Berkebaya modern, warna merah mempesona, melangkah di antara barisan manusia manusia yg mengapitnya.
Meski tidak ada sehelai senyum lembut dari bibir gadis itu tetap saja semua mata tertuju padanya yg terlihat sangat anggun dan menawan, kecantikan memang tidak bisa mangkir dari gadis ini.
Deretan seserahan mewah telah memenuhi sebuah meja khusus yg di persiapkan untuk menampung timbunan pernik pernik berkelas tersebut.
"Kau lihat kak, aku berhasil menjadi pecundang sejati, ini bukan sebuah penghianatan, tapi the real karma, menempatkan dirimu di posisi pelampiasan, membawamu ke dalam amarah ku, menjadikan mu pengobat luka"gadis itu terus melangkah menelurusi setiap pasang mata, di dampingi sang kakak yg tak kalah ayu, sayang nalar nya tidak di tempat itu ikut menapaki luasnya semesta.
"Tuan tanah muda, lihat Bidadari mu, dia sangat cantik ya?"Kencana menggoda dan menyikut perut kencang laki2 itu, senyum palsu seperti kebiasaan gadis ini sekarang.
tuan tanah muda tersipu malu, mata tajamnya enggan berkedip, menyaksikan lenggokkan pelan calon kehidupannya.
"Sekarang aku mengerti di mana letak cinta itu sebenarnya, dialah kamu, aku mendapati kamu di kehidupan sebelumnya, dia yang ada di hadapanku selayaknya bukan lah cinta pertama ku, dan di saat aku menyadari nya semua terlambat"Fauziah berdampingan dg calon tunangannya mereka berdiri berhadapan, tapi gadis itu masih saja menjelajahi semesta.
Mulut bungkam tanpa garis senyuman di balas hangat oleh tuan tanah muda, dia seperti tidak mengerti perasaan gadis yg akan dia nikahi itu, mata pria itu di butakan akan cinta semunya.
"Kak, jika cinta adalah pengorbanan, maka ini pengorbanan ku yg sesungguh nya, kau pernah hidup di hatiku sebelum aku mengenalmu, kau lah the real my first love, yg telah kembali di renggut dariku, because, my stupidity"Fauziah mengulurkan tangannya, dalam kebekuan hati dan kekosongan netra seperti gadis yg di cekoki ilmu pengasih.
"Kak, apa masih ada kesempatan kedua atau mungkin ketiga untuk kita kembali merajut asa, aku remuk kak, fatuity ku menguasai diriku"tuan tanah muda dg senyum merekahnya menyematkan cincin pertanda penyatuan mereka di jari manis Fauziah.
Semua pasang mata memandang mereka dg haru bahkan para gadis muda yg hadir mengelus dada dg keserasian kedua insan ini.
"Kak, kenapa kau tidak ikut mati saja di saat aku telah mati? Dunia ini tidak menginginkan kita bersama maka dunia lain mungkin menerima kita"Fauziah berhasil menyematkan cincin di jari tuan tanah muda, gemuruh tepuk tangan memecah suasana yg sempat hening itu.
Fauziah tak bergidik dia sibuk dg dunianya sendiri, sekali Fauziah menyadari kenyataan ini dia langsung menumpahkan cairan netra kecoklatan itu.
Siapa sangka tiba2 cahaya muncul dari sorot mata gadis Korea ini, dia seakan menyaksikan sosok yg sangat di rindukannya, ada pada celah celah manusia2 yg hadir di tempat itu.
Seketika mata berbulu lentik dalam polesan Eye Shadow Nude itu melebar sempurna, bahkan menajam pokus pada satu titik, seolah hanya ada sosok itu di tempat romantis ini.
Fauziah menepuk pipinya, siapa tau ini adalah hayalan dan mimpi saja, karna melamun dan tak peduli.
Tapi terasa perih di pipi itu, ini nyata, Fauziah juga belum yakin, kemudian gadis itu menggosok kedua matanya hingga riasan nya sedikit berantakan masih saja sama ini dia ada di antara deretan tamu2 undangan itu.
"Bani..."Pekik gadis itu kemudian.
"Ha apa sayang, kamu bilang apa?"Tuan tanah muda mendengar pekikan Fauziah namun terasa samar karna hiruk pikuknya tamu undangan.
Fauziah tidak menggubris pertanyaan sang tunangan, bahkan matanya lupa berkedip.
Seketika gadis itu berlari ke arah obyek yg di lihatnya begitu nyata.
