Chereads / amarah bahagia / Chapter 52 - Di ranjang yang sama.

Chapter 52 - Di ranjang yang sama.

"Mata, terlelaplah, ayolah, besok lu sudah harus ke kantor, ingat harus fokus ok!"batin Bani, berkali kali tubuh nya berguling guling di ranjang luas itu.

Sangat sulit sesulit itukah hanya sekedar tidur, apa Bani mulai terkena Insomnia semenjak kepulangan sang pujaan hati, atau ini sebuah rasa bersalah karna membiarkan wanitanya pergi begitu saja.

Alvino muda mulai kacau, dia lantas mengambil ponsel dan mencoba menekan kontak calon istrinya tsb.

"Hallo my dear, apa kamu sudah sampai disana?"Ucap Bani pelan, Ziah menggerutu disana semalaman ini harus tinggal dan menginap dirumah tuan tanah.

Sebuah permohonan dari Miranti yg tak sanggup ia tolak bagaimana tidak dia asal muasal penyakitnya tuan tanah muda, dia sihir itu atau dia lah tukang Santet yg mengirimkan penyakit aneh kepada tuan tanah muda.

"Iya sayang, aku udah sampai sedari tadi, apa kamu belum tidur?"Jawab Ziah, suara nya nyaris berbisik, tuan tanah muda sedang mimpi indah di sampingnya.

Takut nanti ia mendengar suara Fauziah dan terbangun bahaya juga bisa bisa besok adalah hari pemakaman tuan tanah muda.

"Gak aku gak bisa tidur, lagian kamu kenapa berbisik begitu ngomongnya? Apa ada orang disamping kamu? Ha?"Tuduhan Alvino muda benar adanya, Ziah seketika membulat kan mata.

"Ya ini udah malam sayang, nanti ayah dengar, aku yg di marahin?"Alasan Ziah, suara itu masih aja berbisik.

Bani mengerinyit dari sana, merasa Ziah berbohong tidak yakin alasannya adalah itu.

"Ah sudahlah, kamu bikin aku merinding, berasa ngomong sama Kunti"ketus Bani, api cemburu dan fikiran negatif seorang Alvino muda mulai berkobar sehingga keluarlah kata2 demikian.

Ziah malah terkekeh kecil, kebayangkan betapa lucunya raut kesalnya si tampan Alvino muda.

"Awas lo, nanti beneran datang, tau rasa"jawab Ziah kemudian, tiba2 tangan kanan tuan tanah muda menempel di pinggang Ziah, jantung Ziah berdebar oh tuhan apa dia mendengar percakapan Ziah dan Bani.

Ziah melirik tangan yg melingkar di pinggang nya itu, dan memutar bola mata ke arah wajah tuan tanah muda syukurlah ternyata dia masih terpejam pikir Ziah.

Kebayang kan betapa horor nya Ziah tidur satu ranjang dg tuan tanah muda, gila ini kedua kalinya mereka tidur diranjang yg sama setelah insiden kecelakaan SMP waktu itu yg merenggut kesucian Fauziah entah benar atau tidak begitulah fikir keduanya saat ini.

"Calon istri, hoi, hallo, aku masih disini, apa kamu ketiduran?"Teriak Bani dari balik tlp itu karna cukup lama Ziah mendiamkan dirinya karna sibuk mengenyahkan tangan tuan tanah muda.

"Iya aku dengar, ayo lah sayang tidur ya"

"Hmm ya baiklah, Night"jawab Bani dg nada memelas.

"Good night, my Bani, Miss you"bisik Ziah

"Hmm"bibir Bani mengerucut dan mematikan tlp itu.

Ziah menghela nafas panjang panjang, dan menatap tuan tanah muda disampingnya.

Sial kali tidur satu ranjang sama orang yg bukan suami, sedangkan calon suami sedang uring uringan disana entah apa yg ada dalam benaknya saat ini.

Ziah beranjak turun dari ranjang nya tuan tanah muda, dia merasa ini tidak benar dan memilih tidur di lantai, gak di lantai juga sih ada karpet mahal disana cukuplah untuk Ziah tidur cantik meskipun tak nyenyak.

*

"Hai bro?"Suara seseorang yg sangat di kenal Bani, tiba2 dia menimpuk tubuh Bani dg tubuhnya.

Membuat Bani yg baru saja terlelap itu terjingkat bukan main dan lekas menepis tubuh yg menindihnya itu.

"Woi, brengsek lu, ngapain lu disini, Astagfirullah, jangan2 lu setan ya?"Pekik Bani, dia benar2 kaget dan melebarkan kedua matanya sangat kesal.

"Hehe maaf, gue bukan setan, gue adek lu"jawab Farel kemudian bibir Alvino pungut mengerucut seperti adik manja.

"Ngapain lu kesini? Oh ya Tuhan gue baru ketiduran, kapan hidup gue bisa tenang ha?"Teriak Alvino muda, mata lelah nya dan hati galau itu baru saja merasakan indah nya tidur tapi malah di bangunkan dg cara yg sadis.

"Gue baru sampai, lu gak kangen sama gue?"

"Gimana lu bisa masuk kerumah ini ha?"Bentak Bani lagi, Alvino pungut semakin mengerucut.

"Are you forget with me? Kapan gue mau, gue bisa kesini? Suka suka gue dong, this is my house, my handsom brother "oceh Alvino pungut dg gayanya yg memelas.

Tidak ada yg salah dari ucapan nya barusan secara dia juga bagian dari Alvino meskipun hanya pungutan tapi status nya memang sudah di akui.

Seluruh dunia juga mengetahuinya, dia bisa lewat mana saja kalau ingin ke mansion Alvino tidak ada yg bakal mencegahnya mau malam ataupun nyaris mau subuh seperti saat ini.

Salah Bani kenapa tidak mengunci kamarnya, membuat Alvino pungut yg sedikit jahil itu masuk dg leluasa dan mengganggunya.

"Ya tapi kan lu juga punya kamar sendiri, adikku tersayang, kenapa harus ke kamar gue? Kenapa lu harus mengganggu tidur gue yg baru secuil ini ha?"Bani benar2 geram dg tingkah sang adik.

Farel tersenyum menyeringai seolah tidak merasa bersalah.

"Kan gue udah bilang, gue kangen sama lu, he..."Kilah Alvino pungut, membuat Bani semakin geram dan melempar bantalnya ke arah Farel.

"Pergi gak lu?"Bani semakin bersungut sungut.

"Kakakku, izinkan gue tidur disini, gue capek seharian nyetir sendiri, apa lu tidak kasian sama gue? Ayolah please"Alvino pungut merengek sampai mengatupkan kedua tangannya.

Alvino muda sampai menepuk pelan dahinya karna ulah Farel tsb, bahkan Bani juga mengacak acak rambut terawatnya sangking kesalnya dg tingkah sang adik.

"Ok! tapi lu mandi dulu deh, jangan cemari kasur gue dg bau kambing lu itu, paham"tegas Alvino muda, Farel pun tersenyum dan menuruti keinginan sang kakak, dia lantas bergegas ke kamar mandi.

Bani menghempaskan nafas dg kasar dan berguling kembali untuk mengulang tidurnya yg sempat tertunda tadi.