mana mungkin mengenal tempat semacam itu apalagi tidur disana dg seorang pria.

Sebuah ingatan yg aneh bagi gadis sepolos Fauziah, barusan itu hayalan atau memang nyata pernah terjadi pada dirinya, entahlah gadis ini bisa hilang kewarasan kalau terus terusan menemui hal di luar nalar seperti ini.