Sontak tuan tanah muda sangat kaget melihat tunangannya tiba2 melarikan diri dari tempat itu.
"Fauziah ...Kamu mau kemana?"Teriak tuan tanah muda, namun gadis itu tak menggubris.
Memaksa tuan tanah juga berlari mengejar nya.
Fauziah memeriksa semua tamu undang itu, matanya melirik lirik cepat dan menatap satu persatu setiap insan yg hadir disana, seperti kehilangan sesuatu.
semua heran, melebarkan mata menyaksikan tingkah mempelai wanita yg terlihat binal dan mulai tak terkendali.
"Zi kamu mencari apa sayang? Jangan seperti ini"Al menarik tangan gadis itu tapi di tepisnya dia tidak peduli apa yg orang lain kira.
Ziah terus berlari kesana sini mencari keinginan nya seperti seseorang yg sedang di rasuki.
Al Wijaya sampai terengah engah mengejar gadis ini, gadis itu sepertinya tidak ada lelah nya dia terus menelusuri di antara kerumunan para undangan yg sesak.
Ini pesta besar tuan tanah muda, jelas acaranya bukanlah sederhana seperti pemikiran kita, tidak ini pesta yg bisa di katakan paling besar di desa, menjalar dan menapaki setiap insan yg bersentuhan sedikit saja dg keluarga tuan tanah pasti hadir di tempat itu.
Jangan kira ini berada di dalam ruangan atau rumah besar tuan tanah sendiri, tidak itu sebuah lapangan luas yg di dekorasi dg sangat mewah dg segenap bunga bunga dan pernik pernik nya, berkilauan dari segalasa sisi, tanpa cacat sama sekali.
padahal baru sebuah pertunangan, apalagi pernikahan nya nanti mungkin mereka akan mengadakannya di luar angkasa sana, mana tau kan?
"Zi cukup Zi, semua orang melihat kita Zi"tuan tanah muda terengah engah, nafas pria itu terkuras habis ulah bingas nya sang tunangan.
Akhirnya sarah yg sedari tadi melihat saja kelakuan sang anak naik pitam, beranjak dan menghampiri gadis itu lalu memegang dg erat pergelangan tunangan tuan tanah muda dan "Plak.." Tangan Sarah mendarat dg keras di pipi sang gadis.
Fauziah terdiam memegangi pipinya yg merah bekas tamparan sang ibu, dia sedikit meringis kesakitan.
"Apa kamu sudah gila ha....?"Teriak Sarah, semua tamu undangan, keluarga termasuk tuan tanah muda terdiam membeku menyaksikan kerasnya Sarah terhadap sang putri.
Ziah diam hanya sebentar dia kembali seperti cacing kepanasan, mata indah masih dalam ketidak fokusan, dan mencari cari entah apa yg ia cari.
Padahal semua pasang mata menatapnya aneh tanda tanya besar seakan tergaris pada wajah semua orang saat ini.
"Fauziah Arzanetta..."Pekik Sarah, pak Kadir lantas memegangi sang istri yg hampiri saja menampar kembali gadis itu.
"Ibu...Ibu..."Ziah terengah engah nafasnya memburu berpacu waktu.
"Dek kamu kenapa?"Ariska lekas memeluk sang adik dan berusaha menenangkan gadis itu.
Fauziah menatap sang kakak, dia berurai air mata, tapi gerak tubuh gadis ini masih saja tak tenang, gelisah dan tak mau diam.
"Kakak, dia kak...Dia kak...Dia ada disini kak..."Dalam desahan nafas yg serasa hampir punah Fauziah terisak Isak.
Gadis payah ini seperti seorang yg kehabisan akal sehatnya saja.
"Dia siapa dek..Jangan seperti ini, kendalikan diri kamu, nyebut dek nyebut"titah Ariska raut gadis ini begitu khawatir dan getir akan kondisi sang adik.
Sementara pak Kadir membawa istrinya yg di kuasai amarah itu ke tempat yg lebih aman dami mendinginkan suasana.
"Zi ..Sepertinya kamu kurang sehat..Ayo kita pulang sayang, ayo ikut aku ya"tuan tanah muda lantas menggandeng sang tunangan, Fauziah menurut dan mulai sedikit tenang.
Ariska menghela nafasnya dg kasar, berfikir sejenak dan menyerap dalam2 omongan sang adik.
dapat lah kesimpulan kalau wanita itu sedang berhalusinasi, cinta nya yg berlebihan ke pada sang kekasih membuat gadis itu melihat nya ada di mana mana, dan hadir di setiap moment kehidupannya.