"Ibu tolong dengarkan Fauziah, sekali aja"pinta Fauziah kembali dg tatapan lekat ke arah sang ibu yg saat ini di penuhi amarah sekaligus pipi yg basah karna tetesan air mata kekecewaan.
"Tidak ada lagi yg harus ibu dengar dari kamu, ibu sudah mengetahui semuanya, termasuk dosa besar yg kamu lakukan 10 tahun yg lalu, ibu kecewa sama kamu, ibu tidak pernah sangka putri kesayangan ibu yg ibu bangga banggakan selama ini begitu tega mengkhianati ibu, kamu berbohong termasuk tentang perasaan kamu sendiri"jelas Sarah nadanya terdengar melunak namun sedikit serak karna tangisnya.
"Fauziah salah, tapi 10 tahun yg lalu itu semua bohong bu, itu tidak benar, Fauziah yakin kalau ada seseorang yg menjebak Ziah waktu itu, Ziah bahkan tidak ingat apa2 saat itu, ibu harus percaya sama Ziah "
"Bagaimana ibu bisa percaya sama kamu, semalam aja kamu tidur di rumah tuan tanah dan tidak mengabari kami, bahkan tidur di kamar Al"sergah sang ibu, matanya melotot tajam ke arah Fauziah yg hampir tenggelam oleh air mata nya sendiri.
"Ziah minta maaf ibu...Buk Miranti yg memaksa Ziah menginap disana dan menjaga Al, itu saja Ziah tidak melakukan apa apa dg Al, ibu harus percaya"Ziah berusaha meyakinkan dan menggenggam erat tangan sang ibu lalu memeluknya namun sang ibu tidak membalas sama sekali meskipun Sarah tidak bisa berbohong kalau dia sangat merindukan sang putri.
"Kamu harus menikah dg Al, dan itu harga mati untuk kamu, tidak ada bantahan lagi, sebagai penebus semua kesalahan yg telah kamu lakukan terhadap keluarga tuan tanah"ucap buk Sarah kemudian dg nada yg dingin, hatinya seperti sudah membeku.
Fauziah melepaskan pelukan nya, dan mata yg mulai sembab itupun melebar, jerit tangis seketika menghilang Ziah diam membatu dg mata melotot tajam, sedang Ariska hanya terdiam begitupun pak Kadir.
"Sekarang kamu bersihin diri kamu dan kembalilah ke rumah tuan tanah, kamu bertanggung jawab atas sakit nya tuan tanah muda, kamu harus merawatnya hingga dia sembuh dan kalian akan menikah setelah itu."Tegas Sarah lagi, Fauziah menggeleng tidak mampu berkata apa apa, kenapa dia yg harus jadi tersangka atas kejadian ini?
Apa salah nya Fauziah? Dulu dia mencintai Al namun tuan tanah muda itu mengabaikannya, dan dia masih saja di persalahkan saat ingin bersatu dg nya.
Tapi sekarang saat Fauziah mulai melupakan laki2 itu dan mencintai sosok lain kembali dia harus bertanggung jawab atas segalanya bahkan pernikahan adalah hukuman baginya.
Perasaan Fauziah di pertaruhkan disini seperti di tarik dan di ulur lagi, kehidupan dan kisah cinta pertama seperti tidak mau usai, jungkir balik seperti Roal Coaster.
Fauziah melangkah mundur, menggelengkan kepala dalam diamnya, Ariska bergegas menopang tubuh Fauziah saat gadis itu hendak terjatuh kelantai.
Tubuhnya seperti kehilangan keseimbangan, entah rasanya Fauziah hidup di dunia apa? Kenapa takdir mempermainkan dia.
"Bawa adik kamu ke kamar, dia harus istirahat"perintah pak Kadir kepada keponakan nya, Ariska pun mengangguk dan membopong Fauziah ke dalam kamarnya.
"Bu ayo kita harus bicara dg buk Miranti"pak Kadir membawa sang istri untuk bersiap kerumah tuan tanah, entah apa yg ingin mereka bicarakan disana?
Mungkin Fauziah harus menerima keputusan ini, karna ini jalan yg terbaik baginya begitu menurut pemikiran ke dua orang tuanya tsb.
*
"Sabar ya dek, ikhlas ya, sekarang tidak ada yg bakal ngehalangin kamu dan Al untuk kembali bersatu"lirih Ariska, Fauziah yg diam termangu mengarahkan pandangan nya ke arah sang kakak, lalu menggenggam jemari sang kakak.
Ariska menatap tangan Fauziah yg tiba2 meraihnya itu dan disana terlihat melingkar sebuah berlian berinisial B.
Gelang yg indah dan menyilaukan netra Mungkin hanya satu di dunia ini, di buat khusus agar tak menyamai milik orang lain.
Berlian itu seperti Bawang Merah yg dipandang membuat air mata mengalir.
Sudah pasti itu pemberian kekasih hati Fauziah Albani Alvino, Ariska hanya menatapnya saja tanpa berani mempertanyakan.
"Apa gelang ini bisa jadi penghalang bersatunya aku dg cinta pertama ku itu kak?"Ucap Ziah dg lirih, Ariska terdiam.
"Hmm, sebaiknya aku buang saja gelang ini, akan lebih baik, bukan?"Ziah tersenyum pahit dan berniat melepas gelang nya, tapi di cegah Ariska, Ziah pun kembali berurai air mata.
"Maafin perkataan kakak, kakak tidak tau kalau kamu sudah melupakan tuan tanah muda itu, kakak sudah berusaha mencegah semua ini tapi ayah dan ibu kita bersikeras, kakak tidak tau harus berbuat apa lagi, kakak berharap kamu bisa menghidupkan kembali cinta kamu, karna ini sudah menjadi takdir kamu"
"Kak silahkan kakak keluar, aku mau sendiri"ketus Ziah kemudian, Fauziah juga kecewa dg sang kakak yg sepertinya mendukung keinginan ortu nya.
"Maafin kakak dek"Ariska menitikkan air mata dan berlalu meninggalkan Fauziah.
Sang calon Alvino muda di landa rasa pahit dan sakit teramat menyiksa, Ziah mulai kalut dan lupa diri, sebagai pelampiasan amarahnya.
Semua barang2 yg ada di meja rias itu di tebasnya ke lantai berserakan disana, sebuah botol kaca bahkan menjadi puing puing seperti cinta dan hati Fauziah yg saat ini di renggut dg paksa.
"Dek...Apa kamu menyerah? Semudah itu kah kamu melupakan janji janji yg kamu buat? Ini tidak keren sayang, ayo jangan menyerah ya, aku menunggu kamu, hehe...Senyum...Fauziah ku bukan gadis lemah, aku pernah bilang kan cinta pertama sesuatu yg istimewa dan dia akan membekas sampai kapanpun, tapi cinta sejati itu adalah aku hehe, ayo sayang bangkit, bangun dong, dengar aku sayang
It's not over, we still have a long way to go,
semangat my dear, true love never dies hm"sepenggal ocehan gurauan dari Alvino muda yg membisik dalam gelapnya mata Fauziah.
Entah kapan gadis itu tertidur dan mendapati Bani tersenyum hangat menyapa lewat naluri hati, seketika mata Fauziah terbuka lalu menatap pergelangan tangan nya.
Benar benar2 Diamond yg mengandung bawang buktinya Ziah kembali menangis saat melihat kilauan nya.
"Sayang kamu Bani"lirih Ziah kemudian seraya menciumi gelang nya tersebut.