Chereads / amarah bahagia / Chapter 59 - Binal Boy.

Chapter 59 - Binal Boy.

"Don't...Don't..Don't touch me, menyingkir kau, brengsek"saat Al mendekat niat hati untuk minta maaf, Fauziah justru semakin menghindar.

Wajah gadis itu kacau balau, layaknya kain yg belum di setrika, dia terus melangkah mundur, namun Al cukup gigih dia terus mendekati dan mengatupkan kedua tangannya.

"Zi...Maaf...Zi"keluh tuan tanah muda, dalam penyesalannya.

Ziah tak peduli itu, siapa suruh menerobos tanpa ampun, ini akibatnya Macan Betina hidup demi harga dirinya.

Ziah membelakangi tuan tanah muda dg langkah yg di percepat namun kalau tidak gigih bukan Al namanya, laki laki itu menarik dg paksa pergelangan Fauziah dan membawanya kedalam dada bidang nya yg kokoh, Ziah memberonta namun tangan itu begitu kuat, tenaga tubuh langsing Fauziah tidaklah cukup melawan Al Wijaya yg kokoh perkasa.

"Maaf kan aku Zi, aku janji tidak akan mengulanginya"mohon tuan tanah muda.

"Tidak, lepaskan aku, Keledai Liar"teriak Ziah.

"Aku tidak akan melepaskan mu, kau milikku Zi, jangan kira aku lemah ha"tuan tanah muda semakin sengit, jiwa lakinya meronta ronta, dia angkuh dan mulai agresif.

"Apa kau bilang, setan sialan, aku bukan milikmu, aku tidak sudi, kau menjijikkan"Fauziah kedua kalinya menggigit tangan laki2 itu kembali dan lagi, yg membuat tuan tanah muda melepaskan jerat nya.

"Plak.."Lagi dan lagi tamparan keras menerpa pipi Al Wijaya, membuat laki2 itu memerah padam, air mana, air, padamkan api tuan tanah muda yg sepertinya mulai menyala.

"Cukup, wanita jalang..."Sarkas pria itu dg keras nya, wajah tampan itu menggelap di kuasai amarah, Fauziah melihat sisi lain dari kelembutan yg pernah dia terima, tubuh gadis itu bergetar hebat, wah ini ternyata wajah asli kamu bajingan? Pikir Ziah.

Gadis itu merasa dirinya sudah tidak aman lagi, dia lekas berlari sekencangnya menghindari kelakuan tuan tanah muda yg bisa saja memburuk, tidak peduli meski wajah seperti lukisan anak TK. Menyelamatkan diri saat ini lebih penting.

"Briiiik...."Lengan gaun Fauziah robek seketika, karna tarikan tangan Al Wijaya sehingga keti si cantik itu sedikit terekspos.

Gadis itu menatap Al Wijaya penuh amarah dan rasa jijik tingkat dewa, dia sangat kasar.

"Maaf Zi...Berhenti sayang, dengarkan aku?"Pinta Al Wijaya yg kembali melunak.

Tapi bagi Ziah itu hanyalah bulsyet, laki2 itu tidak manusia dia monster, begitu gambaran Ziah saat ini.

Ziah terus berlari sekencang mungkin, namun Al Wijaya tetap mengejarnya, akhirnya hells runcing yg entah beberapa senti itu mendarat di kepala tuan tanah muda hingga pria itu tersungkur, dan Ziah kembali meneruskan pelariannya.

"Ayah....Ibu...."Dg nafas terengah dan dandanan yg kacau balau, rambut acak acak serta robekan di lengan bajunya Fauziah akhirnya sampai di rumah orang tuanya bahkan tanpa alas kaki.

"Ayah..."Ziah terus berteriak di depan rumahnya, memanggil kedua ortunya air mata mengalir di wajah nya yg ketakutan karna sikap buruk Al Wijaya.

"Ay..Ummph"teriakan Ziah terhenti tak kala ada yg membungkam mulutnya dari belakang, siapa lagi kalau bukan setan sialan itu.

Ziah memberonta, berusaha melepaskan dirinya, namun Al mencekal dg kuat tangan kecil gadis itu dari belakang.

"Dengar jika kamu tidak mau diam, aku akan lebih keji dari ini"Bisik laki2 itu, membuat telinga Ziah serasa ingin pecah.

Ziahpun melunak mengikuti alur tuan tanah muda, tapi jangan kira gadis itu lengah, dia hanya ingin tau apa lagi yg akan di lakukan laki2 itu terhadapnya guna berjaga jaga, tidak ada gunanya terus meronta, laki2 itu gila dan harus di tangani dg cara yg halus.

Akhirnya mereka menghempaskan pantatnya pada serambi rumah Fauziah, yg saat ini sepertinya kosong karena sedari tadi Fauziah berteriak tidak ada satupun yg membukakan pintu untuk nya.

"Minum dulu sayang..."Al menyodorkan sebotol minuman, wajah nya tampak tenang kembali tidak ada ke binalan disana, Fauziah bisa menangkap sinyal itu.

Gadis itu mengatur nafasnya dan meminumnya, seketika botol air mineral itu kosong, tegukan Fauziah hanya satu tarikan nafas, gadis itu kehausan setelah lari maraton yg entah berapa kilo.

Al Wijaya merintih kesakitan menyaksikan calon istrinya dg keadaan seperti ini, ada apa dg tuan tanah muda? Apa dia mempunyai dua kepribadian? Pribadi ganda? Dan kenapa Ziah tidak mengetahuinya? Atau ini terjadi karna sakit kemaren? Binal boy, atau Gentleman? Al mengacak acak dan membolak balikkan hati seorang Fauziah.

"Aku minta maaf, aku di luar kendali, sungguh sayang maafkan aku, aku menyesal telah berbuat kasar, maafkan aku"lirih tuan tanah kemudian dia bersimpuh di kaki gadis itu.

"Berdiri Al"perintah Ziah.

Al Wijaya menggeleng dan tertunduk.

"Ayo berdiri"Ziah kembali berteriak dan meraih pergelangan Al dan membawa pemuda itu duduk disampingnya.

Gadis yg baik dia tidak dendam atas perlakuan tadi, tadi itu sungguh tidak bisa di maaf kan, tapi kenapa Fauziah justru sebaliknya, gadis yg memang impian para pria Fauziah ini.

"Pulang lah, aku baik baik saja"Ziah menatap pria monster itu dg tatapan teduh, Al Wijaya hanyut dalam kenyamanan gadis itu.

"Maafin aku Zi...I am so sorry my dear, aku tidak pantas di sebut lelaki, aku ..."

"Ssst....Sudah, pulang dan istirahatlah"jawab Ziah lembut dg 2 jari yg menempel di ujung bibir tuan tanah muda tsb.

Al berhamburan memeluk gadis itu dan terisak disana, Ziah menangkap sebuah analisa yaitu saat ini tuan tanah muda sedang depresi dan tertekan oleh obsesinya sendiri.

Rasa ingin memiliki yg tinggi rasa takut kehilangan itu bukan lagi di nama kan cinta namun sebuah obsesi yg berlebihan.

Tuan tanah muda terbaring lemah cukup lama beberapa bulan dan itu sangat mempengaruhi mental nya, seharusnya Fauziah sadar sedari awal.

Namun rasa untuk melindungi diri nya sendiri ketidak relaan dia di sentuh laki2 manapun selain Alvino muda, itu lah yg membuat Ziah kalut dan tidak bisa mencerna emosi dg baik.

"Kamu yakin tidak apa apa?"Al merenggangkan pelukannya.

"Yeah, aku baik"

"Kamu marah sama aku?"

"Tidak, hanya aku minta sama kamu, jaga kesehatan kamu, tidur dan makan dengan teratur dan ingat hindari stres ok!"

"Aku berkata kasar sama kamu"

"Sudah lah lupakan semua itu, lihat cincin ini masih di jari manisku, apa kau ingin aku melepasnya?"Ziah menunjukkan jemari nya yg masih melingkari cincin pemberian tuan tanah muda, demi menjaga hati pria binal itu Fauziah menahan hatinya sendiri.

Yg sebenarnya terkoyak habis dg insiden barusan.

Al Wijaya tersenyum dan mencium jemari gadis itu, Fauziah kikuk dan menarik tangan nya dg cepat, sebetul nya masih risih di sentuh apalagi di cium meski hanya pada jemari itu saja.

"Aku pulang ya?"

Ziah mengangguk dan mengukir senyum indah, seindah mungkin yg akan membuat Al Wijaya kembali hanyut, meski wajah gadis itu sangat memprihatinkan akibat insiden tadi.